THANK UUUU UTK 500K VIEWS NYAA🥺🥺 KALIAN LUAR BIASAA!!
ENJOYYY
----------
Tanpa ragu-ragu, Natalie mendekatkan wajahnya padaku dan menyatukan bibir kami. Hanya sedetik, tanpa lumatan, hisapan, atau apapun.
"Sudah," ucapnya dengan tersenyum senang. Setelahnya dia mendorongku menjauh dan segera pergi dari sana.
Langkahnya yang kecil masih melompat-lompat bahagia. Tangannya mengangkat anjing liar itu dan mengayunkannya ke udara.
"Sekarang kita tinggal bersama, aku akan menamaimu Coco!" seru nya tanpa mengajakku mengobrol.
Seperti yang ku duga, Natalie akan melupakanku. Tanpa sadar aku menatap anjing itu dengan sinis dan tajam. Benar-benar menyebalkan sekarang dia mempunyai nama dan merebut semua perhatian wanitaku.
Menghentakkan kaki, aku menyamai langkahku dengannya. Ku tahan lengan Natalie dengan sedikit kencang hingga dia berbalik dan menatapku bertanya.
"Yang tadi bukan ciuman!" rajuk ku dengan alis menyatu.
Bibirnya tidak berasa sama sekali, bahkan hanya terpejam sebentar saja, Natalie sudah melepaskannya. Aku masih menginginkannya.
Namun, senyum cerah Natalie yang terpampang di wajahnya mengalihkan perhatianku. Refleks aku melihat bibirnya yang berwarna merah pekat, sangat cocok dengan kulitnya yang putih.
Aku jarang sekali melihatnya menggunakan make up yang bold, Natalie tampak lebih cantik dan dewasa. Akan tetapi itu tidak merubah mood-ku sama sekali, aku masih ingin mencium bibirnya dan memeluk tubuhnya semalaman.
Astaga, nafsu ini membuatku gila. Bukan salahku, salahkan Natalie yang terlalu mempesona, aku tidak bisa menjauh darinya.
"Kau bilang hanya cium, Al, aku sudah melakukannya. Kau ini dikasih hati minta jantung," ejek Natalie dengan menatapku sinis.
Matanya yang menyipit dengan pipi mengembung terlihat menggemaskan di mataku. Tangannya yang mungil tidak berhenti mengelus Coco dengan lembutnya, membuatku iri saja pada anjing liar itu.
Dengan cepat, ku ambil Coco dari pelukannya dan ku gotong dengan kasar. Enak saja dia mendapat sentuhan Natalie secara gratis, aku saja harus bersusah payah.
"Bukan hanya hati dan jantung, aku mau kau seutuhnya, sayang. Ayo kita pulang, aku tidak sabar menelanjangimu," ucapku dengan menarik tangannya, mengikuti langkahku.
Sekilas masih dapat ku lihat matanya yang terbelalak dan mulutnya yang menganga lebar. Tubuhnya terasa berat karena dia menahan langkahnya, seakan tidak mau bersamaku.
Belum lagi tangannya yang ingin merebut Coco dari gendonganku, tidak akan bisa. Aku akan menghukumnya sampai rumah nanti.
Sesampainya di mobil, aku langsung menutup pintunya dan menaruh Coco di bagasi, biar saja dia disana dulu sendirian. Siapa suruh mengganggu waktu ku dengan Natalie.
Duduk di setir mobil, Natalie masih berusaha membuka pintunya yang ku kunci. Tatapannya memandangku tajam dan wajahnya cemberut, tidak mau berada di dekatku.
"Aku mau balik ke apartemen, kau sudah sembuh, Al. Kau saja sudah bisa nyetir sendiri, mau pulang," pintanya dengan raut wajah memohon, yang semakin terlihat imut.
Kalau begini, bagaimana aku bisa melepaskannya?
Bahkan untuk mengalihkan pandangan darinya saja aku tidak mau.
"Lakukan disini saja, aum!" ucap Rolf tidak sabar. Serigala nakal itu berlari-lari dalam pikiranku dengan liur yang menetes. Ku yakin pikirannya sudah bercabang kemana-mana melihat Natalie yang hanya duduk pasrah dengan baju kurang bahannya.
Bersamaan dengan itu, wajah Natalie semakin memerah dan tangannya menutupi belahan dadanya yang terlihat, menghalangi pemandanganku.
Meneguk ludah kasar, mataku semakin turun ke arah pahanya yang semakin terpampang jelas karena sedang duduk. Entah mengapa hawa di sekitar ku mulai terasa panas, rasanya ada sesuatu di bawah sana yang meminta dilepaskan.
Dengan tidak sabar, aku mengangkat badan Natalie yang ringan hingga menjadi di pangkuan ku. Tubuhnya memberontak dan memukulku, akan tetapi tidak berefek apa-apa. Sentuhannya malah membuatku meremang.
