Love You MBAK!

De Ne_Aurora

15.1K 657 3

"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdenga... Mai multe

Note and Prolog
Bagian 001
Bagian 002
Bagian 003
Bagian 004
Bagian 005
Bagian 006
Bagian 007
Bagian 008
Bagian 009
Bagian 010
Bagian 011
Bagian 012
Bagian 013
Bagian 014
Bagian 015
Bagian 017
Bagian 018
Bagian 019
Bagian 020
Bagian 021
Bagian 022
Bagian 023
Bagian 024
Bagian 025
Bagian 026
Bagian 027
Bagian 028
Bagian 029
Bagian 030
Bagian 031
Bagian 032
Bagian 033
Bagian 034
Bagian 035
Bagian 036
Bagian 037

Bagian 016

279 14 0
De Ne_Aurora

°°°

"Mau pesen ini juga gak Rez?" Tanya Vio pada Farez, sembari menunjuk menu baru di cafe tempat Clara bekerja.

"Boleh, tapi pesen yang es batunya dikit aja ya. Soalnya aku lagi menuju ke proses pilek." Kata Farez dengan cengiran diakhir.

Vio terkekeh mendengar itu, tapi setelahnya Vio beralih menatap Farez dengan teliti. Dan benar saja hidung Farez terlihat lebih merah dari keadaan normalnya.

Vio mengulurkan tangannya untuk menyentuh dahi Farez. "Gak jadi pesen menu yang itu deh, takut kamu malah pilek dan berakhir demam." Kata Vio kemudian menarik lagi tangannya.

"Eh gak pa-pa kan kamu kepengen, nanti pesen satu aja. Nanti kalau aku kepepet pengen bisa minta dikit." Kata Farez.

Vio menggeleng tegas. "Gak. Saya gak mau kamu sakit." Kata Vio tegas.

Dengan itu Farez tidak dapat menahan senyum dibibirnya, dan dengan gerakan cepat Farez memajukan tubuhnya dan menghadiahi pipi Vio dengan kecupan singkat.

Setelahnya Farez menatap sekitar, kemudian mengelus dada lega saat beberapa orang disekitarnya tidak sedang memperhatian perlakuannya tadi.

Vio pun hanya bisa terdiam dalam keterkejutannya, dan kemudian dengan gerakan kaku menoleh ke sekitar. "Kamu ih, kalau dilihat orang lain kan malu." Kata Vio memberi pukulan ringan pada lengan Farez.

"Aku suka sama perhatian kamu." Kata Farez yang lebih memilih mengapresiasi perhatian yang Vio berikan kepadanya.

Vio menangkup kedua pipinya dengan tangan untuk menutupi pipinya yang terasa menghangat dengan perkataan Farez baru saja.

"Panggil Clara, jangan ngardus mulu." Kata Vio tanpa menatap Farez.

"Siapa yang ngardus? Orang aku lagi ngerayu cewek cantik kok." Kata Farez dengan senyum jail.

Farez tertawa pelan saat Vio malah menutup wajahnya dengan buku menu. "Iya, iya. Ini aku mau panggil Clara." Kata Farez setelah menjauhkan buku menu tersebut.

"Mbak Vio mau pesen apa?" Tanya Clara yang sudag datang di meja keduanya.

"Eh Cla, kok yang lo tanyain cuma Mbak Vio aja? Gue kan juga pelanggan, pelanggan itu raja lho." Tanya Farez.

"Abaikan Mbak, spesies kayak Farez kalau ditanggepin bikin darah naik." Kata Clara yang malah mengambil duduk disamping Vio.

Vio terkekeh mendengar perkataan Clara, dan juga sumpah serapah yang Farez lontarkan pelan pada Clara.

"Pesen dua zuppa soup sama minumnya hot chocolate coffee, dua juga ya Cla." Kata Vio menyebutkan pesannya.

Dengan segera Clara mencatat pesanan yang Vio sebutkan. "Gak mau coba minuman baru Mbak." Kata Clara menunjuk minuman baru pada buku menu.

"Gak Clara, lain kali aja. Farez lagi pelik takut nanti ikut coba." Kata Vio.

Clara menatap Vio dengan senyum, namun seketika menoleh pada Farez dengan wajah malas. "Beruntung banget lo. Awas aja sampai kelakuan lo ikut kayak temen seperjuangan lo itu." Kata Clara sembari memberi kepalan tangan ke arah Farez.

Farez hanya berdecak pelan. "Jangan samakan aku dengan dirinya... " Kata Farez dengan tambahan nada pada setiap kalimatnya.

Vio tertawa melihat Farez yang malah menimpali perkataan Clara dengan cara seperti itu.

***

"Aaaa, buka mulutnya." Kata Farez sembari menyodorkan sendok berisi zuppa soup pada Vio.

