In The Darkness (Selesai)

By deewakanda

9.8K 1.2K 90

Awal kasus bunuh diri terjadi di SMA kebanggaan Mandeville membuat banyak siswa siswi mulai membuat berbagai... More

Cast
Rainbow rides
Hypothesis
Illegal Evidence
Advertisement
The Doctor
The Philosophy
Bystander
Same?
Stand Down
Solve Code
Past
RED 280R9
In The Castle
In The Castle II
Pak Bram
Meeting
Suspicious
Sweet as sugar
Festival Preparation
Approximately
The Diary
Kesaksian Radaffa
Kesimpulan
Chaos
Memanas
The Twin's Report
Unexpected Clue
H-1
Disappear
Game Over
No time to die
Revealed
06:00
Chill
Finally (END)
Balik
Apa lagi?
Season 2

Mentari Asylum

168 24 1
By deewakanda

Diary Arga berisi banyak clue dimana membua sedikit harapan para pencari kebenaran.

Semua orang yang ada di dalam ruangan Kak Pram tercengang mendengar apa yang dibacakan oleh Jenan. Rafa alias Radaffa kini menjadi orang pertama dalam pencarian mereka ketika Jenan mulai membaca di tangan 31 Oktober 2013.

Yolanda tiba-tiba menjauh, dia berkata kitak tak bisa lagi bersama karena ternyata dia adalah saudariku. Bagaimana bisa hal ini terjadi padaku? Aku hancur. Aku tak tahu lagi harus bagaimana. Satu-satunya orang yang melindungi ku dari mereka kini pergi meninggalkan ku.

Aku mengerti sekarang, semua kepingan puzzle yang berada di kepalaku akhirnya utuh sudah. Ibu pergi bukan karena ia tak mencintai ayah, melainkan ayahkah yang tak mencintai ibu dan masih menjalin hubungan bersama kekasih lamanya kemudian melahirkan Yolanda Sina Prabawa. Aku akhirnya tau arti nama P dalam nama Yolanda adalah Prabawa sama dengan namaku.

Keluargaku tega membalikkan semua fakta yang ada, aku tak bisa lagi mempercayai mereka. Rafa orang pertama yang menceritakan semua ini padaku, awalnya aku tak percaya sangat anat tidak percaya. Dia gila, adikku gila!

Oh tuhan, aku lelah. Kebebaran apalagi yang akan terungkap? Aku berharap kebejatan 'dia' padaku juga akan terungkap. Sekarang atau nanti.

"Kak, belok kiri!" Perintah Chandra yang duduk di depan bertugas memberikan petunjuk jalan pada Kak Pram yang mengemudikan mobil dinasnya.

Keempat anak Mandeville di temani oleh Kak Pram bergegas menuju Rumah Sakit Jiwa dimana Radaffa di rawat.

Jenan curiga Radaffa lah dalang di balik semua pembunuhan teman-teman mereka. Naraka juga meyakini bahwa Radaffa mengetahui masalah Arga yang membawanya pada kematian yang mengerikan.

Sedangkan Kak Marsyand beliau tidak ikut karena harus mengurusi bukti milik Gily dan mengirimkan surat izin ke sekolah sebab rumah sakit yang di naungi Radaffa berada di luar kota.

Squad Mandeville membutuhkan waktu sekitar 3 jam sebelum akhirnya mereka sampai di sebuah bangunan besar dengan pagar yang besar pula terlihat kurang terawat dindingnya di tumbuhi lumut dengan cat putih yang mulai memudar bertuliskan Rumah Sakit Jiwa Mentari.

"Chan, lo yakin bener? Ini rumah sakit apa rumah hantu suram begini" tanya Daffa bergidik ngeri, demi apapun Daffa lebih memilih melihat mayat langsung dari pada harus masuk ke dalam gedung di depannya itu. Jujur ia teringat rumah istananya Arga.

"Dari google map nya sih iya" balas Chandra yang tak kalah merinding tatkala Kak Pram melajukan mobil melewati pagar.

