98,7FM [NOMIN]✓

By nomixxn

628K 53.3K 4.8K

[COMPLETED] Nasib buruk Nakamoto Jaemin; seorang penyiar radio karena mengenal Park Jeno. TW / VIOLENCE, PSY... More

⚠️Warning!
Introduction
Welcome Baby
Is That You?
Yes, I Am
Im Your Master 🔞
Dissident
Submit 🔞
A Secret
Reason
Creepy Wedding
Shy to be Naughty 🔞
Try To Understand
Planning
Dissapear
Naughty 🔞
Open Heart?
Sweet
You're the Fire 🔞
Effect
Clingy
Feel Hot 🔞
Good News
Broken Melodies
In Control
Jealous? 🔞
Teasing 🔞
Is it Love?
Why?
Welcome Baby
True Story
The Lost Child
Moving On
Freedom (Road to End)
Traitor
Meet Again
Complicated
END 1 OF 2
Angels Like You
-SEQUEL 1-
-SEQUEL 2-
-SEQUEL 3-
-SEQUEL 4- 🔞
-SEQUEL 5-
Final Chapter

Who is Jen?

16K 1.4K 123
By nomixxn

Jeno masuk ke dalam area universitas dan memandangi beberapa teman satu fakultasnya. Netranya mengedar ke sekitar dan belum menemukan sang pujaan hati. Mungkin belum datang, dia pun memilih masuk ke dalam kelas.

Beberapa menit berlalu, Jaemin terlihat masuk bersama teman-temannya. Netra Jeno berbinar memandangi wajah Jaemin yang cantik di hiasi tawa kala berbincang dengan teman-temannya. Dia pandangi pergerakan pria itu hingga akhirnya duduk di kursi sebelahnya.

Jeno langsung mendudukkan kepalanya, takut jika ketahuan menatap Jaemin.

Ya, dia berlagak amat culun dan polos di kampusnya. Dan tak ada siapa pun yang mau mendekatinya, beberapa temannya hanya bicara seperlunya saja padanya. Dia banyak berinteraksi dengan Jaemin karena pria itu tak pernah memandang dengan siapa dia berteman.

Kelas akhirnya berakhir dan beberapa siswa mulai memberesi buku-buku mereka.

"Ryujin-ah, kau catat tidak apa yang di jelaskan Pak Changmin tadi?" Tanya Jaemin pada Ryujin, mahasiswi yang duduk di depan Jaemin.

Mendengar pertanyaan itu, Jeno mengurungkan niatnya untuk memasukkan bukunya.

"Jaemin," Panggil Jeno membuat yang di panggil menoleh. "Aku mencatatnya, kau bisa bawa bukuku dulu jika ingin menyalin." Ujarnya seraya menyodorkan bukunya, jangan lupa dengan wajah lugu serta takut-takut.

"Oh, Syukurlah." Jaemin menghela nafas lega dengan senyum indahnya membuat Jeno ikut mengulum senyum.

Jaemin pun menerima buku milik Jeno. "Aku pinjam ya? Akan kukembalikan segera." Ucap Jaemin dengan senyumnya yang khas seperti biasa.

"Tidak di pulangkan juga tidak apa-apa." Batin Jeno.

"Iya, tidak apa-apa." Jawab Jeno dengan senyum tipisnya, wajah tampannya tertutupi oleh penampilan culunnya.

"Jeno, aku boleh pinjam juga? Aku juga lupa mencatat." Ryujin menyahut.

Wajahnya Jeno berubah menjadi datar dan begitu mengerikan, namun tak siapa pun menangkap itu. Yang mereka lihat hanya wajah culun seperti biasa. Dia tak ingin berbagi pada siapa pun selain Jaemin, namun itu bertolak belakang dengan dirinya yang di kenal culun, biasanya orang dengan penampilan seperti itu, akan memiliki sifat 'people pleasure' jadi mau tak mau, Jeno harus berlakon.

"Ya silakan." Jawab Jeno akhirnya dengan senyum yang di ulas terpaksa.

Jaemin melempar senyum pada Jeno lalu melangkah keluar bersama Ryujin, raut wajah Jeno yang semula di hiasi senyum membalas senyuman Jaemin, langsung berubah dingin selepas kepergian pria itu. Dia menatap punggung Ryujin tajam lalu menyambar tasnya dan berjalan keluar.

