Glow Up Moment (Tamat)

Von ujwarf

9K 1.3K 368

(Hai, jangan lupa follow sebelum baca yaa). *** Setelah video Tiktok-nya viral, kehidupan Kelana Ken Kertaran... Mehr

PROLOG
MOMEN SATU - DUA COWOK
MOMEN DUA - RUANG KEPALA SEKOLAH
MOMEN TIGA - TENTANG KELANA
MOMEN EMPAT - PASAR TANAH ABANG
MOMEN LIMA - SURPRISE
MOMEN 6 - SEKOLAH SEBELAH
MOMEN 7 - JEBAKAN
MOMEN 8 - HILANG
MOMEN 9 - KEADAAN KELANA
MOMEN 10 - BERTEMU MAMA
MOMEN 11 - Pertemuan Kelana dan Bian
MOMEN 12 - MENGIKUTI KELANA
MOMEN 13 - Tawaran Dari TV
MOMEN 14 - Masalah Baru
MOMEN 15 - Keputusan
MOMEN 16 - Bertemu Seseorang
Momen 17 - Berbagai Keajaiban
MOMEN 18 - KEN ANTARIKSA MANAGEMENT (KAM)
MOMEN 19 - Tuntutan untuk Kelana
Momen 20 - Terpukau
MOMEN 21 - Rencana Baru
MOMEN 22 - TERIMA ATAU TIDAK?
MOMEN 24 - Kehadiran Orang Baru
Momen 25 - Tantangan Baru
Momen 26 - Kalah atau Menang
MOMEN 27 - Pimpinan KAM
Momen 28 - Hancur
Momen 29 - Telah Berubah
Momen 30 - Pengorbanan dan Kesempatan
Momen 31 - Lelah
Momen 32 - Dijemput
MOMEN 33 - Modeling
MOMEN 34 - Latihan Cheers
MOMEN 35 - Bian untuk Siapa?
Moment 36 - Mencari Tahu
Momen 37 - Kabar Mencengangkan
Momen 38 - Tersebar
Momen 39 - Ketakutan yang Terjadi
Momen 40 - Duka yang Dalam
Momen 41 - Pilihan
Momen 42 - Mengetahui Semuanya
Momen 43 - Kuat
Momen 44 - Press Conference
Momen 45 - Memulai Kembali
EPILOG

MOMEN 23 - Hal-hal Baru Lagi

103 20 0
Von ujwarf

Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya guys. Happy reading.

***

Jika biasanya makanan yang ada di atas meja hanya satu jenis plus minuman manis, maka berbeda dengan saat ini. Kelana memesan banyak makanan. Begitupun Iti dan Puan. Kedua sahabatnya itu juga kecipratan hasil jerih payah Kelana. Sudah lebih dari seminggu, mereka berdua selalu mendapatkan traktiran.

"Jadi, lo itu sekarang dibimbing sama host terkenal itu?" tanya Puan dengan mata fokus ke beberapa makanan di atas meja. Dia seperti kebingungan untuk memilih makanan pertama yang harus dilahap.

"Yes," jawab Kelana. "Untuk saat ini, gue diarahin buat membangun image dari segi penampilan sih. Makannya, kalian pasti tahu sebeda apa penampilan gue yang sekarang dengan yang dulu."

"Hahaha. Iya banget!" Iti menggigit burger sampai mulutnya menyembul-nyembul. "Gue nggak nyangka elo bisa sebeda itu, Lan. Rambut diurusin, wajah di-make-up-in, belum pakaian yang .... ah, pasti harganya mahal banget."

"Ya begitulah. Management dan Kak Irgi bekerja sama buat bikin gue jadi lebih baik." Kelana mengangguk-angguk. "Apalagi, gue itu pendatang baru. Saat ini, gue belum bisa milih apa pun. Gue hadir di acara TV masih berdasarkan undangan. Selain itu, paling kerjaan gue yang lain ya ngerjain endorsan di media sosial."

Iti dan Puan belum sempat menanggapi ucapan Kelana karena kedatangan Clarissa yang sudah ada di depan meja mereka.

"Lan, selamat bergabung ya." Clarissa mengasongkan tangan.

Perkataan Clarissa disambut lirikkan Puan dan Iti kepada Kelana. Sementara, Kelana terlihat ragu untuk menggerakkan tangan. Meski pada akhirnya, tangan itu terangkat untuk menyambut tangan Clarissa.