"Ayo turun anak-anak" ucap Kak Pram yang turun duluan di susul oleh anak-anak mandeville. Mereka semua kembali mengamati sekeliling sebelum mencoba masuk kedalam.

Kak Pram yang berjalan di depan menghampiri pos satpam, menunjukkan kartu tanda polisinya kemudian menanyakan dimana pintu masuk dan resepsionis. Pak satpam menggangguk mulai melangkah menuju ruang resepsionis.

Baru beberapa langkah, mereka mendengar teriakan bersaut-sautan dari sebelah kanan. Semuanya kompak melihat dimana arah teriakan berasal dan betapa terkejutnya mereka melihat seorang wanita setengah baya terus terusan berteriak diikui oleh temannya yang berada kurang dari 3 meter darinya. Keduanya hanya berteriak tak jelas.

"AAAAAAAA!!!"

Chandra tiba-tiba histeris membuat Kak Pram dan yang lain dengan panik langsung melihat ke arahnya. Tangan Chandra di tarik oleh seorang anak 14 tahun yang tersenyum jahil satu tangannya lagi membawa tedy bear pink.

"PAPAH!! AYO MAIN!!" Anak kecil itu antusias menggoyang-goyangkan tangan Chandra yang ketakutan setengah mati.

"Gue bukan bapak lo!! Kak Prammmmm!!!!!"

Jenan, Daffa, dan Naraka tertawa terbahak-bahak melihat teriakan Chandra yang tak kalah kerasnya dengan teriakan 2 wanita yang mereka lihat tadi. Bahkan dua wanita itu malah menyauti teriakan Chandra.

Pak Satpam yang sudah terbiasa dengan situasi ini akhirnya membantu Chandra yang langsung menghambur ke dekat Kak Pram ketika genggaman tangan anak itu lepas dadi lengannya.

"Jahannam kalian bukannya bantuin gue!" Ucap Chandra kesal sembari menunjuk-nunjuk ketiga sahabatnya.

Akhirnya mereka pun masuk ke ruang resepsionis yang tak jauh berbeda dengan keadaan di didepan tadi. Hanya saja disini pasien terlihat lebih kalem, ada yang berbicara sendiri, berbicara dengan kursi, bahkan ada pula yang hanya terdiam menatap kosong ke depan.

"Permisi, saya Detektif Pram dan ini para anak magang Jenan, Daffa, Naraka, dan Chandra kami dari kepolisian Mandeville" perkenalan Detektif Pram sembari menunjukkan lambang kepolisiannya.

"Saya Anne bagian resepsionis. Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Kami mencari pasien atas nama Radaffa Ganesha Prabawa" kata-kata Pak Pram langsung membuat sang resepsionis terdiam terlihat dari wajahnya ia kebingungan.

"Maaf tapi untuk pasie-"

"Tolong kerja samanya, kami sedang melakukan penyelidikan yang melibatkan Radaffa Ganesha Prabawa"

Anne terlihat ketakutan, ia kemudian mengambil telpon dan menelpon sesorang sampai akhirnya salah seorang wanita sekitar pertengahan 50an datang ke meja resepsionis menyapa mereka semua.

"Selamat siang, saya Arafah ketua Rumah Sakit Jiwa Mentari. Pegawai saya bilang anda semua ingin menemui pasien bernama Radaffa Ganesha Prabawa?"

"Ya. Kami butuh kesaksian Radaffa"

"Atas kasus apa kalau saya boleh tau?"

"Pembunuhan"

"Saya mengerti, pasien atas nama Radaffa memang memiliki gejala psikopat namun tak bisa di pungkiri bahwa selama ini dia ada di dalam ruang isolasi selama bertahun-tahun. Tak ada yang menjenguknya kecuali kakaknya beberapa tahun yang lalu. Saya khawatir jika saya membiarkan kalian menemuinya dia akan mengambil kesempatan itu untuk menyakiti kalian. Dia sangat berbahaya dan manipulatif, saya tidak yakin dia akan memberikan kesaksiannya dengan mudah" jelas Bu Arafah panjang lebar namun hal itu tak mengurungkan Detektif Pram dan para krucilnya untuk menemui Radaffa. Sudah kepalang tanggung mereka sampai sini masa tak mendapatkan apapun.