Baru saja sampai di depan pintu, sudah ada Renjun yang menunggu dengan wajah datar. Saudara kembarnya pun langsung mengulum senyum dan merangkul yang lebih mungil.

"Kau masih marah?" Tanya Jaemin mengajak saudara kembarnya untuk pergi. Yang dia lihat, hanya Renjun yang berakhir menghela nafas seperti marah dan sebal.

"Ayolah, aku minta maaf." Bujuk Jaemin.

"Kau yang berjanji kemarin untuk berangkat bersama. Lalu tadi pagi, siapa yang meninggalkanku untuk ke sekian kali." Rajuk si mungil berambut abu-abu itu.

"Aku juga tidak tahu jika Mark Hyung menjemput. Tapi aku sudah bilang padanya jika hari ini aku pulang denganmu." Bujuk Jaemin masih dengan senyumnya.

Kedua tangan Renjun yang terlipat di dada lantas ia turunkan, dia menghela nafas lalu menatap saudara kembarnya itu yang setia melempar senyum, berharap bisa meluluhkannya.

"Hari ini mau ke mana?" Tanya Renjun, menandakan aksi merajuknya berakhir, tak tahan melihat senyum saudara kembarnya yang berhasil meluluhkan kekesalannya.

"Tadi Yeji bilang ada cafe baru di buka dekat perpustakaan kota. Ayo wisata kuliner ke sana." Ajak Jaemin.

"Kau tahu uang bulananku menipis kan? Kemarin aku baru membeli skincare baru."

"Telepon Ayah dan minta kirimi sekarang, admin perusahaan akan langsung mengirim."

"Kalau Papa tahu, aku benar-benar tidak dapat uang bulanan untuk bulan depan." Omel Renjun hendak melayangkan tinju ke arah Jaemin namun Jaemin hanya tertawa kecil.

"Makanya cari kekasih, biar ada yang menemanimu ke mana-mana dan membiayaimu." Sungut Jaemin membuat Renjun mendelik.

"Kau itu cari kekasih apa sugar Daddy?" tanya Renjun sebal.

"Kalau bisa dua-duanya seperti Mark Hyung kan itu namanya jackpot." Ledek Jaemin membuat Renjun kian sebal, dan Jaemin berakhir tertawa terbahak-bahak.

"Ya, sudah. Ayo Hyung traktir." Ujar Jaemin sombong seraya memiting leher Renjun.

Pria mungil itu membulatkan matanya lalu melepas lengan Jaemin yang memiting lehernya.

"Aku Hyung! Aku keluar tujuh menit lebih dulu!" Sahut Renjun tak terima membuat tawa Jaemin kian menggelegar.

"Kalau kau Hyung, harusnya kau traktir adikmu." Ledek Jaemin membuat Renjun mati kutu.

"Ya tidak apa-apa adik membelikan kakaknya. Kau kan sudah bekerja"

Ada alasan balasan Renjun dan ada saja cara Jaemin mengganggu saudara kembarnya itu. Mereka selalu seperti itu setiap hari.

Dan Jeno hanya bisa tersenyum dengan gelengan kepala sejak tadi mendengar dan melihat pembicaraan saudara kembar itu. Dia tatap punggung Jaemin yang mulai menjauh. Lalu dia pun beranjak untuk pulang, sembari sesekali mendengarkan pembicaraan Jaemin lewat penyadap suara di tas pria itu.


🐶🐶🐶


Jeno masuk ke dalam kamarnya mengenakan kaos tanpa lengan dan celana panjang, penampilan yang sangat berbeda ketika berada di area kampus, di tangannya ia membawa segelas kopi, dia mendudukkan tubuhnya pada kursi belajarnya dan mulai menonton siaran radio Jaemin lewat komputernya.

Bibirnya mengulum senyum saat melihat Jaemin lewat layar monitor.

Seperti itulah Jeno, yang selalu menatap Jaemin dengan mata berbinar dan cinta yang begitu jelas di matanya. Apa pun yang di lakukan Jaemin, Jeno jatuh cinta.

"Baiklah, kita sudah membaca semua pesan yang masuk hari ini..." Ujar Jaemin. "Tapi..." Jaemin kemudian menggantung kalimatnya.

