Pet Me, I'm Your Wolf!

By Raessyyy_

3.4M 163K 13.4K

"Jilat aku, aku menginginkannya! Bagian bawahku juga! Aku ingin merasakan mulutmu di sana, cantik." ... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53 (END)
[S2] BAB 54
[S2] BAB 55
[S2] BAB 56
[S2] BAB 57
[S2] BAB 58
[S2] BAB 59
[S2] BAB 60
[S2] BAB 61
[S2] BAB 62
[S2] BAB 63
[S2] BAB 64
[S2] BAB 65
[S2] BAB 66
[S2] BAB 67 (END)
CERITA BARU!!

BAB 4

159K 6.1K 117
By Raessyyy_

ASIKKK UPDATEE

KYK UDAH LAMA BGT G UPDATEE

KANGEN KALIAN DEHH!! KOMEN KALIAN GEMES" SOALNYAAA

MAAP YAH TELAT UPDATE, MASIH PADA NUNGGUIN KANN?🥺✨

ENJOYYY

----------

Senyumku sontak terbit mendengar Alex dan Rolf masih berdebat satu sama lain dan saling menyalahkan.

Tidak tahan menunggu Alex turun akhirnya aku pun berdiri, berniat untuk menghampiri pohon tersebut.

"Alex, turunlah, aku sudah tahu itu kau. Bahaya berada di atas pohon seperti itu," ucapku, memperingati.

Mendengar ucapanku, ekor Alex tampak bergerak semakin liar ke kanan kiri seakan tengah kegirangan, membuatku mengerut bingung.

"Dia mengkhawatirkanku! Sudah ku bilang Nat mencintaiku, Rolf," pikirnya yang membuatku tidak dapat menahan tawa lagi.

Padahal aku mengatakannya hanya semata takut dia terjatuh, bukan berarti aku menyukainya.

Astaga, ada-ada saja pikirannya. Sepertinya aku harus hati-hati dalam berucap mulai sekarang, Dia mudah sekali luluh.

Wajah Alex semakin bersembunyi di antara daun-daun dan tubuhnya mundur melingkari pohon, tidak ingin aku mendekatinya.

Yang ku tahu, Alex tengah malu. Sekilas dapat ku lihat telinganya yang turun seperti seekor kucing yang sedang ketakutan.

Tanpa sadar aku menggigit bibir dalam, gemas melihatnya menggemaskan seperti itu. Rasanya aku ingin mencubit pipinya dan memeluknya kencang hingga dia sesak napas.

"Turunlah, bodoh! Dia mencari kita," ucap Rolf dengan tidak sabarnya. Sepertinya perlahan aku sudah mulai bisa membedakannya.

Alex memiliki suara berat yang khas dan serak basah apabila dia sedang memikirkan hal-hal kotor. Sedangkan Rolf mempunyai suara yang berbeda, kadang pula menggeram dan mengaum seperti hewan buas.

Dan yang baru kusadari adalah pikiran Rolf lebih mesum daripada Alex, jujur saja aku lebih takut mendengar suaranya.

Terlihat Alex yang semakin menjauh dan tidak menuruti pikirannya. Kurasa dia benar-benar tidak mau bertemu denganku. Dengan mengendikkan bahu tidak peduli, aku memilih menjauhinya dan membereskan tempat bekalku.

Lagipula aku masih merasa canggung berada di dekatnya setelah apa yang telah terjadi semalam. Kami tidak begitu dekat dan bisa-bisanya aku menggodanya seperti itu.

Tidak, aku tidak mau mengingatnya lagi.

Seiring dengan langkahku yang menjauh, terdengar suara riuh dari arah pohon tersebut.

Tiba-tiba saja terdapat suara gebukan yang sangat kencang dari arah belakang, membuatku sontak berbalik penasaran. Badanku terpaku melihatnya terjatuh dari sana.

Alex terduduk sambil meringis kesakitan memegang pinggulnya. Wajahnya tampak mengenaskan dan ekornya terlihat lemas.

