Happy reading💚
Jangan lupa vote dan comment
**
Di kantor polisi, Nadine masih mempertahankan wajah dinginnya, dia ditahan di sebuah ruangan dengan tangannya yang mulai memerah karena diborgol sejak tadi.
Dia mikirin kerjaannya karena sekarang udah jadwalnya dia harus ngajar. Gimana nasib murid-muridnya setelah ini?
Nadine gak yakin bisa jadi guru lagi kalo orang tua muridnya tau dia pernah masuk kantor polisi dan nabrak orang.
**
Anthony yang baru pulang kerja mendapati suasana rumah yang gak kayak biasanya. Gabriel sama Adelyn sama-sama sibuk di kamar mereka sendiri.
Kayaknya mereka gak keluar kamar sejak siang karena lampu di lantai 2 gak ada yang nyalain, jadi di atas bener-bener gelap.
Anthony masuk kamar Adelyn karena kamar Gabriel dikunci dari dalam.
"Kamu berantem sama Gabriel?" Tanya Anthony pas ngeliat Adelyn lagi tiduran sambil nonton dengan laptop dimiringin.
Adelyn langsung ngepause filmnya dan bangun, dia cuma menggeleng pelan.
"Papa kenapa bisa seyakin itu kalo orang tua Nadine yang sengaja bunuh mama?" Tanya Adelyn to the point.
Anthony nutup pintu kamar Adelyn lalu narik kursi meja belajarnya ke deket kasur.
"Dulu mama kamu temenan sama mamanya Nadine. Mereka akrab dari SMA, jadi pas papa pacaran sama mama kamu kita sering double date gitu."
"Temen sekolah ceritanya? Gila sih dari temen sekolah ternyata bisa nusuk dari belakang juga." gumam Adelyn yang bikin Anthony ngetawain dia, manusia bisa berubah.
"Sejak kita kerja, papa sama mama bener-bener kerja keras buat ngasilin uang yang banyak, sedangkan mereka bisa dalam waktu beberapa tahun aja udah kaya, yaa meskipun masih tetep banyakan uang papa sekarang sih." Ujar Anthony yang bikin Adelyn ketawa pelan, masih sempet-sempetnya nyombong di situasi kayak gini.
Dia akui uang papanya emang banyak, kalo nggak mana bisa dia hidup kayak sekarang.
"Mama mulai curiga waktu itu, tapi karena mereka sahabatan, jadi mama diem aja setelah tau apa yang mereka lakuin."
"Orang tuanya Nadine?" Tanya Adelyn memastikan.
"Iya, mereka selama ini ngelakuin pencucian uang dan mama nemuin buku kas dana gelap yang mereka simpan. Sampe situ mama gak berniat ngelaporin polisi atau apapun jadi papa kira semuanya bakal aman-aman aja."
"Sampai suatu saat mama pulang kerja, kamu inget kan mama meninggal mendadak saat itu dan papa gak kepikiran apapun soal mereka yang ngelakuin karena papa kira masalah itu udah clear."
"Tapi setelah dipikir-pikir lagi dan menurut bukti yang udah kita dapet, faktanya mereka yang ngelakuin."
Adelyn gak nanggepin lagi cerita Anthony, dia cuma mikir kalo ternyata uang seberpengaruh itu sama kehidupan seseorang, sampe orang bahkan rela ngebunuh demi uang.
Dia udah berusaha nerima kepergian mamanya, tapi tetep aja, pasti ada rasa marah atas apa yang udah mereka lakuin ke mamanya.
Sebenernya Adelyn lebih kasian sama Gabriel, adiknya keliatan bingung harus milih bela mamanya atau pertahanin perempuan yang dia sayang.
"Motif mereka jelas ngelakuin itu, dan buktinya ya dari surat autopsinya." Lanjut Anthony supaya memperjelas, dia kira Adelyn diem karena masih mikir.
"Gabriel kenapa lagi sama kamu?" Tanya Anthony sambil ngambil hpnya dari saku lalu ngebuka lipatan itu jadi 2 bagian.
"Papa tanya aja sama anaknya sendiri, dia aja gak mau bilang sama aku." Jawab Adelyn kesel pas bahas Gabriel, anak itu selalu ngelakuin sesuatu menurut kemauannya.
"Jadi bener kalian emang lagi ada masalah?" Tanya Anthony memastikan.
"Dia sih yang bermasalah."
"Ini bener?" Tanya Anthony sambil ngasih tunjuk layar hpnya yang nampilin gosip di grup WhatsApp warga tentang Nadine didatengin polisi.
"Nggak tau, gak ngeliat" jawab Adelyn acuh, kalo dia bilang pasti papanya bakal ngorek informasi dari dia, biarin Gabriel aja yang ngejelasin sendiri karena anak itu yang terlibat.
**
Besoknya orang tua Dasha datang ke sekolah buat minta pertanggungjawaban karena pihak sekolah gak bertindak apa-apa soal anak mereka yang diperlakukan dengan tidak seharusnya.
"Kalian ngomong enak banget ya? Apa pelakunya nyuap kalian? Saya bisa kasih lebih asal kalian kasih tau siapa yang ngelakuin ini sama Dasha." Mamanya Dasha ngeluarin selembar cek dan ngelempar itu di meja Pak Davis, kepala sekolah HIS.