"Aku penasaran mengapa malam ini tidak ada surat dari Jen?" Jaemin bertanya-tanya dengan senyum seperti malu-malu membuat Jeno mengulum seringai.

"Merindukanku, Sayang?" Tanya Jeno dengan suara beratnya.

"Biasanya, Jen tidak pernah absen mengirim surat dan menceritakan pujaan hatinya lalu meminta di putarkan sebuah lagu." Celoteh Jaemin.

"Sabar, Sayang. Ada hadiah yang manis untukmu dari pada sebuah lagu romantis." Sahut Jeno. Matanya tak lepas menatap senyum Jaemin lewat layar komputer.

"Apa pun itu, aku berharap, dia memiliki perkembangan dengan seseorang yang dia sukai." Ujar Jaemin.

Jeno mengulum seringai mendengar ucapan Jaemin. Dia letakkan gelas kopinya lalu memejamkan matanya saat Jaemin kembali memutarkan sebuah lagi untuk menutup segmen ini.

Akhirnya, siaran radio Jaemin malam ini berakhir. Pria itu menyambar slingbagnya di sofa ruang siaran.

"Nuna, aku pulang kalau begitu." Jaemin berpamitan pada seorang wanita yang menjadi director di radio itu.

"Uhm, Jaemin siaran malam ini menyenangkan." Ucap Irene dengan senyum yang balas senyum manis oleh Jaemin.

"Jaemin, Tunggu!" Jaemin menoleh saat ada seorang staf yang memanggil namanya.

Tak lama, staf itu datang membawa boneka beruang berwarna coklat yang amat besar. Bahkan boneka itu lebih besar dari tubuh Jaemin sendiri.


"Wah, apa ini?" Pekik Jaemin dengan mata membulat, dia pun menerima boneka itu saat melihat staf kesulitan menggendong boneka itu.

"Hadiahmu, Sayang." Jawab Jeno.

"Hah! Itu dari Jen." Jawab sang staf terengah.

"Jen?" Tanya Jaemin dengan wajah kagetnya, dia lihat staf wanita itu mengangguk lalu beralih menatap boneka beruang yang ia gendong, seolah kagum.

"Boneka ini sudah di sini sejak Minggu lalu, tapi kau tidak datang juga." Jelas wanita itu.

"Ah, itu. Aku benar-benar sibuk dengan kuliahku, terima kasih kalau begitu, Nuna." Ujar Jaemin membungkuk hormat.

"Sepertinya, Jen itu penggemarmu yang paling royal." Puji Irene membuat Jaemin tersenyum salah tingkah.

"Aku sudah seperti artis saja. Terkadang aku merasa sungkan menerimanya." Sahut Jaemin.

"Tidak perlu sungkan, Sayang. Bahkan aku bisa membangun istana untukmu. Kau berhak atas semua kemewahan ini." Sahut Jeno masih memandangi monitor, melihat interaksi Jaemin dan Irene serta mendengar pembicaraan mereka lewat penyadap suara.

Jaemin tersenyum selama perjalanan keluar dari gedung siaran, mengingat betapa bersyukurnya dia memiliki penggemar seperti Jen. Belum lagi akan boneka beruang yang ia bawa.

"Wah, apa ini?" Tanya Mark dengan mata membulat saat melihat kekasihnya keluar menggendong boneka beruang kebesaran.

"Dari penggemarmu lagi?" Tanya Mark.

Jeno menghela nafas lalu mengacak surainya, terlalu malas mendengar pembicaraan Mark yang menurutnya hanya omong kosong.

Dia pun memeriksa kamera yang di pasang di mata beruang itu, semakin kesal saat kamera justru menangkap wajah Mark.

Selama perjalanan, Jeno hanya menatap keduanya karena boneka beruang itu di letakkan di kursi belakang. Hatinya kian panas saat melihat Mark menggenggam jemari Jaemin di sela menyetir untuk pulang.

Renjun membuka pintu saat mendengar rumah mereka, alangkah terkejutnya dia saat melihat boneka beruang berdiri di depan rumah mereka.

"Aaaaaaa aaaaaaah" Teriak Renjun, di detik berikutnya, Jaemin menyembulkan kepalanya dari balik beruang besar itu dengan senyum cerah.

