Way Of Life

By TariKarisma

1.6K 151 85

☡Jadi pembaca yang bijak☡ Harap follow sebelum baca👌 Dicap sebagai tukang palak. Namun dibalik itu semua, ba... More

Way Of Life 1🏹
Way Of Life 2🏹
Way Of Life 3🏹
Way Of Life 4🏹
Way Of Life 5🏹
Way Of Life 6 🏹
Way Of Life 7🏹
Way Of Life 8 🏹
Way Of Life 9 🏹
Way Of Life 10 🏹
Way Of Life 11🏹
Way Of Life 12 🏹
Way Of Life 13 🏹
Way Of Life 14 🏹
Way Of Life 15 🏹
Way Of Life 16 🏹
Way Of Life 17 🏹
Way Of Life 18 🏹
Way Of Life 19 🏹
Way Of Life 20 🏹
Way Of Life 21 🏹
Way Of Life 22 🏹
Way Of Life 23 🏹
Way Of Life 25 🏹
Way Of Life 26 🏹
Way Of Life 27🏹
Way Of Life 28 🏹
Way Of life 29🏹
Way Of Life 30🏹
Way Of Life 31🏹End

Way Of Life 24 🏹

25 1 5
By TariKarisma

🌿🌿🌿🌿🌿🌿



Seminggu sebelumnya...

Lexa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, setelah dari rumah sakit Revan. Ia kesal dan marah, kenapa tiba tiba Revan memutuskan akan menikahinya dalam waktu 2 minggu. Ia kembali ke mansion dan menghubungi seseorang.

"Lakukan secepatnya."

"Bukan nona akan melakukannya?"

"Tidak, lakukan saja. Kan kubayar 2 kali lipat, dari perjanjian awal."

"Baik nona."

Ia menghembuskan nafasnya kasar, amarahnya masih menggebu didalam dirinya. Ia memang masih mencintai Revan tapi tidak seperti ini keinginannya. Tak lama seseorang masuk kedalam mansionnya, ia melihat Atlantik tengah berdiri dibelakangnya.

Ia menarik pergelangan tangan Lexa, namun ditepis oleh Lexa.

"Lo kenapa sih?!"

"Kita harus pergi Lexa." Lexa mengerutkan alisnya, ia masih tidak mengerti kenapa tiba tiba kakaknya ini mengajaknya pergi.

"Kemana?"

"Ketempat yang jauh dimana tidak seorang pun mengenal kita."

"Lexa gak mau, misi Lexa belum selesai."

"Lupain semuanya."

"Lo kenapa?"

"Lo yang kenapa Lexa?! Turutin semuanya maka Lo akan aman."

"Ada apa?"

"Lexa dengerin kakak, Daddy akan menikahkan mu dengan Revan."

"Gua tau."

"Bagus kita harus pergi."

"Ngapain pergi?"

"Lexa, Revan bukan putra kandung dari om Bagas Mahardika. Tapi dia anak dari musuh Daddy."

"Jelasin."

"Revan adalah putra kandung dari Xander, ketua bandar narkoba di Rusia. Dan dia telah bertemu dengan Revan, dia ingin balas dendam sama Daddy lewat kamu Lexa."

"Kenapa mereka bisa terpisah kak? Atau Daddy?"

"Iyah dulu Daddy sempat perang dengan mereka karena daddy berkhianat dari Xander, daddy membunuh semuanya dan membawa Revan pergi, lalu menyerahkan Revan pada temannya om Bagas yang kepingin seorang bayi. Daddy berfikir semuanya telah berakhir namun salah, Xander masih hidup dia ingin membalaskan dendamnya." Lexa terdiam mendengar penjelasan dari kakaknya, ia tertawa sumbang.

"Jadi Revan ingin menikah iku karena ia ingin balas dendam? Dia bersekongkol dengan ayahnya? Waaahh."

"Lexa kita harus pergi."

"Enggak kak, Lexa akan hadapi semuanya."

"Lexa jangan keras kepala!"