Belum lagi pikiran Alex dan Rolf yang bertubrukan, saling menyalahkan.

"Sial, idemu sangat buruk, Rolf. Pantatku sakit!" Ucap Alex dengan mengeluh sebal.

Bibirnya mengerucut dengan kening menyatu, tampak sedang marah.

"Loncatmu salah, seharusnya kau belajar dariku!" Balas Rolf, sama kesalnya.

Sedangkan aku terdiam, mengamatinya. Tidak tega, akhirnya aku pun mendekati Alex dan mengulurkan tangan.

Alex melihatku dengan mata berbinar dan alisnya menaik seakan sangat terkejut dengan tindakanku.

Namun berbeda dengan pandangannya, dengan nakalnya mata itu malah mengarah pada bagian bawah kepalaku, membuatku spontan ikut melihatnya.

Aku menelan ludah kasar saat melihat kedua gundukan dadaku terlihat jelas karena menunduk. Daging-daging itu seakan ingin terbebas dari sweater ku yang ketat.

Astaga, aku lupa sedang tidak mengenakan dalaman.

Dengan cepat, aku kembali berdiri dan menatapnya malu.

Wajah Alex terlihat kesengsem dan mulutnya yang menganga. Ditambah dengan wajahnya yang memerah malu, entah karena jatuh atau melihat bagian tubuhku.

Jangan tanyakan bagaimana pikirannya, Rolf sudah ribut dengan ucapan-ucapan mesumnya pada tubuhku.

"Cepat pegang! Aku merindukan daging kenyal itu. Remas, bodoh!" Ucapnya memprovokasi Alex, membuatku malu bukan main.

Mata Alex semakin sayu dan berkabut, memikirkan hal yang tidak-tidak. Tegukan ludahnya terdengar kasar seakan sedang menahan sesuatu di dalam sana.

Yang tidak ku sangka, tiba-tiba saja keluar darah dari hidung Alex. Dia tidak mau melihatku dan wajahnya semakin merona seakan tengah kepanasan.

Aku terbelalak menyadari Alex mimisan. Darahnya keluar dengan sangat banyak hingga membanjiri dagu dan mulutnya. Dengan sigap pula, tangannya menahan itu semua.

Telinga kucingnya tampak naik dan menegang kaku.

Namun, dibanding semua itu, pikirannya saat ini lah yang membuatku terdiam di tempat dan menatapnya lekat.

"A-aku tidak pernah melihatnya dengan posisi seperti itu. Dadanya terlihat sangat cantik dan bulat. Tangan halusnya mengulur padaku, Rolf, dan apa kau lihat senyumnya yang manis itu? Hatiku berdebar! Bagaimana ini? Terlalu memalukan," pikirnya yang membuatku ikut gugup.

Bahkan dengan tingkahku yang tidak seberapa saja dia memikirkannya sedalam itu. Entah mengapa aku merasa malu mendengar pikirannya.

Bukan hanya pikiran mesumnya, akan tetapi pujiannya yang tidak berhenti mengarah padaku.

Tanpa sadar, jantungku ikut berdegup cepat seiring dengan langkahku yang mundur.

Sepertinya aku harus segera pergi dari sini, rasanya sangat malu mendengar pikiran-pikiran itu lebih jauh.

Memantapkan diri, akhirnya aku benar-benar berbalik dan tidak menatap lagi padanya.

Jujur aku khawatir melihat Alex dengan darah sebanyak itu. Bukannya tidak ingin menolong, hanya saja aku merasa tersipu di dekatnya.

Aku tidak pernah menerima pujian sebanyak itu sebelumnya, mengingat tidak ada teman yang ku miliki.

Pikiran terakhir yang ku dengar darinya terdengar sangat menyedihkan. Menggigit bibir dalam, aku bertekad tidak akan menghampirinya lagi.

