ALBIAN || SCOUPS [On Going]

By anzolv

6K 1K 752

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA] "Udah yang keberapa kali geng lo kalah sama geng gue?" ucap Albian dengan senyuman... More

Prolog
Cast
chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
Chapter 11
chapter 12
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
chapter 17
chapter 18

chapter 4

327 69 65
By anzolv

hai semuanya, aku bikin au chat random dari cast cerita Albian. jangan lupa follow akun au aku di Instagram ya @au.purpledaisy

* * *

"Lagi liatin apa sih, Bos?" tanya Marvel yang baru saja sampai di Basecamp.

Sadewa yang duduk di jok motor sambil menatap layar ponselnya itu langsung terkejut saat mendengar suara Marvel.

"Cewek-cewek seksi lah, kaya nggak tau aja isi Instagram Sadewa." sahut Dika.

"Sok tau, lo." jawab Sadewa sambil tertawa.

"Jadi lo suka sama cewek seksi atau cewek cantik?" sambung Satria sambil menyeruput kopi hitamnya.

"Kalau kata Sadewa, cewek seksi udah pasti cantik." sahut Demian.

"Cantikan mana sama cewek SMP yang pernah Sadewa godain itu?"

Marvel mengingat sekitar satu bulan yang lalu Sadewa serta yang lainnya sedang nongkrong di pinggir jalan lalu bertemu dengan salah satu siswi SMP yang kemungkinan ingin pulang ke rumahnya setelah beraktivitas. Dengan sifat buaya, Sadewa mendekati siswi itu dan menggodanya namun tidak lama kemudian ada seorang laki-laki yang bisa di bilang musuh bebuyutan Sadewa itu datang dan menyelamatkan siswi itu dengan cara menawarkan untuk pulang bersama.

"Sadewa beneran suka sama bocah SMP?" tanya Valentino yang sedari tadi hanya menyimak obrolan teman-temannya.

"Sekarang dia bukan lagi bocah SMP." sahut Sadewa.

"Tau darimana lo?" tanya Dika.

"Karena dia bersekolah di SMA Cahaya Bangsa, sekolah kita." Sadewa tersenyum, mengingat saat dirinya bertemu siswi SMP itu di ruang kelas tadi.

Sedangkan di tempat lain, Meisha baru saja tiba di rumahnya. Sekitar lima belas menit Meisha menunggu sang Mama menjemputnya di sekolah dan Ashel sudah di jemput lebih dulu.

"Langsung ganti baju terus makan ya, Cha." ucap Mama, Santi.

"Iya, Ma." jawab Meisha sambil menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Meisha membuka pintu kamarnya dengan cepat, dirinya ingin segera merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.

Huh, hari ini sungguh melelahkan. Padahal jam pulang sekolah yang sebenarnya adalah pukul tiga sore sedangkan saat ini masih pukul setengah satu saja Meisha sudah merasakan kelelahan yang tidak biasa.

Mungkin memang belum terbiasa ia beraktivitas kembali seperti ini, karena saat lulus dari SMP-nya kemarin, Meisha sempat libur sejenak sambil menunggu tanggal untuk hari pertamanya ke sekolah. Libur kelulusan kemarin kurang puas bagi Meisha, karena ada banyak tempat wisata yang masih belum ia kunjungi.

"Cacha, ayo makan." panggil Santi dari lantai satu.

Meisha membuka kedua matanya saat mendengar suara dari sang Mama, lalu gadis itu segera melepas seragam sekolahnya yang besok masih ia kenakan. Meisha mengambil celana pendek dan kaos tipis untuk ia kenakan siang ini, karena cuaca hari ini sangat panas dan Meisha memutuskan untuk memakai kaos tipis agar tidak terlalu panas.

"Iya, Ma." sahut Meisha

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*


"Gue cuman mau tanya, toilet dimana ya?"