"Lexa ada janji dengan teman lama, sepertinya agak terlambat." Ucapnya dan bergegas pergi meninggalkan Atlantik.

"Lexa!" Panggilnya namun tak dihiraukan sang empunya.

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

Maya, Vio, dan Mawar kini tengah menunggu kedatangan Lexa. Sudah lama sekali mereka tak berjumpa dengan Lexa, mereka telah menyiapkan sebuah kue dan menghias cafe dengan indah, bahkan Mawar meliburkan cafenya demi acara hari ini. Meskipun Maya memberitahukannya secara dadakan, tapi ini cukup sempurna untuk menyambut kedatangan Lexa.

"Lo yakin sharelock nya dah bener?" Tanya Vio pada Maya.

"Iyah bener kok."

"Tapi kok dah setengah jam Lexa gak dateng dateng ya?" Ujar Mawar.

"Nih liat Maya dah sharelock tadi." Maya menunjukkan roomchatnya dengan Lexa.

"Iyah sih bener dah dikirim."

"Tapi tunggu deh, ada yang aneh." Imbuh Vio.

"Apa?" Kepo Mawar.

"Anj*ng! Lo sharelck tempat yang salah bego!"

"Lo sharelock ya kapan?" Tanya Vio.

"Tadi pas dirumah." Jawab Maya polos.

"Ini mah alamat rumah Lo Maya, bukan cafenya Mawar." Kesal Vio.

"Vangke pantes gak Dateng dateng orangnya." Umpat Mawar.

"Yahh salah dong?"

"Enggak bener banget malahan." Ujar Vio dan Mawar bersama sembari hendak memukul pala Maya.

"Eh stop liat tuh." Tunjuk Maya kearah pintu.

"Kita gak akan ketipu."

"Ihh beneran Maya mah."

"Lo bohongin kita lagi kan?" Ucap Vio.

"Kalian sibuk?" Ucap seseorang dari pintu dan menghentikan aksi mereka.

"Lexa?"

"Lexa?"

"Tuh kan Maya gak bohong."

"Lexaaaaaa kita kangen banget sama lo." Ucap Vio dan memeluk Lexa disusul dengan kedua sahabat lainnya.

"Sesek gobl*k, lebay!" Ucap Lexa dan melepaskan pelukan mereka namun nihil.

"Masih aja tuh mulut pedes banget." Gumam Mawar tapi membuat semua cekikikan kecuali Lexa, ia hanya tersenyum tipis.

Mereka menikmati kebersamaan, walaupun Lexa dingin tapi setidaknya menurut mereka dia sedikit menghangat tidak sedingin dulu.

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

"Enggak, aku tau semuanya Revan." Ucap Lexa.

"Lexa." Panggil Revan sendu, Lexa memberikan pistolnya kepada Revan.

"Lebih baik kamu bunuh aku sekarang dengan tangan kamu Van, jangan buat kebahagiaan semu dengan menikahiku." Ucapnya dengan air mata dipelupuk matanya.

Lexa akui hari ini ia sangat lemah, ia menunjukkan sisi rapuhnya pada Revan untuk pertama kalinya. Revan menggeleng, ia tidak akan melakukan itu.

"Revan, kamu tau keluarga aku bersalah besar sama kamu, kamu gak harus maafin keluarga aku. Ayo Revan bunuh aku sekarang, balaskan dendamu dan ayahmu." Ucap Lexa.

"Kesalahan keluargamu memang sangat besar, bagaimana kau membayarnya hmm?" Ucap Revan yang berubah menjadi dingin saat melihat Lexa meneteskan air matanya. Pertama kalinya Revan melihat sisi lain dari Lexa, dan itu membuat perasaanya hancur.

"Bunuh aku Revan."

Revan mengeraskan rahangnya, ia menodongkan pistolnya tepat dikening Lexa. Wajahnya sampai memerah karena amarah, ia marah sangat marah.

"Tarik pelatuknya Van." Lexa ikut memegang pistol dan semakin mendekatkannya pada keningnya.