Vio menurut dan menikmati makanan yang Farez suapkan.

Melihat kegiatan romantis didepannya membuat Rian berulang membuang nafas kasar. Apalagi melihat Farez yang sesekali melirik ke arahnya dengan tatapan mengejek.

"Jadi Vano udah tau sama hubungan kalian?" Tanya Rian pada Vio dan Farez.

"Udah." Jawab Vio dan Farez bersamaan.

"Emang kurang ajar si Vano, gue kira dia belum tau." Kata Rian kesal.

"Emangnya lo diapain sama dia?" Tanya Farez.

"Gue sama Nino kemarin kelabakan sendiri waktu keceplosan nyebut nama Mbak Vio waktu lo bilang mau jemput cewek lo. Eh si Vano denger, terus pura-pura marah waktu gue sama Nino jelasain ke dia pelan-pelan. Akhirnya dengan penuh keterpaksaan gue sogok dia pakek martabak kacang tiga kotak." Kata Rian menjelaskan dengan nada yang terlihat jengkel.

"Rasain, dikerjain kan lo sama dia." Kata Farez, kemudian tertawa puas.

Vio juga ikut tertawa saat mendengar cerita dari Rian. "Maaf ya Yan, kamu sama Nino jadi harus keluar uang cuma karna harus baik-baikin Vano." Kata Vio tak enak hati.

Rian menganguk pelan kemudian tersenyum menatap Vio. "Pembawaan Mbak Vio ternyata seadem ini ya. Pantes Farez kecantol." Kata Rian dengan tatapan kagum ke arah Vio.

"Sadar buaya rawa!" Kata Farez sembari melemparkan sedotan plastik pada Rian. "Gebetan lo tu yang disana." Farez menunjuk ke arah Clara yang berada di tempat kasir. "Ini punya gue." Lanjut Farez kemudian menggenggam tangan kanan Vio.

Rian berdecak pelan, sembari mengambil sedotan plastik yang menyangkut di rambutnya. "Gue tau kali." Kata Rian dengan nada kesal.

Rian berdiri dari duduknya kemudian berjalan ke tempat kasir dimana Clara sedang sibuk mencatat keuangan cafe.

"Beb Cla." Panggil Rian setelah sampai didepan Clara.

Clara sama sekali tidak menanggapi Rian, dan lebih memilih fokus pada kerjaannya. "Kamu nanti pulang bareng aku ya, aku kangen sama Candy." Kata Rian lagi.

Mendengar nama adiknya disebutkan Rian, dengan cepat Clara mendongak menatap Rian didepannya. "Gue udah bilang kan sama lo, jangan temuin Candy. Gue gak mau dia selalu bergantung sama lo." Kata Clara dengan nada tidak suka.

"Tapi nyatanya emang gitu Cla, kamu sibuk kuliah dan kerja. Dia butuh teman ngobrol." Kata Rian menatap Clara.

"Lo yang keterlaluan Yan, gue udah bilang ke lo untuk gak usah deket Candy kan. Tapi lo gak pernah dengerin gue, kita udah putus Yan." Kalimat terakhir Clara langsung membuat Rian mengapalkan telapak tangannya.

"Cla... "

"Pergi Yan, gak enak kalau pengunjung lain keganggu sama kita." Kata Clara yang mulai menyadari tatapan dari beberapa pengunjung Cafe, termasuk Vio dan Farez.

Vio dan Farez yang menyadari adanya ketegangan antara Rian dan Clara lebih memilih menghampiri Rian.

"Pulang Yan, nanti Clara malah kena tegur sama Om nya." Kata Farez sembari merangkul bahu Rian dengan sebelah tangannya.

Rian memilih mengikuti Farez saat Farez menggiringnya keluar dari cafe.

"Mbak mau bayar Cla, kata Farez bisa pakek ini?." Vio mengulurkan kartu debit milik Farez.

Clara mengangguk kemudian segera menghitung jumlah yang harus Vio bayar.

"Ini Mbak kartunya, maaf kalau aku sama Rian bikin Mbak sama Farez keganggu." Kata Clara tak enak.

"Kamu bisa cerita ke Mbak Cla, jangan sungkan ya." Kata Vio sembari tersenyum pelan diakhir.

Clara mengangguk pelan. "Kalau besok malam... " Kata Clara ragu-ragu.

"Bisa, kamu kabari Mbak lewat telepon ya nanti." Kata Vio segera memotong perkataan Clara.

Clara mengangguk, kemudian mengucapkan terimakasih lagi pada Vio, sebelum Vio melangkahkan kakiknya keluar dari dalam cafe.

***

Rian berulang kali mengusap wajahnya kasar dan mendongak menatap langit.