"Gue seneng karena lo nerima ajakan gue buat gabung di Cheerleaders," lanjutnya.

Iti dan Puan yang awalnya hanya saling lirik, kini membeku panjang. Sementara, Kelana menatap satu per satu sahabatnya. Dalam tatapan itu, dia seolah berkata: gue bisa jelasin! Hanya saja, mulut Kelana seolah dilem begitu rekat hingga tak bisa banyak berkata-kata.

"Oh iya, lo bisa ikut gue ke studio latihan?" tanya Clarissa. "Kak Jihan, ketua Cheerleaders kita mau ketemu sama lo. Masih ada lima belas menit waktu istirahat, kan?"

Lagi, Kelana membeku saat Clarissa mengajaknya.

"Yuk!" Clarissa meyakinkan Kelana sekali lagi. "Jangan sungkan, Lan. Sekarang, lo udah jadi bagian dari kami."

Kelana tahu, ucapan 'bagian dari kami' sebenarnya menekankan terhadap status yang selama ini terasa timpang. Kelana yang awalnya sering disebut ketua geng burik kini ditarik ke dunia baru yang menurut mereka levelnya lebih tinggi daripada sebelumnya.

"Guys," Kelana menatap satu per satu sahabatnya, "gue ke sana dulu ya."

Iti dan Puan mengangguk ragu.

"Kalau mau pesan lagi, pesan aja ya. Nanti gue yang ...."

"Beres!" potong Iti singkat.

Kelana menelan kembali ucapannya yang belum selesai, disusul anggukkan pelan. Dia tahu betul situasi canggung ini. Apalagi, Kelana belum memberitahu kedua sahabatnya tentang keputusannya untuk gabung di team cheerleaders.

***

Aroma segar yang keluar dari pengharum ruangan itu berhasil membuat Kelana memejamkan mata sejanak. Seperti harum buah mangga, pikir Kelana. Terasa manis bercampur asam yang kontan membuat ruangan terasa segar.

"Gimana?" tanya Ken.

"Gue nggak bisa berkata-kata, Ken." Kini, Kelana menyebar pandang ke setiap sudut bangunan berwarna beige itu. "Gue nggak pernah nyangka bisa tinggal di sini."

"Nggak akan ada yang mustahil, Lana," sambung Ken. "Apa pun itu bisa terwujud jika Tuhan menghendaki."

"Ngomong-ngomong, kapan gue bisa ketemu bokap lo?" tanya Kelana. "Aneh nggak sih, sejak gabung di KAM, gue nggak pernah sekalipun ketemu pimpinannya."

Mendengar pertanyaan itu, Ken angkat bahu. "Papa nggak bisa ditebak. Dia bisa muncul kapan aja di kantor. Dia juga bisa ngilang kapan aja. Jadi ya ... tunggu aja. Mungkin, dia bakal nemuin lo secara khusus." Kini, Ken duduk di sofa. "Emang kenapa sih, pengen banget ketemu bokap gue?"

Gerakkan itu diikuti Kelana, dia ikut duduk di hadapan Ken. "Ya bayangin aja, Ken. Banyak sekali kebaikkan yang dia lakukan. Gue pengin berterima kasih aja. Belum tentu gue di-treat dengan baik kalo gue gabung di management lain."

"Papa memang begitu." Ken mengangguk penuh kebanggaan. "Sejak gue kecil, dia nggak pernah main-main. Dia selalu ngelakuin hal sebaik mungkin. Termasuk ngurus gue tanpa Mama."

Ucapan itu membuat Kelana mendongak. Kelana baru pertama kali mendengar informasi soal keluarga Ken keluar dari mulutnya sendiri. Pernah Kelana melihat informasi itu di internet, tetapi tidak begitu jelas.

"Ayah yang hebat," ucap Kelana. "Lo musti bersyukur punya bokap kayak dia."

Ucapan itu membuat dada Kelana seolah tersundut ujung rokok. Ada pedih, meski kata-kata itu keluar dari mulutnya sendiri. Kelana mengingat kembali bagaimana perjuangan mamanya dari dulu. Dia mengurus Kelana tanpa seorang suami. Kelana berpikir jika dirinya adalah Ken versi perempuan. Ya, meskipun sebenarnya, kehidupan Kelana dan Ken tidak bisa dibandingkan. Kelana sadar betul, level Ken sudah jauh tak terukur.

