Kungfu Boy | End, belum revisi

By Purecally

245 53 2

Kepalanya sudah pusing penglihatannya sudah kabur, keringat sudah bercampur dengan merahnya darah. Dirinya te... More

0. Talk
1. Preman penagih uang
2. Legendaris Ke-enam
3. Latihan pertama
4. Latihan kedua
5. Lomba pangsit
6. Mon ikut lomba
7. Masa lalu Kamalia
8. Kamalia diterima
9. Pertemuan Kamalia dengan Mon
10. Lee berhasil
11. Desa Ikriman
12. Kepala desa Ikriman
13. Terpancing
14. Lee datang
15. Kamalia menghilang
16. Kamalia terkurung
17. Penyelamatan Lee
18. Master Owen
19. Misi selesai
20. Lee dan master Owen

21. Pesan dari master Owen

12 1 0
By Purecally

HAPPY READING!

Sudah 2 tahun semenjak master Owen pergi, semenjak pertamuannya dengan Lee, Owen sama sekali tidak muncul membuat master Fu tampak kelelahan.

"Kamu tau mengapa master begitu lesu?" tanya Lee berbisik ke arah Mon sementara laki-laki yang ditanyai itu menggelengkan kepalanya.

"Bukannya memang wajahnya seperti itu?" tanya Mon dengan polos membuat Lee akhirnya hanya menghela napas tidak minat untuk bertanya ke temannya itu lagi.

Kamalia datang sembari membawa botol airnya, menatap mereka berdua sembari menaikkan alisnya satu. "Enggak latihan?" tanya Kamalia sembari mengambil guci air dan menuangkannya ke dalam botol miliknya.

Lee berdiri dan beranjak dari sana. "Ini mau latihan," ujarnya kemudian pergi dari sana. Sekarang Lee benar-benar patuh terhadap Kamalia. Semua perkataan Kamalia dia akan langsung kerjakan.

Dirinya tidak bisa untuk tidak melakukannya, takut perempuan itu mengamuk dan Lee di goreng di wajan besar yang dia miliki di gudang.

"Kamu?" tanya Kamalia lagi setelah Lee beranjak pergi. Mon yang merasa ditanya langsung memamerkan gigi putihnya.

Mon mendekati Kamalia lalu memeluk lengan kanan perempuan tersebut. "Kak, boleh enggak kalau hari ini enggak latihan?" tanyanya membuat Kamalia menaikkan alisnya lalu menggelengkan kepala.

Kamalia menatap tajam ke arah Mon. "Kita latihan bersama saja, kamu selalu saja malas-malasan." Kamalia menarik telinga Mon untuk mengikutinya. Laki-laki yang umurnya lebih muda itu mengaduh kesakitan.

Kamalia meletakkan botolnya di atas lantai di ruang latihan. "Ayo, aku akan menunggu." Kamalia duduk di atas tangga dan Mon turun ke bawah, mulai melakukan latihan dengan berat hati.

"Enggak usah pasang muka terpaksa." Kamalia menyindir membuat Mon mengubah raut wajahnya menjadi sumringah, memamerkan deretan giginya yang putih.

"Kak, kenapa kita enggak latihan aja sama-sama?" Mon mulai memprotes lagi, padahal dirinya belum memulai apapun.

Kamalia mengalah, dirinya ikut turun dan mendekati Mon. Perempuan itu mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk latihan bersama. Kamalia menemukannya, sebuah tongkat yang sudah dibagi dua olehnya dengan pahanya.

"Kalau kalah, kamu bersihin rumah." Kamalia memberikan separuh dari batang kayu itu ke Mon dan diterima oleh Mon dengan agak ketar-ketir.

"Kakak curang!" Min memprotes sementara Kamalia menaikkan alisnya.

"Udah yakin kalah? Cupu." Kamalia tidak jadi mengangkat tongkatnya kemudian membalikkan badannya meninggalkan Mon yang masih memegang tongkat di sana.

"Oke! Ayo, kita latihan." Mendengar ucapan Mon, Kamalia tersenyum.

***

Lee sendiri sedang latihan bersama tiga orang lainnya. Mereka membentuk dua kelompok dan saling melakukan penyerangan. Lee sudah semakin mahir dan kuat, kemungkinan bahkan kekuatannya sudah sebanding atau bahkan lebih kalau dibandingkan dengan Kamalia.

"Apa taruhannya?" tanya Kare dari arah lawan sembari melipat tangannya di dada.

"Traktir aku makan!" Lee sudah melontarkan idenya membuat tiga orang itu menatapnya dengan bosan.

Lee yang ditatap seperti itu memberikan deretan giginya, salah tingkah. "Kenapa?"

"Surat! Surat! Surat!" teriakan yang memekakkan telinga membuat mereka berempat tidak lagi melanjutkan pembahasannya.

"Untuk master?" tanya Lee kemudian menerima surat tersebut, kurir yang mengirim menggelengkan kepalanya.