"Harus pakek cara apa lagi gue jelasain kesalahpahaman itu ke Clara Rez?" Tanya Rian dengan wajahnya yang kusut.

Farez yang baru saja selesai berbalas pesan dengan Vio, segera memasukkan kembali ponselnya kedalam saku.

Farez mengambil duduk dikursi yang berseberangan dengan Rian. Keduanya kini tengah berada di taman belakang rumah Farez.

"Dia bahkan gak pernah mau percaya sama semua penjelasan gue." Kata Rian dengan seyum getir.

Farez hanya diam, dirinya pun bingung harus menyikapi masalah antara Rian dan Clara dengan cara apa.

Keduanya sama-sama keras kepala. Dan hal itu lah yang semakin memperpanjang masalah.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

"Makan yang banyak Adik ipar. Nanti Mas mu yang bayar semuanya kok." Kata Rian dengan senyum jail ke arah Vano yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

'Mas' yang dimaksud Rian tentu saja Farez dan hak tersebut membuat Vano jengkel sendiri.

"Diem lo Yan." Kata Vano memperingati.

Farez terkekeh melihat wajah Vano yang nampak jengkel tersebut. Sedangkan Nino hanya melirik sekilas dua temannya itu dan lebih memilih melanjutkan aktivitas makannya.

"Usaha lo makin kesini makin meroket ya Rez." Celetuk Rian.

"Alhamdulillah, gue jadi bisa lancar gaji karyawan gue tiap bulannya." Kata Farez dengan senyum tipis.

"Usaha cafe lo gimana No?" Tanya Farez pada Nino.

"Udah dapet tempatnya sih, tinggal renovasi aja. Yah mungkin dua bulanan udah selesai." Kata Nino mengira-ngira.

Farez menganguk paham, sengaja Rian malah menatap Nino dengan wajah yang serius. "Lo jalan sama Mita kemarin buat cari tukang renovasi kan No?" Tanya Rian setelahnya.

"Iya, dan gue tau lo ngikutin gue sama Mita." Kata Nino dengan raut datar.

Rian meledakkan tawanya saat mendengar perkataan Nino tersebut.

"Terus gue sama Vano enaknya usaha apa ya?" Kata Rian sembari menyenggol Vano dengan tiba-tiba, membuat siomay yang berada ditangan Vano jatuh dan menggelinding ke lantai.

"Yan!" Vano menatap kesal Rian kemudian menatap malang siomay nya terjatuh karena Rian.

Rian menyengir kemudian menyuapkan satu tusuk sate miliknya pada Vano, kemudian menepuk pelan bahu Vano.

"Ya lo maunya usaha apa?" Tanya Farez yang mulai jengah.

"Apa Van?" Bukannya menjawab, Rian malah melempar pertanyaan kepada Vano.

"Gue masih mau menikmati uang jajan dari Bapak gue, jadi belum kepikiran buat jalanin usaha." Kata Vano dengan senyum lebarnya.

"Kayaknya jawaban gue sama kayak Vano Rez." Kata Rian menyengir.

Nino melemparkan botol air mineral yang sudah kosong ke arah Rian. "Terus ngapain pakek sok nanya?! Dasar geblek lo." Kata Nino kesal.

Rian berdecak pelan, saat botol yang dilempar Nino mendarat tepat didahinya. "Basa-basi No." Kata Rian sembari meringis pelan.

"Kurang-kurangin deh makan makanan basi, biar gak kebanyakan basa-basi." Kata Nino dengan santainya, kemudian menatap Rian yang mencibir membalas perkataannya baru saja.

Farez dan Vano kompak menggeleng pelan. Dan memilih melanjutkan aktivitas makannya.

***

Vio menatap bergantian dua orang didepannya dengan helaan nafas pelan.

"Jadinya gimana?" Tanya Vio membuat Farez dan Vano mau tak mau menghentikan adu mulutnya.

Keduanya secara bersamaan menoleh ke arah Vio dengan posisi keduanya yang masih saling berhadapan.

"Ya ikut motorku lah Mbak, kan kita satu rumah." Kata Vano segera menyauti.

"Enak aja, orang gue yang duluan sampai kok. Itu artinya Mbak Vio ikut motor gue lah." Kata Farez tak terima.

"Paling adil suit. Nanti yang menang yang bakal boncengin Mbak Vio." Usul Rian yang juga berada disana sejak tadi, dengan Nino yang duduk diboncengan motornya.

Nino memutar bola matanya malas, karna sejak tadi kedua temannya itu hanya terus saling beradu mulut hingga membuat atensi beberapa orang yang berlalu lalang menatap heran kearah keduanya, dan membuat dirinya dan Rian ikut diperhatikan orang-orang tersebut karena dirasa hanya diam saja melihat pertikaian kedua orang tersebut.