"Sialan! Aku kaget!" Omel Renjun, Jaemin tertawa terbahak-bahak seraya beringsut mundur saat Renjun hendak menendangnya.

"Astaga! Dari mana lagi ini? Dari penggemar gila yang mana lagi?" Omel Renjun masih terengah-engah karena kaget, sementara Jaemin sudah masuk ke dalam rumah dan meletakkan beruang besar itu ke sofa ruang tamu.

"Penggemar? Itu dari suaminya bodoh!" Omel Jeno mencebik.

Jeno hanya memandangi Jaemin yang menatap boneka beruang itu dengan senyum cerah membuat Jeno tersenyum.

"Cantik sekali calon suami mungilku." Gumam Jeno, dia pandangi Jaemin yang seolah tersenyum padanya, padahal Jaemin tersenyum karena gemas pada boneka beruang itu.

Jeno melihat, Jaemin berbalik dan menatap saudara kembarnya.

"Dari Jen." Jawab Jaemin.

"Astaga, dia itu penggemarmu yang paling gila" Renjun mencibir, namun Jaemin hanya tersenyum.

"Tapi dia tahu aku suka sesuatu yang menggemaskan. Boneka seperti itu pasti mahal karena ukurannya besar, bulunya juga halus. Lucu sekali, aku harus menyampaikan terima kasih padanya di siaran berikutnya." Jaemin berceloteh sepanjang jalan untuk masuk ke dalam kamarnya.

Sementara Renjun hanya memandangi boneka beruang itu, alisnya bertaut merasakan keanehan saat menatap wajah beruang coklat itu.

"Entahlah, aku merasa, dia menyeramkan." Gumam Renjun memandangi boneka beruang itu, entah mengapa dia menangkap aura yang menakutkan dari boneka yang menggemaskan itu

Setelahnya, dia melangkah menyusul saudara kembarnya.


🐶🐶🐶


"Selamat malam semuanya, selamat Kamis malam, dengan DJ Nana menemani Kamis malam pendengar semua..."

Selalu, setiap Kamis malam, Jeno akan duduk di kursi belajarnya, memandangi layar komputer yang menampilkan Jaemin yang tengah melakukan siaran radio dari CCTV di ruang siaran yang ia sadap. Tak lupa juga sambil menyalakan siaran radio Jaemin yang tengah berlangsung.

Pria itu hanya di jadwalnya mengisi siaran radio Kamis malam. Dan Jeno selalu mendengar setia, dia juga tak pernah absen mengirim surat, dengan nickname Jen yang selalu di ingat Jaemin.

Jaemin tampak mengotak-atik komputer di depannya lalu bibirnya mengulum senyum seperti malu-malu.

"Baiklah, kita baru saja mendengarkan Taylor Swift - Enchanted. Selanjutnya kita akan beralih ke sesi pesan pendengar, dan pesan pembuka kita tentu saja dari pendengar setia, Jen-ssi." Ucap Jaemin dengan senyum merekah.

"Kau begitu bahagia menyebut namaku, Sayang. Rindu karena calon suamimu tidak mengirim pesan Minggu lalu?" Tanya Jeno dengan senyum, matanya berbinar memandangi Jaemin.

"Baiklah, apa pesan yang di tulis Jen..." Gumam Jaemin.

"Aku senang sekali, dia memberikan aku senyuman termanisnya. Tidak juga, senyumnya selalu manis. Aku juga meminjamkan catatan untuknya. Aku senang dia menerimanya..." Jaemin membaca pesan Jeno dengan alis bertaut.

Kalimat terakhir dalam pesan itu entah mengapa seperti tidak asing untuknya. Seperti mengalami kejadian yang hampir serupa, tapi di mana?

"Wah, Jen-ssi. Aku senang kau mulai mengalami kemajuan dalam memulai pendekatan dengan pujaan hatimu, aku berharap hasilnya akan baik." Ujar Jaemin.

"Tentu Sayang. Karena akhirnya, kita akan berakhir di depan pastor." Sahut Jeno dengan suara beratnya.

"Tolong putarkan lagu At my Worst untuk pujaan hatiku." Lanjut Jaemin.