"Maaf ibu, kami mendirikan sekolah ini dengan visi misi yang jelas, kami tidak menerima bentuk suap apapun dan untuk hal apapun." Ucap Davis dengan sabar yang ngebuat mamanya Dasha tertawa meremehkan denger omong kosongnya.
"Sekolah beragama, berpendidikan karakter tinggi sekalipun bakal lemah juga kalo disodorin duit, kan?"
"Saya mohon maaf atas kejadian yang menimpa Dasha di sekolah ini, saya mewakili seluruh rekan kerja mengucapkan turut berduka cita atas kehilangan bapak ibu. Saya permisi untuk mengurus pengunduran diri Dasha." Ujar Pak Davis lalu membungkukkan tubuhnya sebelum keluar dari ruangan.
"Kalian ngapain di sini? Masih jam pelajaran masuk kelas sana! Jangan pacaran terus." Kata Pak Davis lalu, ninggalin mereka berdua.
Elina sama Brandon sejak tadi di luar denger percakapan Pak Davis sama orang tua Dasha.
"Ck, he's annoying" decak Brandon setelah Davis menjauh.
"Did you hear that?" Tanya Elina yang masih shock sama apa yang dia denger barusan.
"It's someone's fate, nobody knows."
Elina nyisir rambutnya ke belakang dan mukanya mulai panik.
"It's not about fate, she's my best friend. It's not fair for her, I can't take this."
Brandon meluk Elina dan ngusap bahunya pelan buat nenangin dia.
"I know, but you have to deal with this. You had tried to call her earlier?" Tanya Brandon.
"I've tried, but she didn't pick up, I don't know where she lives."
"It's not your fault, let's just pray for her."
"Have you seen Nadine today?" Tanya Elina sambil ngelepas pelukan mereka.
Brandon cuma menggeleng pelan sambil ngeliat sekitar buat jaga-jaga kalo ada guru yang lewat.
"Listen, stay away from her for a while." Kata Brandon sambil megang pundak Elina dan ngeyakinin dia.
"Does it make sense?" Tanya Elina gak yakin sama pemikirannya sendiri.
"Nothing doesn't make sense that comes from your sweet lips babe." Ucap Brandon sambil ngerendahin tubuhnya supaya bisa ngeliat wajah Elina.
"I'm not playing around." Jawab Elina sambil memalingkan wajahnya dari Brandon.
"I'm not either." Brandon narik dagu Elina supaya balik natap dia.
"Do you trust me?" Tanya Brandon serius, Elina cuma mengangguk ragu sebagai jawaban.
**
Gosip tentang orang tua Dasha nemuin kepala sekolah udah nyebar, ada beberapa murid yang ngeliat dan nyebarin lagi ke murid yang lain.
Mereka gak tau kalo Dasha udah meninggal, mereka berspekulasi kalo Dasha malu soal kejadian waktu itu dan akhirnya mutusin buat lanjut sekolah di luar negeri.
"Lo kenapa sih anjr?" Tanya Gabriel yang jengkel liat Manuel gak ngeladenin dia daritadi.
"Lo udah denger kan? Dasha's hot news." Tanya Manuel yang akhirnya nanggepin Gabriel.
"Hm, gue turut berduka soal itu, lo beneran suka sama dia?" Tanya Gabriel karena penasaran sama motif Manuel ngedeketin Dasha.
"Gue beneran sayang sama dia, tapi gue juga benci kalo dia gak nurut sama gue. Gue yakin lo juga kayak gitu ke Nadine." Ucap Manuel yang bikin Gabriel ngelirik tajam ke dia.
"Maksud lo apaan?" Tanya Gabriel sinis.
"Gue tau lo terlibat dalam masalah ini" jawab Manuel sambil bangun dari duduknya lalu tersenyum puas, dia berhasil bikin Gabriel ngaku secara gak langsung.
"Gue gak marah sama lo, gue lebih mengutamakan pertemanan diatas segalanya." Bisik Manuel di telinga Gabriel.
"Dia udah berlalu dan gue gapapa." Lanjutnya lagi sambil ngerangkul Gabriel.
"Kalo lo beneran suka sama dia kenapa lo ngelakuin itu?" Tanya Gabriel sambil ngelirik Manuel di samping yang ngerangkul dia, bikin cowok itu masang wajah bingung.
"Gue gak ngerti maksud lo, apaan sih?" Tanya Manuel dengan tampang lugunya.
"Gila ya lo, bisa-bisanya masih nyangkal, orang-orang juga tau lo psycho, cuma mereka gak berani aja bilanginnya. Lo kan yang nyebar video itu?" Ucap Gabriel pelan supaya gak didenger yang lain, dia juga masih inget kalo dirinya terlibat.
"Pertemanan kita emang gak bisa bohong, lo kenal gue banget, kalo gitu shut the fuck up and act like there's nothing happen." Bisik Manuel lalu mukul pundak Gabriel keras dan pergi ninggalin dia.
To be continued...
**
Anthony yang pusing mikirin anak bontotnya
Adelyn
Brandon
Manuel
Elina
Aku berterima kasih banget sama kalian yang udah mau luangin waktu buat baca cerita ini, views, vote, dan komen dari kalian berarti banget buat aku.
See you next part, 拜拜👋🏻