"Lo berdua sebenernya tu cuma buang-buang waktu sama bikin malu tau gak? Udah cepet suit!" Kata Nino menahan jengkel.

Vio menepuk dahi pelan, saat baru menyadari keberadaan Rian dan juga Nino.

Bukannya malah segera melakukan suit, Farez dan Vano lagi-lagi adu mulut lagi dan lagi.

"Kalian disini juga ternyata?"

Rian dan Nino menoleh bersamaan pada Vio, kemudian menganguk bersamaan.

"Kok gak kalian pisahin?" Tanya Vio tak habis pikir.

"Susah Mbak." Kata Nino, yang langsung mendapat anggukan setuju dari Rian.

Vio menghela nafasnya kasar, kemudian berjalan menghampiri Farez dan Vano kemudian berdiri ditengah-tengah keduanya. "Berhenti ya. Gak enak dilihatin temen kerja Mbak." Kata Vio senbari menggenggam tangan Farez dan Vano bersamaan.

Rian yang melihat cara Vio menghentikan adu mulut antara Farez dan Rian pun seketika tersenyum iri.

"Itu tu namanya idaman No, gila sih Farez. Bisa-bisanya gebet bidadari surga kayak Mbak Vio." Gumam Rian heboh.

Nino menganguk pelan, menyetujui perkataan Rian baru saja.

"Pulang bareng aku ya Mbak, kan kemarin Farez udah jemput Mbak." Kata Vano mengerucutkan bibirnya.

Farez menatap jijik kearah Vano. "Tapi kan tadi pagi Mbak Vio berangkatnya bareng gue." Kata Farez menimpali.

"Vio." Panggil Rama sembari melambaikan tangannya kearah Vio, kemudian berjalan mendekat.

Farez menatap tajam laki-laki yang pernah membuatnya salah paham beberapa bulan yang lalu. Sedangkan Vano, Rian, dan Nino mengernyitkan dahi saat melihat Rama.

"Kamu Adiknya Vio?" Tanya Rama setelah berhenti disamping Vano.

"Iya, kenapa Mas?" Tanya Vano dengan tatapan bingung.

Rama hanya menganguk pelan, kemudian mengulurkan tangannya pada Vano, hal itu lantas membuat Vano menatap bingung pada Rama.

"Saya Rama teman deket Vio, Kakak kamu." Kata Rama, sebelum akhirnya menarik lagi tanggannya yang sama sekali tidak Vano dipedulikan.

Vio melebarkan matanya terkejut saat mendengar perkataan Rama, apa maksud Rama berkata begitu pada Vano.

Begitupun Farez yang mendengar penuturan Rama tersebut, langsung membuat emosinya terpancing dan dengan itu  Farez mengepalkan kedua telapak tangannya. Kemudian tanpa aba-aba memajukan tubuhnya dan meraih kerah baju rama kemudian mnecengramnya kuat.

"Maksud lo apa hah?!" Tanya Farez keras.

Rian dan Nino yang masih berada diatas motor pun dengan segera turun menghapiri Farez, dan berusaha menarik Farez kebelakang dan guna untuk melepaskan cengkaraman Farez pada Rama.

Vano pun tidak kalah panik, dan dengan segera Vano berusaha melepaskan tangan Farez dari Rama. "Rez, jangan emosi." Kata Vano pada Farez.

Vano sekarang paham apa yang membuat Farez tiba-tiba seperti ini, apalagi kalau bukan karena perkataan laki-laki bernama Rama tersebut.

Namun usaha dari ketiganya pun tidak membuahkan hasil, karena Farez sama sekali tidak melepaskan cengkramannya itu dan malah semakin menatap tajam Rama.

Bukannya melawan ataupun berusaha terlepas dari Farez, Rama malah terkekeh pelan kemudian menatap Farez dengan tatapan mengejek. "Usia memang tidak bisa bohong ya?" Kata Rama kemudian menaikkan sudut bibirnya.

"Rama stop!" Peringkat Vio.

Namun Rama malah memberikan senyum manis ke arah Vio dan membuat Farez langsung melayangkan pukukan pada rahang Rama detik itu juga.

Bugh!

Pukulan yang diberikan Farez membuat cukup keras hingga membuat wajah Rama menoleh kesamping dengan tiba-tiba.

"Farez!" Teriak  Vio, Vano, Rian, serta Nino bersamaan. Keempat orang tersebut benar-benar terkejut dengan pukulan cepat yang Farez layangkan pada Rama.

°°°


Continuă lectura

O să-ți placă și

463K 33K 35
Adhitama Malik Pasya pernah menikah dengan gadis belia. Satu bulan pernikahan, lelaki itu terpaksa bercerai dari istrinya. Tujuh tahun berlalu, ia t...
2.6M 125K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
2.7M 289K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
1.2M 58.1K 67
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...