"Nat meninggalkanku, Rolf. Dia pasti ilfeel. Apa aku harus mengejarnya? Atau menculiknya? Sial, kenapa aku tiba-tiba mimisan seperti ini sih? Nat pasti jijik padaku," ungkapnya yang membuatku merasa bersalah karena tidak membantunya.

Tidak ada rasa jijik sedikitpun, akan tetapi aku tidak berani untuk mengatakannya. Biarlah Alex dengan pikirannya.

Rasanya aneh didekati oleh lawan jenis, aku tidak pernah merasakannya. Yang ku pikirkan saat ini adalah aku ingin menjauhinya.

"Kejarlah, Al! Lakukan sesuatu! Kau memang bodoh, seharusnya aku saja yang keluar," balas Rolf dengan nada sedih dan sebal secara bersamaan.

Yang baru ku sadari adalah Alex tidak sedingin yang dibicarakan orang-orang. Dia hanya diam di luar, akan tetapi dalam otaknya banyak pikiran semrawut yang mengganggu.

Setelah berbelok, aku tidak mendengar pikirannya lagi.

Walaupun fokusku masih padanya, namun ku abaikan semua pikiran itu. Alex tidak akan kenapa-kenapa, dia termasuk pria populer di kampus ini.

Dalam sekejap saja, Alex bisa mendapatkan banyak wanita di sisinya. Seharusnya aku tidak perlu mencemaskannya, kan.

Masih melamun memikirkannya, tiba-tiba saja tanganku ditarik dan dibawa mengikuti langkahnya. Sontak aku berbalik dan melihat Alex yang memegang tanganku erat.

Wajahnya tampak mengeras, begitu pun dengan genggamannya. Jari-jarinya membungkus tanganku hingga tidak terlihat lagi. Terasa sangat hangat dan nyaman, seperti tengah dilindungi.

Langkahnya tegas dan terlihat terburu-buru dalam berjalan.

Masih terlihat telinga kucing dan ekornya yang menegang seakan tengah marah.

Alex memasuki sebuah pintu yang tidak ku tahu sebelumnya, terletak di pojok dan tertutupi dengan kayu-kayu bekas tidak terpakai. Mataku terbelalak menyadari jika dia membawaku ke gudang.

Hawanya terasa dingin dan mencekam, apalagi hanya kami berdua di sini. Dengan memberontak, aku pun mencoba melepaskan tangannya. Jantungku terasa berdegup cepat berbagi napas dengannya.

Namun bukan hanya itu saja, ucapan selanjutnya lah yang membuatku merinding, entah karena ketakutan atau rasa gugup yang teramat sangat mendengarnya. Kurasa keduanya.

"Jangan meninggalkanku seperti itu, mine. Kau harus tanggung jawab karena sudah membuatku mimisan, cium aku disini!"

------------

EHHEHHEEHE GEMESSS GA SI ALEX??

BTW BLOM ADA KONFLIK NI EHEM EHEM

ADA YG BISA NEBAK KONFLIKNYA BAKAL APAAA? WKWKWKWK

VOTE COMMENTS YG BNYK YAAAA BIAR GUE CEPET UPDATEE!!

LOVE YOUUUU🤍

Continue Reading

You'll Also Like

565K 19.9K 46
[ maaf apabila ada typo ataupun alurnya gak jelas . Karena ini yang pertama ] Thanks guys for read and vote my story Aku adalah seorang gadis yang h...
47.3K 4.1K 61
Bagaimana jadinya jika kalian harus masuk ke dalam lingkaran hidup yang membuatmu harus waspada setiap saat demi menjaga karir seseorang yang tak per...
570K 37.9K 63
(18+) BOOK 2 OF MY PRINCE VAMPIRE SERIES ✔ Berawal dari kehidupan sulit yg di alami kakak dan adik. mereka bernama Zelion dan Zeana sang pangeran dan...
659K 57.9K 91
Rate 18+!!! Bagaimana perasaan mu dikejar-kejar oleh pria-pria aneh dan bertemu dengan pria tampan yang ternyata bukan lah manusia. Dan tinggal dirum...