"Sri!" Ken mencari sosok yang dari tadi berkeliling, berusaha mengenal seisi ruangan. "Lo udah tahu semua kan?"

Perempuan yang dipanggil Sri itu keluar dari dapur. Dia tergopoh menghadap Ken. "Udah, Ken. Aman."

"Bagus." Ken mengangguk-angguk. "Kalo gitu, lo siap kan kerja buat Lana?"

Cewek yang berusia lebih tua tiga tahun dengan Kelana itu mengangguk, terlihat antusias.

"Inget." Sekarang, Ken melirik Kelana. "Lo nggak boleh sungkan sama Sri. Apa pun yang lo butuhin, bilang ke Sri. Dia asisten lo, Lana. Dia yang bakal ngurus kebutuhan-kebutuhan lo. Bahkan kebutuhan pribadi sekalipun."

"Okey." Kelana tersenyum ragu.

"Lana." Ken bersuara lagi. "Di sini, lo nggak harus terlalu mandiri. Sri punya tugasnya sendiri. Lo harus ngasih kesempatan dia buat kerja."

"Iya, Ken. Gue paham." Kelana mengembuskan napas jengkel.

Ucapan-ucapan Ken membuat Kelana semakin tahu sifat cowok itu. Di awal-awal, Ken terlihat dingin. Namun, tentu saja ada sisi lain yang baru Kelana tahu sekarang. Ken sangat dewasa dan perhatian. Padahal, usia Ken dan Kelana tidak beda jauh.

"Kalau begitu, gue pergi ya," ucap Ken. "Ada syuting video klip sore ini."

Sekarang, Kelana kembali menyebar pandang. Menyaksikan apartemen yang di matanya amat mewah. Televisi besar, sofa besar, hiasan-hiasan dinding, dapur pribadi, dan tentu saja, ada kamar pribadi.

Kelana jadi ingat obrolannya dengan sang mama tadi malam. Lewat sorot mata teduhnya, Ami dengan rela melepaskan Kelana untuk pindah. Sebenarnya, Kelana keberatan untuk tinggal di apartemen. Dia hanya menyampaikan apa yang harus disampaikan. Namun ternyata, Ami mengizinkan. Ya, meskipun Kelana tahu, Ami keberatan. Pada akhirnya, Ami tidak punya alasan untuk menahan Kelana. Terutama karena Kelana tidak benar-benar hidup sendiri. Ada asisten yang bisa memenuhi kebutuhan Kelana.

"Mama ikut aja sama aku ya, Ma?" rengek Kelana malam itu.

"Mama kan harus ngurus toko. Aksesnya lebih gampang dari sini. Lagian, ada Dadang. Dia yang bakal jaga Mama."

Malam itu, obrolan diakhiri dengan pelukkan hangat Kelana kepada Ami yang dibarengi isak tangis. Dalam hati, Kelana berdoa agar suatu hari dia bisa memberikan kehidupan layak kepada orang tuanya itu.

"Lan!"

Kelana terperanjat. "Eh, iya, Mbak Sri?"

"Panggil Sri aja." Perempuan itu tersenyum lebar. "Gue baru 20 tahun."

Kelana mengangguk.

"Ke kamar lo yuk?" Sri menarik koper berisi barang-barang Kelana. "Lo harus tahu kamar paling istimewa di apartemen ini."

"Biar gue aja yang bawa kopernya, Sri."

"Udah!" Sri terkekeh. "Inget kata Ken. Jangan terlalu mandiri biar gue bisa kerja!"

Mau tidak mau, Kelana menurut. Dia mengekori Sri menuju kamar utama.

***

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

689 68 152
Setiap orang dari penduduk bumi berhak untuk memulai, menata, memperbaiki dan menikmati hidup. Bahkan ketika seseorang melakukan suatu kesalahan, ora...
10.5K 1.8K 23
Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main sama kucing yang di beri nama Jesica. ...
1.1M 85.4K 41
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
12.3K 1.1K 34
Highest rank : 1 #kotakmusik 1 #piano Rissa, siswi kelas 12 Saint Sirius Senior High School menjalani kehidupan sekolahnya dengan sempurna disertai s...