"Kematianmu saja tidak akan cukup Lexa, apa dengan kematianmu aku akan bahagia?kamu berfikir begitu iya?!" Revan membuang senjatanya dan memeluk Lexa dengan erat, ia tidak akan membunuh gadis yang dicintainya.

"Aku tidak akan membunuhmu Lexa, aku tidak membencimu, kamu gak salah." Ucapnya.

"Revan tetapi karena keluargaku kamu terpisah dari orang tuamu. Bahkan daddyku telah menghancurkan keluarga aslimu."

"Itu bukan salahmu, kumohon berhenti menyalahkan dirimu Lexa."

Perlahan Lexa mulai membalas pelukan Revan, ia bahagia namun juga sedih. Kenapa harus terjadi padanya, ia mengeratkan pelukannya pada Revan.

"Maafkan aku Revan."

"Kamu gak salah, mulai sekarang hanya ada kita." Ucap Revan dan semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah kejadian beberapa saat, kini mereka tengah menikmati indahnya bintang dilangit. Lexa menegakkan kepalanya, ia menatap Revan dari samping.

"Sejak kapan kau mencintaiku?" Tanyanya.

"Entahlah, sejak kau pergi semuanya menjadi hampa."

"Lebay!"

"Biarin, kalo kamu?"

"Bukankah sudah tau?" Sinis Lexa.

"Untung sayang."

"Van." Panggil Lexa.

"Hmm?"

"Aku selalu bermimpi suatu saat kita bisa bersama, hidup bahagia dan tanpa sedikitpun masalah terjadi. Aku cuma ingin berdua sama kamu, disaat apapun."

"Kita akan mewujudkannya mulai sekarang."

"Benarkah? Apakah aku bisa bahagia juga?"

"Husst kamu berhak bahagia Lex."

"Aku capek Van, aku gak sekuat yang kamu lihat."

"Kamu adalah gadis terkuat selama ini." Lexa tersenyum dan menyandarkan kepalanya dibahu Revan.

"Hari ini aku merasa sangat bahagia." Ujarnya.

"Hmm."

Tak lama Lexa tertidur, Revan yang melihatnya segera menggendongnya masuk kedalam. Suhu diluar sudah semakin dingin, ia takut Lexa akan sakit setelah ini. Ia membaringkan Lexa ditempat tidur, ia juga menyelimuti tubuhnya agar tidak dingin.

"Aku janji Lex akan buat kamu bahagia mulai sekarang." Ucapnya dan ikut berbaring tidur di sofa yang ada dikamar Lexa.

Keesokan paginya Revan terbangun karena silaunya sinar matahari, ia menatap ranjang sudah tidak ada Lexa disana. Ia duduk dan berfikir optimis mungkin Lexa sedang didapur atau mandi.

Tak lama suara ketukan mengalihkan atensinya, Revan membukakan pintu kamar dan melihat seorang pelayan tengah berdiri membawa sarapan.

"Tuan ini sarapannya, tadi nona Lexa sendiri yang memasaknya." Ujarnya dan membuat Revan tersenyum. Ia mengambil nampan tersebut.

"Kemana dia?" Tanyanya.

"Nona bilang tadi ada urusan mendesak jadi dia pergi."

"Hmm baiklah."

"Saya pamit dulu tuan." Revan menganggukkan kepalanya.

Ia menaruh makanannya diatas nakas, disana ia juga melihat sebuah surat.

Good morning

Revan aku udah nyiapin makanan tapi kurasa rasanya tidak akan lezat, dimakan ya kalo emang gak enak dibuang aja.

Van aku mau ucapin makasih banget sama kamu, makasih udah bales cinta aku, makasih udah pilih aku, makasih udah buat aku bahagia.

Aku seneng banget waktu ketemu kamu lagi, waktu kamu posesifin, waktu kamu gak kasar lagi sama aku. Semoga kamu bisa begitu juga dengan gadis lain suatu saat.

Van aku gak bisa lari dari masalah, aku akan akhiri semuanya Van, kamu harus tetep lanjutin hidup kamu ya, biar aku selesain semuanya.