Suara Meisha terus terdengar di telinga Albian saat ini, entah kenapa hari ini ia dipertemukan dengan Meisha. Gadis yang pernah ia tolong saat Meisha di ganggu oleh Sadewa dan teman-temannya.

Wajah cantik Meisha tidak bisa lepas dari bayangan Albian, tanpa disadari Albian tersenyum sambil membayangkan wajah Meisha.

"Woi! Stress lo ya?" tegur Jeandra.

Albian langsung tersadar dan melihat teman-temannya yang sedang menertawakan dirinya.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" tanya Wildan.

"Emang gue senyum-senyum?" tanya Albian.

"Emang gue senyum-senyum," ucap Hazen yang memperagakan sama seperti ucapan Albian barusan.

"Udah hampir lima menit lo senyum-senyum kaya orang gila," lanjutnya.

"Wah jangan-jangan Albian lagi suka sama cewek nih," sahut Januar

"Normal lah Albian suka sama cewek, kalau suka sesama cowok itu namanya Ragil." sambung Wira.

"Maksud gue nggak gitu, koplak!" Januar melempar kulit kacang ke arah Wira.

"Apaan sih lo semua, gue nggak lagi suka sama cewek." jawab Albian.

"MASA?" ucap serempak anggota Blackwolf kecuali Albian. Setelah itu mereka semua kembali tertawa.

Keesokan harinya, sinar matahari yang masuk ke dalam sela-sela jendela kamar Albian. Lelaki tampan ini masih nyaman dengan tidurnya, selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

Jam weker sudah berbunyi bertanda alarm yang Albian pasang sudah menunjukkan pukul enam lewat lima belas menit. Ponselnya pun tidak lupa ia pasang alarm juga, menurut Albian sendiri dirinya tidak akan bangun jika hanya alarm dari jam weker saja tapi ia harus mendengar suara alarm dari ponselnya juga yang bervolume besar.

Namun untuk pagi ini sepertinya kedua alarm itu tidak berhasil membuat si pemilik kamar bangun dari tidurnya dan ada satu alarm lagi yang kemungkinan besar bisa membangunkan lelaki itu.

"Mas Bian, bangun. Sudah siang," ucap Bibi dari luar kamar sambil mengetuk pintu kamar Albian.

Dan benar saja, suara dari asisten rumah tangga yang kerap di panggil Bibi oleh Albian dan adiknya itu berhasil membuat Albian terbangun dari tidurnya.

Albian membuka mata dan pandangan yang pertama kali ia lihat adalah bingkai foto yang isinya adalah foto dirinya dan adik perempuannya. Entah yang ke berapa kalinya Albian bersyukur setiap ia bangun tidur, bersyukur karena ia masih bisa melihat keluarga kandungnya meskipun hanya adik perempuannya.

Albian segera bergegas untuk melakukan ritual mandi paginya dan setelah itu ia harus segera turun ke lantai satu untuk sarapan bersama dengan adik perempuannya.

Hampir lima belas menit Albian sudah siap untuk berangkat sekolah, sudah mengenakan seragam sekolah, memakai sepatu dan ransel. Tidak lupa dengan jaket jeans yang ia selalu bawa setiap ke sekolah, itu adalah pemberian dari Mamanya pada hari spesialnya pada tahun lalu.

"Celamat pagi, Mas Bian." ucap anak kecil di ruang makan, sambil mengunyah roti cokelat yang dibuatkan oleh Bibi.

"Selamat bukan celamat, Diva." Albian mencium kedua pipi adik perempuannya itu.

Diva Najwa Najendra, gadis kecil berusia 4 tahun. Ia merupakan adik perempuan Albian, gadis kedua yang Albian sayangi setelah sang Mama. Diva juga sudah bersekolah paud yang tidak jauh dari kompleks rumahnya.

"Dipa nggak bica biyang itu," Diva memanyunkan bibirnya.

"Bilang apa emang?" tanya Albian.

"Biyang celamat,"

"Itu bisa."

