Ia menatap hujan dari balik jendela kaca;
Perlahan euforia menyenangkan meluap dalam dada.
Setiap rintiknya menjadi penenang gaduh di kepala.
Menjelma penawar bagi manusia berselimut luka.
Setidaknya semesta tidak benar-benar putus iba.
Ada hujan yang bersedia memeluk lara.
Terkadang pelangi pun tersua setelahnya.
Memberi warna di antara hambarnya dunia.
Meskipun entitasnya tampak tatkala sabaknya mega.
Namun eksistensi keduanya benar-benar berjasa.
Hujan ataupun pelangi; dua fenomena di langit yang sama.
Entitas dengan estetika paling dinanti hadirnya.