Dan suatu saat kamu harus mencari gadis lain yang bisa buat kamu bahagia, aku rela kok Van, dan aku akan sangat bahagia kalau kamu bahagia.

Aku akan datang kerumah om Xander, dia menginginkanku maka aku akan datang Van. Kamu harus menyayangi ayah kandung kamu, dia hanya punya kamu Van. Jadilah anak yang baik.

Ti amo Andrirevan Putra Mahardika.

Revan mengepalkan kedua tangannya, ia meremas kertas itu dan membuangnya. Ia juga  membuang makanan yang disajikan Lexa, bergegas keluar dan pergi dari mansion.

Disisi lain Xander tengah menatap seorang gadis yang sedang berlutut dihadapannya dengan dicekal oleh kedua anak buahnya, dengan wajah yang penuh darah karena menerobos masuk kedalam markas Xander.

"Berapa nyawa yang kau punya sehingga mampu menerobos masuk kesini?" Tanya Xander.

"Cuih!" Lexa meludahkan darah dari mulutnya, ia tersenyum sembari menatap Xander.

"Bukankah kau menginginkanku?tunggu apalagi bunuh aku." Ucapnya santai.

"Bocah sialan! Katakan dimana keluargamu tinggal?" Tanyanya dengan geram dan mencengkeram dagu Lexa.

"Kamu nanya?" Jawab Lexa dan tertawa.

Plak!

Tamparan keras ia dapatkan, dan membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah lagi. Namun dia masih tersenyum menatap Xander tanpa takut.

"Jangan main main dengan saya." Xander mendekatkan kepalanya pada Lexa, Lexa tersenyum dan meludah tepat diwajah Xander. Setelahnya ia langsung melepaskan diri dari cengkraman anak buah Xander.

Ia juga mengambil pisau yang ada di lantai dan mengarahkannya pada anak buah Xander.

"Cukup tangguh juga." Ucap Xander.

Xander menyerang Lexa, dan Lexa sekuat tenaga menahan serangan Xander. Mereka bertarung tanpa tau ampun, dengan sisa tenaganya Lexa tetap berusaha kuat walau banyak luka ditubuhnya. Sebelumnya Lexa telah memustuskan semua kontak dengan keluarganya, agar Xander tak akan tau dimana keluarganya sekarang berada. Ia harus mengakhiri pertarungan ini, walau dengan nyawanya sekalipun.

Lexa berhasil menancapkan pisau lelaki Xander dan membuatnya menggerang kesakitan, ia tersenyum senang. Namun Xander tidak tinggal diam, dia mengambil pistol dan menembaknya kearah Lexa yang lengah.

Dor!

Lexa memegangi perutnya yang tertembak, dia juga mengeluarkan darah dari mulutnya. Namun ia tetap tersenyum kala melihat dari jendela kaca Revan diakhir pertempurannya, walaupun Revan masih dibawah gedung. ia menatap Xander dengan tersenyum, ia juga memberikan jempol pada Xander.

"Om pertarungan kita selesai disini okey, jangan cari keluargaku lagi. Jikapun mereka datang dan gak sengaja ketemu sama om jangan ganggu mereka. Dendam om sudah terbayar dengan ini kan? Uhuk!" Lexa memuntahkan darah lagi.

"Om juga harus janji biarkan Revan memilih hidup dengan om atau keluarganya sekarang, biarkan dia bahagia om."

Sedetik kemudian Lexa mulai ambruk, ia juga mulai lemas. Disaat matanya ingin terpejam ia melihat Revan yang berlari kearahnya, ia tersenyum.

"Lexa buka matamu Lexa kumohon." Revan membawa kepala Lexa kepangkuannya, ia menangis menatap Lexa yang terluka dan darah dimana mana.

"Lexa bangun Lex jangan tinggalin aku."

"Revan." Panggil Lexa lirih dengan sisa tenaganya.

"Kamu harus kuat kita kerumah sakit sekarang." Lexa menggeleng dan memegang tang Revan.