"Tak apa. Kami bisa menjaga diri kami benar-benar harus menemui Radaffa" ujar Daffa yang mulai tak sabaran.

Bu Arafah menghela nafas kasar, tak tau lagi bagaimana caranya memberi tahu detektif polisi dan anak-anaknya yang bebal ini akhirnya beliau memandu mereka ke dalan ruang isolasi.

Berbeda dengan suasana sebelumnya, di ruang isolasi ini sepi nyenyet, pencahayaannya yang remang hanya ada lorong seperti tak berujung bahkan tak ada satupun manusia yang terlihat.

"Hello" sebuah suara deep terdengar persis dari pintu di samping Jenan membuat laki-laki itu melompat kaget bergegas mendekati Kak Pram.

Suara itu kembali terdengar kini adalah sebuah tawa terpingkal-pinkal. Jujur saja semua yang ada di situ merasa merinding, ini sangat menyeramkan.

"Demi apapun gue nggatahan. Creepy banget itu suara siapa" ucap Chandra semakin mepet ke Kak Pram dan Jenan.

"Pasien A110. Penderita Skizofrenia akut, terakhir hampir membunuh sesama pasien dan Pak Satpam. Sudah 2 bulan ada disini" jelas Bu Arafah yang membuat keempat anak SMA itu semakin ketakutan.

Bahkan Naraka yang sedari awal diam kini mulai mendekati Detektif Pram ketika mereka mulai kembali berjalan menuju ruang isolasi Radaffa.

"Gue ngga nyangka dunia begitu kejam hingga banyak manusia yang jadi kayak gini. Apa mereka bisa di sembuhin?" Tanya Naraka pada Bu Arafah, ia menyadari banyaknya ruang isolasi dan semuanya hampir terisi penuh.

"Tergantung kemauan mereka untuk kembali pada realita meninggalkan dunia indah yang mereka bangun. Pada dasarnya mereka hanyalah orang-orang yang tersakiti dan tak tahu lagi bagaimana menyembuhkan luka batinnya" Kata-kata Bu Arafah menusuk relung hati mereka.

Seandainya dunia ini damai, manusia saling mengerti dan mengasihi tapi sayang realita tak seindah ekspetasi. Lagipula tidak mungkin dunia berjalan tanpa ada sisi gelap. Segala sesuatu di ciptakan berlawanan agar tercipta sebuah keseimbangan. Ada yang jahat ada yang baik, ada terang ada gelap, ada atas ada bawah.

"Ini dia pasien A44. Radaffa Ganesha Prabawa. Maaf saya tak bisa membuka pintunya, protocol keamanan"

"Nak Rafa? Bangun. Ada yang menjenguk" ucap Bu Arafah sembari menggedor pintu milik Radaffa. 30 menit berlalu namun tak ada satupun suara di balik pintu.

Ketika mereka ingin menyerah, suara gesekkan terdengar, lubang kecil untuk menaruh makanan terbuka lebar. Dari dalam ruangan terlihat wajah yang tak asing bagi Kak Pram dan anak-anak Mandeville.

Dia adalah Radaffa. Akhirnya mereka menemukan Radaffa!

Continue Reading

You'll Also Like

45.2K 1K 5
فَتاه قوية و لكِن القدر أقوى مِنها غدرت مِن اقرب الناس ، تعذبت و ضلمت مِن اشباه الرِجال كانت تحب لكن طعنت فدخل رجال آخر رغما عِنها هل ستقع في الحُب...
147K 931 8
تحذير:-القصة منحرفة +18 (القصة مكتملة)
148K 5.9K 78
A girl whom I thought as my best friend standing before me with a knife to kill me. She stabbed the knife onto my chest and told me "He will not like...
91.2K 2.2K 11
مافيا - حب - قسوه - غيره renad231_5 مرت سنه والقلب ذابحهه الهجر ومرت سنه والهجر عيا يستحي الروايه موجوده في انستا : renad2315