"Jen-ssi. Aku penasaran dengan pujaan hatimu. Kau selalu mengirimkan lagu yang romantis, apakah dia tidak tersentuh sama sekali? Hei pujaan hati Jen, cobalah buka hatimu!" Jaemin bertanya-tanya dengan gemas, dia menatap staf di ruangan itu yang ikut tertawa karena merasa sudah seperti dekat dengan sosok Jen.

Mereka juga menjadi saksi bagaimana Jen selalu menceritakan tentang pujaan hatinya. Mereka sudah seperti pendukung Jen juga. Jen juga seperti menjadi bagian dari Dream the Radio secara tak langsung.

"Itu juga yang aku pikirkan, Sayang. Apa yang kau lihat dari si kepala kadal itu?" Cibir Jeno dengan alis bertaut.

"Dan Jen-ssi. Jika kau mendengar ini. Terima kasih untuk boneka beruang yang kau kirim kan. Itu sangat besar. Terkadang aku merasa tidak pantas untuk menerimanya. Terima kasih telah begitu menyukaiku sebagai DJ Nana." Ucap Jaemin.

"Tentu, apa pun untukmu." Balas Jeno dengan senyum.

Siaran radio malam ini akhirnya berakhir. Jaemin keluar dari gedung siaran dan seperti biasa, ada Mark yang sudah menunggu di parkiran. Mereka juga langsung masuk dan mobil melaju menuju rumah Jaemin.

"Ah ya, Jaemin..." Mark memulai pembicaraan di tengah perjalanan pulang, sang lawan bicara pun menoleh.

"Aku di tugaskan Daddy untuk menganhandle cabang di Amerika karena Daddy merasa ada yang tak beres dengan cabang di sana." Mark mulai menjelaskan membuat Jaemin sedikit tersentak.

"Hyung, kenapa tiba-tiba?" Tanya Jaemin.

"Aku juga tidak tahu, Sayang. Tadi siang Daddy memberi tahuku."

"Berapa lama?" Tanya Jaemin lagi.

"Belum tahu, bisa dua atau tiga bulan." Jawab Mark, dia lihat kekasihnya itu memasang wajah sedih.

"Bagus, pergi saja. Tidak usah kembali!" Sungut Jeno.

"Lalu bagaimana?" Tanya Jaemin sedih.

"Aku sudah bicara pada Daddy agar pertunangan kita di majukan. Tetap saja, aku perlu kesepakatanmu dan juga kedua orang tuamu." Ujar Mark.

"Kenapa kau bertanya, tentu aku mau. Bahkan jika langsung menikah juga tak apa. Bawa aku ke Amerika bersamamu." Sahut Jaemin.

Rahang Jeno mengeras mendengar balasan Jaemin, dia meremas gelas kaca itu hingga urat-uratnya tercetak jelas. Dia memalingkan wajahnya meredam perasaan cemburu. Dia letakkan gelas itu dengan kasar lalu beranjak dari sana.

Jeno masuk ke dalam ruangan kosong dan menatap sepasang jas pengantin di sana.

"ARGHHHTTT!" teriak Jeno lalu membanting manekin yang berbalut jas pengantin itu. Dia tatap jas yang tergeletak di lantai dengan dada naik turun memburu.

"Jangan bermimpi untuk menikah dengan Mark! Kau harusnya menikah denganku Nakamoto Jaemin!" Gumam Jeno sarat akan kemarahan.

Jeno melangkahkan kakinya, mengambil satu foto polaroid dari puluhan foto Jaemin yang terpasang di dinding ruangan itu lalu menatapnya dengan seringai.

"Waktumu berakhir! Saatnya kau pulang ke rumah kita sayang." Ucap Jeno.







Continue Reading

You'll Also Like

752K 53.7K 22
[ 재현 - 이태용 ] 🔞 Jaehyun itu adik yang sangat posesif. BXB, YAOI, MPREG ! MATURE ! Kurang jelas? ini cerita cowo vs cowo. Homophobic? Go away ! [Re...
68.7K 3.7K 16
kejadian tak terduga dimana membuat Jung Jaehyun dan lee taeyong bertemu. baca y guys-!
74.7K 7.2K 5
| BXB || JAEYONG || MPREG || ANGST | Dunia Taeyong seakan runtuh dalam hitungan detik saat suaminya; Jung Jaehyun, mengatakan dengan lantang jika ia...
225K 33.8K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...