"Untuk Lee." Lee yang mendengar namanya yang disebut jadi heran. Dirinya menaikkan alisnya dan menerima surat tersebut dengan bingung, sangat bingung.

Setelah menandatangani sebuah kertas, kurir tersebut pergi dan Lee mencoba mencari nama penulis surat dari bagian luarnya. Nihil, tidak ditemukan sama sekali.

"Aku tidak yakin itu surat baik, bisa saja itu bom." Viv mulai menakuti membuat Lee jadi ragu untuk memegang surat tersebut dengan benar.

Dirinya langsung berlari ke perkarangan rumah dan melemparkan surat tersebut sembari menutup telinga menunggu surat tersebut meledak.

Mereka berempat berdiri berjejer, menunggu surat tersebut bereaksi namun, nihil tidak ada yang terjadi.

Lee akhirnya memutuskan untuk mengambil surat tersebut dan membukanya dengan perlahan.

"Oh, dari master Owen." Lee akhirnya membaca nama penulis surat itu kemudian bernapas lega, setidaknya surat ini tidak akan membuatnya mati.

"Apa?" teriakan memekakkan telinga membuat Lee terkejut.

"Surat dari siapa?" tanyanya lagi membuat Lee akhirnya menyebutkan nama dari penulis surat. "Master Owen."

"Untukmu?" tanyanya lagi dan Lee mengangguk dengan ragu. Mendengar itu, master Fu menghela napas kemudian meminta Lee untuk pergi dan membacanya sendiri.

Lee pergi keluar, mencari sebuah tepi sungai dan duduk di sana. Mulai membuka surat tersebut dan membaca  isinya.

Biar aku tebak, Fu kecewa ya saat tahu aku menulis surat untukmu bukan untuknya?

haha. Kasian. Dia tidak perlu surat dariku, makanya aku membuat surat ini khusus untukmu.

Lee, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Fu. Kalau dirinya tanya aku berada di mana, jawab saja aku sudah tidak akan bertemu dengannya secara fisik, aku bisa masuk ke dalam mimpinya kalau aku ingin.

Kamu hampir bisa menjadi penerusku. Kamu tau, ramalan itu pasti benar dan selalu benar. Buktinya adalah kamu.

Penerusku.

Legendaris ke-enam, Lee.

Jagalah apa yang kamu punya sekarang. Semua teman-temanmu, seluruh kemampuanmu sekarang dan orang tuamu. Maaf tidak bisa menemuimu secara langsung.

Oh, iya kamu membaca surat ini di tepi sungai, ya? Sebentar lagi ada sebuah tongkat milikku datang. Itu hadiah perpisahan dariku. Rawatlah dengan baik aku percaya padamu.

Aku berubah pikiran, setelah kamu kembali ke rumah. Berikan surat ini ke Fu.

Owen, master.

Setelah membacanya, sebuah bunga sakura menyerang pengelihatan Lee dan sebuah tongkat jatuh perlahan di pangkuan laki-laki tersebut.

Lee melihatnya, kemudian memegang tongkat tersebut dengan perlahan.

"Tongkat legendaris, Master!" Lee menatapnya dengan kagum, tidak menyangka dirinya bisa memegang tongkat ini secara langsung.

Lee kembali ke rumah dan memperlihatkan tongkat tersebut ke semuanya. Master Fu menatapnya dengan diam. Kemudian bergumam "Ternyata hanya dia, ya yang bisa memiliki tongkatmu, Owen."

Master Fu kemudian menatap Lee yang masih kegirangan. "Rawatlah dengan baik, Master Owen mempercayakan kepadamu, maka kamu harus menjaganya."

Lee menganggukan kepalanya dirinya kemudian merogoh kantongnya dan memberikan surat yang tadi dia baca.

Master Fu yang disodori kertas langsung menaikkan alisnya tidak mengerti. "Master Owen menuliskan di surat untuk memberikannya kepadamu."

Master Fu mengambilnya dan membawanya ke dalam ruangannya. Mulai membukanya dan membaca isi yang ada di sana. Tentu, isinya sudah berbeda dari tulisan yang ditulis Owen untuk Lee.

Master Fu menghela napas kemudian melipat surat tersebut, memasukkannya ke dalam laci dan menatap ke langit-langit ruangannya.

"Semoga, Owen. Semoga." Master Fu bergumam sendiri kemudian memejamkan matanya sembari tersenyum tipis.

***

End

26 April 2023

Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Kungfu boy sampai di sini, terima kasih atas dukungan kalian semua.

Continue Reading

You'll Also Like

541K 41.3K 28
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1M 16K 27
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
539K 58.2K 23
Berkisah tentang seorang Gus yang dikejar secara ugal-ugalan oleh santrinya sendiri. Semua jalur ditempuh dan bahkan jika doa itu terlihat, sudah dip...