Kakinya yang mengangkangi ku tepat menyatukan milik kami.
"Lepas, Al," lirihnya dengan mata yang tidak mau menatapku. Badannya gemetar ketakutan dan bergerak tidak nyaman di atasku.
Tanpa aba-aba aku menahan pinggangnya dan menggigit pipinya yang menggemaskan. Sontak matanya terpejam dan tangannya mendorong-dorong dadaku menjauh.
"Aku ingin memakanmu. Ini pilihanmu, sayang, kau tidak memperbolehkan Rolf memakan Coco. Jadi kau yang menggantikannya," bisikku di telinga Natalie yang membuatnya meringis kegelian.
Wajahnya yang berada dekat sekali denganku tampak sangat cantik dengan mata coklat beningnya, hidung mungil yang terlihat pas, dan bibirnya yang tebal.
Aku tidak akan menyia-nyiakannya.
Ku dekatkan wajahku perlahan dengan memejamkan mata. Kepalanya yang mundur, ku tahan menggunakan tanganku hingga tidak dapat bergerak.
Tidak berapa lama, bibir kami menyatu. Rasanya sangat manis, entah karena wangi badannya atau memang bibirnya, benar-benar enak.
Seiring dengan ciuman kami, tubuhnya melemah dan tidak lagi memberontak. Walaupun begitu, dia tetap terdiam kaku di pelukanku.
Ku lepaskan sesaat untuk melihat ekspresinya. Napas Nathalie yang hangat terasa memburu, menghembusku.
Dengan rakus, aku menghisapnya. Semua yang ada pada Natalie memiliki harum yang sangat nikmat.
"Jangan menciumku tiba-tiba seperti itu," rujuknya dengan nada sebal.
Wajahnya merenggut akan tetapi pipinya merah padam, seakan tengah malu. Hanya melihat dari ekspresinya saja, aku tahu jika Natalie pun menyukainya.
Ucapan dan tubuhnya selalu berbeda, itu yang membuatku merasa gemas padanya.
"Karena tidak mungkin kau yang menciumku duluan, sayang. Kau kan payah, wle!" ejekku dengan menjulurkan lidah.
Seperti dugaanku, amarahnya terpancing dan menatapku dengan melotot. Tangannya memukul ku kencang dan hidungnya kembang kempis dengan lucunya.
"Enak saja! Aku lebih hebat darimu," ucapnya dengan percaya diri.
Alisku naik sebelah, meragukannya. Tanpa bisa ku tahan bibirku menyeringai, ingin memancingnya lebih dalam.
Tanganku menyentuh rambutnya dengan sensual dan turun ke lehernya. Mataku terkunci ke arah sana, tidak sabar untuk menandainya. Darahnya pasti akan sangat nikmat saat penyatuan nanti, hanya memikirkannya saja pandanganku menggelap.
Jauh lebih bawah lagi, aku menurunkan tali dress di bahunya hingga terjatuh ke lengan. Kulitnya sangat putih, aku ingin menodainya.
Melihat kissmark ku yang tertutupi oleh make up, membuatku menggeram sebal. Seharusnya dia menunjukkannya pada semua orang.
Tidak sampai di sana, tanganku terus turun menjelajahi bahu hingga terus ke bawah. Aku ingin menyentuh setiap inci tubuhnya.
Namun, tiba-tiba saja Natalie menahanku. Dia mengangkat dagu ku lembut dan matanya menatapku sayu.
"Kau licik membuatku menginginkannya," ucap Natalie dengan menggigit bibir, gugup. Warna merah pekat itu semakin terlihat menggairahkan saat dia melakukannya. Rasanya aku ingin menggantikannya.
Mendengar ucapannya, spontan aku tertawa dan mencium pipinya. Memang ini tujuanku.
Dengan cepat, aku mengubah posisi kami hingga kini Natalie yang bersandar pada kursi. Ruangan mobil yang sempit membuat tubuh kami semakin mepet. Aku sampai bisa merasakan paha kami yang menyatu.
Untungnya kali ini, Natalie tidak menolak. Lebih tepatnya tidak dapat menolak karena aku terus-terusan menyerang lehernya, ku cium bagian sana dengan rakus dan kadang kala, ku jilat seperti anjing pada pemiliknya.
Tangannya yang mengganggu, ku ikat ke belakang kepala kursi dengan dasi. Dia tidak akan bisa memukul ku lagi.
"Mau cium, mau nyusu, mau semuanya. Kau sudah berjanji hal itu, sayang," ucapku dengan antusias.
Ekor ku di belakang sana sudah bergerak liar, menandakan bahwa Rolf juga bersemangat. Telinga serigala ku tegak dan berdiri lurus, sama seperti bagian tubuhku di bawah sana.