"Ba-hagia selalu ya, uhuk. Tetap hormati ayah ka-mu, jaga di-ri baik baik uhuk uhuk."

"Bertahan Lexa."

"Aku capek Van, biarkan aku tidur ya? Uhuk uhuk."

"Ambulans bentar lagi sampai Lex kamu bertahan jangan ngomong aneh aneh kamu akan baik baik saja."

"Enggak Van, aku mohon biarkan aku tidur, aku sudah cukup bahagia kamu mencintaiku Van. Aku sangat bahagia uhuk uhuk."

"Enggak!!"

Xander yang melihat keduanya merasa menyesal, ia memang telah menuntaskan dendamnya tetapi melihat putranya menangisi gadis itu membuatnya menyesal. Ia telah merenggut kebahagiaan putranya.

"Van, Gendhis udah nunggu aku uhuk." Panggilnya lirih.

"Iyah tapi nanti kamu harus bangun lagi, kamu janji hanya tidur bukan? Berarti nanti kamu bakal bangun lagi." Ujarnya membuat Lexa tersenyum.

"Makasih Van." Perlahan Lexa mulai menutup matanya, dan geganggaman tangannya pada Revan juga memudar, Revan yang melihat itu langsung memeluk Lexa dengan erat.

"Kamu janji akan bangun Lexa, kamu sudah janji semuanya sama aku."

Ia menggendong Lexa menuju kebawah, ia bahkan tidak menoleh sedikitpun pada ayah kandungnya. Ia membawa Lexa kedalam ambulans, namun air matanya tak berhenti menetes menatap orang yang paling dicintainya terbaring disana.

🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

Kini semua pelayan telah pergi meninggalkan makam satu per satu, tinggallah Revan, Vio, Mawar, Maya, Galang, Lintang, dan Naya yang berada disana.

Revan bahkan sedari pagi tidak meneteskan air matanya, seakan memang sudah rela akan kepergian Lexa.

"Lexa kenapa kamu ninggalin kita hiks, padahal baru aja ketemu kita." Ucap Maya.

"Lex kamu yang tenang ya disana." Ucap Mawar.

"Kita belum lama ketemu Lex tapi kenapa Lex? Kamu yang tenang ya."

"Van kamu yang sabar ya." Ucap Galang, namun Revan hanya menatap nisan Lexa.

"Kita pergi dulu ya Van."

Semuanya berlalu pergi meninggalkan Revan sendiri di pemakaman, Revan masih setia menatap nisan Lexa. Revan menaruh bunga dan pergi tanpa kata dari sana, ia menaiki mobilnya dan pergi kerumahnya.







"Saling mencintai tapi tak bisa bersama adalah sakit yang sesungguhnya."



Hallo semua...
Lama gak up ya author hehe maafin ya, eh tapi gak kerasa ya udah bulan ramadhan. Selamat berpuasa bagi yang menjalankan, semoga puasanya lancar dan berkah aamiin.
Semangat guys!!!!

Hasta nuego🖐️

Author K.

Continue Reading

You'll Also Like

4.2K 1.8K 35
seorang gadis pembuat onar di sekolahnya yg berhasil mendapatkan cinta seorang pria tampan. apakah cinta mereka akan berakhir dengan baik? oke, baca...
1.1M 43.9K 43
Bagi Beby, Rival itu seperti petasan banting yang dimainkan oleh anak-anak komplek perumahanya. Dia yang menyukai kesunyian harus ekstra sabar saat a...
KEIRA By Selfzaa

Teen Fiction

1K 78 20
"Pir Lo tau ga? Lo itu pantesnya jadi selingkuhan gue" ucapnya penuh dengan senyum kebanggaan. "Kenandrajing, kasian gue sama Lea" "Kasian? Tapi Lo m...
Queen of peace By

Teen Fiction

73.5K 5.5K 58
Cerita ini bakal buat kalian baper dan jatuh sejatuh jatuhnya!! Tak hanya itu cerita ini juga memiliki humor karena pemerannya. 15 remaja lelaki yang...