UPDATEEE YEYYYY
CEPET LAH YAAAA
CEPET BGT LOH INIII!! KARENA KALIAN PADA SEMANGAT VOTE COMMENTSNYAA
TERHARU🥺🥺
ENJOYYYY
---------
Alex menatapku dalam dengan kedua tangannya yang memejarakanku. Beberapa menit yang lalu, setelah kami memasuki gudang ini, dia dengan sigap langsung menguncinya.
Entah dari mana Alex mendapatkan akses seperti itu, yang ku lihat tadi dia memang memiliki kunci yang sangat banyak.
Tanpa aba-aba pula pria itu memegang pinggangku dan menggendong ke atas meja. Darahku mendesir melihatnya berada sangat dekat di hadapanku.
Wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dan hembusan napasnya yang kuat mengarah padaku.
Dipaksanya mata kami bertatapan dengan jarak sedekat ini. Aku baru tahu jika Alex memiliki mata coklat yang sangat bening dan indah, seakan aku bisa mengaca di sana.
Telinga kucingnya tampak terbuka lebar dengan ekor yang bergerak liar di belakangnya, seperti tengah kesenangan.
Walaupun wajahnya tidak berekspresi apa-apa, masih dapat ku dengar pikirannya yang berteriak di dalam sana. Entah bagaimana cara Alex menahannya.
"Astaga, Nat dekat sekali denganku! Aku harus bagaimana? Kaki ku gemetaran hanya untuk berdiri saja. Dia cantik sekali, Rolf, dan harumnya sangat wangi, aku bisa gila," ucapnya dengan beberapa kali berteriak histeris.
Tanpa sadar aku tersenyum mendengar pikirannya, tanganku refleks menutup bibirku yang mengembang. Alex lucu sekali, aku seperti melihat versi yang berbeda dari sosok biasanya.
Ekornya yang melingkar-lingkar tidak mau diam membuatku salah fokus pada benda tersebut.
Keningku mengerut melihatnya bertransformasi menjadi setengah serigala. Padahal di kelas dia tampak normal seperti manusia pada umumnya.
Sudah kewajiban kami, para mahluk immortal, untuk berpura-pura menjadi manusia. Bisa bahaya jika identitas kami diketahui, kemungkinan terburuknya adalah diasingkan.
Karena itulah melihat bulu-bulu serigala Alex adalah hal yang langka bagiku, rasanya tanganku gemas ingin mengelusnya. Werewolf termasuk mahluk yang paling jarang muncul, mengingat mereka bersurai dan susah untuk bersembunyi.
Dengan rasa penasaran yang teramat sangat, akhirnya aku pun menanyakannya.
"Hm Alex, ekormu keluar. Apa memang biasanya seperti itu?" lirihku tidak yakin. Tanganku menunjuk pada benda di belakangnya dengan ragu-ragu.
Bagaimanapun itu adalah hal yang tidak lumrah di dunia manusia, aku harus pura-pura belum mengetahuinya.
Alex ikut menatap ke belakang dan menganga melihat ekornya yang bergerak tidak beraturan. Mulutnya mangap dan matanya melebar.
Dengan cepat, dia memegang ekor tersebut dan mencoba menarik-nariknya.
"I-ini bukan ekor beneran, hanya properti. Tuh apa kau melihatnya? Ini bulu palsu, sayang. J-jangan takut padaku," ucapnya mencoba meyakinkanku.
Tarikan Alex pada ekornya terlihat sedikit kuat seakan ingin membuatku percaya. Begitu pun pada telinganya, dia menarik-nariknya, mencoba melepaskan.
Namun sayang usahanya itu sia-sia, malah yang ku dapatkan adalah keluhan Rolf yang terdengar mengomel dan menggeram marah.
"Sial, jangan tarik ekorku sekencang itu, bodoh. Hei hei itu semua tubuhku, jangan kasar padanya!"
Beberapa kali pula aku mendengarnya mengaum, tidak suka.
Bermaksud menghentikannya, aku pun mengambil alih ekor Alex dari tangannya. Seketika mataku terbelalak merasakan bulunya yang sangat halus seperti sutra.
Warnanya yang hitam kecoklatan tampak cantik jika dilihat dari dekat, membuatku terpaku. Rasanya sangat nyaman membayangkan terlentang di bulu-bulu tersebut, pasti tidurku akan sangat nyenyak.
"Sangat indah," ucapku refleks tanpa ku sadari. Mataku masih melekat di sana dan tanganku sudah meremasnya, gemas.
Sedangkan Alex, dia terdiam kaku dengan mata yang berkabut menatapku. Merasakan tatapannya yang intens, aku pun menatapnya balik.