"Ih, Mas Bian mah,"

Albian tertawa melihat tingkah lucu dari adiknya itu. Albian dikenal sebagai lelaki yang cuek dan dingin, namun jika sudah bersama Diva pasti sifat cuek sekaligus dingin itu akan terhapus. Albian ingin menjadi lelaki yang manis jika bersama Diva.

"Tadi mayam mama kecini, Mas." ucap Diva.

"Emang tadi malam Mama kesini, Bi?" tanya Albian kepada Bibi yang baru saja tiba di meja makan sambil membawa roti cokelat untuk Albian.

"Iya, kesini. Mau nengokin Mas Bian sama Mbak Diva, tapi Mas Bian belum pulang." jelas Bibi.

Albian juga memang dipanggil dengan sebutan 'Mas' oleh Bibi sejak kecil dan Diva di panggil 'Mbak'. Meskipun Diva masih terlalu kecil untuk di panggil 'Mbak' tapi si Bibi tetap memanggil dengan sebutan itu, karena menghargai Diva sebagai anak majikanya.

"Terus ngapain lagi?" tanya Albian.

"Terus sama itu, Ibu kasih pesan ke Bibi."

"Pesan apa?"

"Katanya Ibu sudah transfer uang ke rekening Mas Bian, tadi malam katanya Ibu juga udah WhatsApp Mas Bian tapi nggak di bales."

Sejak pulang sekolah kemarin memang Albian tidak membuka ponselnya meskipun data internet ponselnya menyala, makanya ia tidak tahu jika sang Mama mengirim pesan.

"Yaudah kalau gitu aku berangkat sekolah dulu ya, Bi." Albian mencium punggung tangan Bibi setelah selesai memakan roti cokelat.

"Jangan sampai telat Diva ke sekolahnya," pesan Albian.

"Iya, siap. Mas Bian hati-hati bawa motornya." Albian mengangguk dan berjalan menuju adik perempuannya yang masih menghabiskan roti cokelat.

"Mas Bian berangkat dulu ya, Cantik." ucap Albian.

Diva hanya tersenyum manis menanggapi ucapan Albian.

"Kamu belajar yang benar di sekolah ya, nggak boleh..."

"Nakal," Sepertinya Diva sudah hafal dengan pesan Albian setiap pagi kepadanya.

"Pinter adiknya Mas Bian," sedetik kemudian Albian menciumi seluruh wajah cantik Diva.

Dan tidak lupa juga Diva mencium punggung tangan Albian, walaupun Diva dibesarkan oleh Albian dan si Bibi namun etikanya jangan di remehkan. Meskipun Albian terlihat nakal di luar sana tapi ia tidak boleh memperlihatkannya kepada Diva dan ia akan terus mengajarkan sopan santun kepada Adiknya.

* * *

TBC

Yeay bisa update lagi, Alhamdulillah.

Jangan lupa vote untuk chapter ini ya!

Bantu promote juga, ajak teman-teman kalian buat baca ALBIAN !

IG : anzolv_

Continue Reading

You'll Also Like

985 105 8
"Lo ganteng, mau jadi pacar gue yg ke dua gak?" "Gak," "It's oke,nanti gue tanya lagi,btw kenalin nama gue Freya Azarin Agrafeena,kalo di panggil Nen...
GALAKSA By

Teen Fiction

330 58 1
Singkat saja. Ini tentang Galaksa Baka Baswara seorang ketua geng motor besar yakni DAVAROZS GENG dengan segala misteri serta teka-teki hidupnya. Jug...
AKSARA By cheryxzy

Teen Fiction

1.1K 101 13
"Tadi ngomong apa Sa?" tanya Avelia memastikan. "Mau enggak jadi pacar gue kue Ape" balas Aksa. "Emmm ini beneran?" tanya Avelia sekali lagi. "Ya iya...
3.1K 1.9K 9
Arkatama Desantara, laki-laki sempurna dengan paras tampan, berambut hitam, dan sifatnya yang dingin, serta bakat bermain basketnya, tak luput dari d...