Jangan lupakan senyum lebar di wajahku yang tampan.
Berbeda dengan Natalie yang pipinya semakin memerah dan menatapku takut. Napasnya yang menghembus cepat menunjukkan kegugupannya, membuatku salah fokus dengan dadanya yang bergerak naik turun.
Aku tidak sabar ke bagian sana.
"Jangan mengucapkannya se-frontal itu, Alex, aku malu," jawabnya dengan menciut. Setelah itu dia menyampingkan kepalanya dan menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya.
Hal itu malah semakin memancingku untuk menjailinya. Natalie yang malu-malu terlihat sangat imut.
Ku jilat pipinya berulang kali hingga dia terusik dan kembali menatapku.
Setelah berhasil, ku dekatkan bibirku pada telinganya dan membisikkan sesuatu, "Aku ingin memasukimu dengan keras, cantik." Seiringan dengan itu ku majukan pinggulku, menghentak pada miliknya.
Wajahnya tampak semakin terkejut dan dia menatapku seperti om-om mesum hidung belang. Walaupun tidak dapat dipungkiri, itu tidak sepenuhnya salah.
Aku tidak bisa berpikir jernih di dekatnya. Semua yang ada pada Natalie terlalu menggoda untuk ku biarkan.
Tidak ku sangka, Natalie malah meladeninya. Alisnya naik dan menatapku ingin tahu.
"Tidak mau, pasti sakit," ucapnya dengan polos. Bibirnya maju seperti bebek dan dia menggeleng yakin.
Sedangkan aku, tersenyum puas. Rasanya sangat menyenangkan saat Natalie memikirkannya. Aku ingin terus meracuni otaknya dan membuatnya mendesah di bawahku.
"Mau mencobanya? Tidak perlu masuk, ada cara lain. Kali ini aku yang akan memuaskanmu! Anggap saja ini balas budi karena kau sudah membantuku saat bulan purnama kemarin, ku buka bajumu, ya."
Sontak tubuhnya memberontak dan raut wajahnya terlihat sangat panik saat tanganku berada di punggung, berniat membuka resletingnya.
Sayang, sudah tidak ada jalan keluar. Tangan dan kakinya sudah terkunci, membuatku bisa bebas menyentuhnya.
Natalie seperti kelinci kecil yang mencoba kabur dari serigala.
Bahkan Rolf sudah sangat kesenangan di dalam sana. Berulang kali dia menggeram dan mengaum kencang, tidak sabar menyentuh pujaan hatinya.
"Kau hanya perlu menikmatinya sayang, rawrr."
---------------------
ITU DI AKHIR, ALEX SM ROLF AGAK NYATU GITU SUARANYA MAKANYA ADA RAWR WKWKWKWK
TEBAKKK SELANJUTNYAA BAKAL NGAPAIN AJA?? AHAHAHAHA
NINU NINU NINU DEWASAAA🚨🚨
KALAU UDAH KYK GINI MENDING BANTUIN NATALIE ATO GA?
GAS AJA G SIEEE🌝🌝
DEWASANYA CMN DI KARYA KARSAA 3 RB AN AJAA!! DAN INIII PANJANG BGT WOEE 1700 WORDS!! GILAAAA
PUAS BGT DAH ITU BACANYA BISA 10 MNT AN, BEHH LEBIH KYKNYA
WAJIB JIB JIB BGT DIBELIIII
INIII SPOILERNYAAA
"Aku tidak mau kau puas sendiri, sayang, aku ingin menikmatinya bersamamu," ucapnya yang membuatku bingung.
Keningku mengerut saat tangannya menyentuh cairanku dan membalurkannya di sekitaran paha. Aku tidak mengerti dengan apa yang akan dilakukannya.
Tanpa aba-aba juga Alex mengangkat kaki ku semakin mengangkang dan dia taruh di bahunya. Rasanya milikku semakin terbuka dibuatnya. Merasakan angin AC yang masuk ke lubangku, menimbulkan rasa geli dan denyutan yang hebat.
Tunggu, dia mengarahkan miliknya pada kemaluanku. Tidak mungkin dia memerawani ku disini, bukan?
INI LINKNYAAAA
https://karyakarsa.com/Raessyyy/pet-me-im-your-wolf-bab-29-special-bab-alex-pov
ITU LINKNYA BENER KOK, CMN TULISANNYA BAB 28 SPECIAL DI KARYA KARSA! JANGAN LUPA DIBACA AAAAA GREGETAN POKOKNYAAA
JAUHHH DARI DEWASA DI WATTPAD MAH WKWKWK
DANNN ADA BNYK GAMBARRR OMOO🌝🌝
GASSS!
JANGAN LUPA JUGA VOTE KOMEN BAB INI YAAA
LOVE YOUUU🤍