Kedua bola matanya tampak berbinar-binar dan sedikit menyipit. Bibirnya melengkung menampilkan giginya yang rapi. Entah mengapa aku merasa Alex sangat bahagia melihat tingkahku.
"Dia menyukaiku, Al! Jelas sekali Nat lebih menyayangiku daripada kau. Aku ingin berubah, aku ingin merasakan sentuhannya di sekujur tubuhku! Please please," mohon Rolf di pikirannya.
Menyadari terlalu terbuai, akhirnya aku pun melepaskannya. Walaupun aku sangat ingin melihat serigala pemilik bulu halus ini, akan tetapi aku tetap takut.
Werewolf terkadang bisa hilang kontrol, apalagi manusia memang makanan mereka.
Dengan cepat aku berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan hanya mengangguk, mempercayainya.
Seketika raut wajah bahagia Alex berubah menjadi kesedihan dengan bibir yang sedikit mengerucut. Bukannya tampak menyebalkan, di mataku dia imut sekali.
Pipinya mengembung dengan kening yang mengerut, tidak suka.
Hal itu bersamaan dengan ekornya yang tiba-tiba saja menghilang. Telinga Alex yang tadinya sangat terlihat pun kini bersatu dengan kepalanya.
Entah bagaimana caranya, di hadapanku sekarang Alex sudah berubah menjadi manusia seutuhnya.
"Aumm, Nat menolakku lagi karena mu, Al. Pasti dia takut melihat senyum lebarmu itu!" Tuduh Rolf, menyalahkan.
Setelah itu tidak terdengar lagi keberadaannya, seakan benar-benar menghilang. Sekali lagi aku merasa bersalah mendengar pikirannya. Suaranya yang menciut, membuatku tidak tega.
Wajah Alex pun semakin mengeras dan menatapku tajam. Matanya menelaah ku dari atas ke bawah seakan sedang meneliti apa yang ku kenakan, membuatku sontak ikut melihatnya.
Aku meneguk ludah kasar saat menyadari jika potongan dadaku sangat terlihat jelas jika dipandang dari atas. Dengan refleks, aku menutupinya.
Tatapannya yang intens itu membuatku keringat dingin, apalagi tidak ada udara di sini. Rasanya napasku dengannya saling beradu dan berebut.
Alex membuka kancing demi kancing kemejanya dengan tidak melepaskan matanya dariku.
Jari yang kekar itu terlihat mencengkram setiap kancing dengan amarahnya.
Anehnya aku tidak mendengar apa-apa di pikirannya, aku tidak tahu apa yang ingin dilakukannya.
Jantungku berdegup cepat dan menatap ke arah lain, gugup.
Tanpa ku duga, Alex membawa kemeja itu ke tubuhku dan menutupinya. Kemeja pria itu sangat besar mengurungku, hingga badanku tenggelam.
Aku menatapnya bingung dengan alis naik, bertanya.
"Tidak boleh ada yang melihat tubuhmu, kau sangat cantik, mine. Aku pencemburu," ucapnya tanpa ekspresi apa pun, namun berhasil membuatku berdebar.
Alex menatapku dengan tulus, menunjukkan bahwa dia serius dengan ucapannya.
Tangannya yang sedang mengaitkan kancing kemeja membuat tubuhku merinding saat bersentuhan dengannya. Rasanya sangat hangat, tanpa bulu Rolf sekalipun aku tetap merasakan hangat tubuhnya.
Aku masih menatapnya takut dan gelisah. Rasa gugup ini membuatku ingin cepat-cepat kabur darinya. Dengan perlahan, akhirnya kaki ku mencoba turun dan mendorong tubuhnya agak menjauh.
Namun sayang tidak berefek apa-apa. Alex malah menahan pinggangku dan wajahnya semakin mendekatiku. Kepalanya sedikit miring dengan matanya yang menatapku sayu.
Sekilas dapat ku lihat kilat nafsunya di sana, akan tetapi pergerakannya sangat pelan seakan tidak ingin membuatku takut.
Tubuhku tanpa sadar menegang kaku mendengar ucapan Alex selanjutnya. Aku terpaku sambil perlahan memejamkan mata, takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Aku sudah baik padamu, Nat. Beri aku hadiah! Kali ini balas ciumanku, sayang."
---------------
EHEHEEHHEHE
TEBAKKK NAT BAKAL GIMANAAA??
KENAPA YAH ALEX GEMES BGTTT, SMOGA GUE GA TIBA" BUAT DIA JD BRENGSEK YA WWKKWWKKW
SAVE ALEX
JANGAN LUPA VOTE COMMENTS YA SYG SYG KUUU
LOVE YOUUU🤍