MATE TERAKHIR✔

By kodokmoo

22K 671 17

[SPIN OFF dari The Cursed Vampire dan Sleeping Mate] "Pergilah ke dunia manusia," ucap Wizard Berta kepada Re... More

PROLOG
BAGIAN 1
BAGIAN 2
BAGIAN 3
BAGIAN 4
BAGIAN 5
BAGIAN 6
BAGIAN 7
BAGIAN 8
BAGIAN 9
BAGIAN 10
BAGIAN 12
BAGIAN 13
BAGIAN 14
BAGIAN 15
BAGIAN 16
BAGIAN 17
BAGIAN 18
BAGIAN 19
BAGIAN 20
BAGIAN 21
BAGIAN 22
BAGIAN 23
BAGIAN 24
BAGIAN 25
BAGIAN 26
BAGIAN 27
BAGIAN 28
BAGIAN 29
BAGIAN 30
BAGIAN 31
BAGIAN 32
BAGIAN 33
BAGIAN 34
BAGIAN 35
BAGIAN 36
BAGIAN 37
BAGIAN 38
BAGIAN 39
BAGIAN 40
BAGIAN 41
BAGIAN 42
BAGIAN 43
BAGIAN 44
BAGIAN 45
BAGIAN 46
BAGIAN 47
BAGIAN 48
BAGIAN 49
BAGIAN 50
BAGIAN 51

BAGIAN 11

434 13 0
By kodokmoo


"Kamu sudah pulang, Nak?" tanya sang ibu yang mendapati putrinya sudah berada di rumah.

"Iya, Bu. Baru saja. Pak Reynart memintaku pulang."

Sang ibu mengangguk. Ajil berlari menuju ke kamar, sedangkan ibunya mengobrol dengan Cila. "Ibu dan Ajil mampir sebentar ke penjual minuman dingin. Adikmu ingin minum es katanya," ungkap wanita paruh baya tersebut. Cila mengangguk paham, pantas saja saat sampai di rumah dia tak menemukan sosok keduanya.

"Ibu ... ada yang ingin aku tanyakan. Ada dua hal sebenarnya," ujar Cila dengan tatapan penuh keseriusan. Wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya pun menatap putrinya dengan penuh. "Begini, Bu. Tadi Pak Reynart bertanya mengenai kalung yang aku pakai ini. Aku tidak tau mengapa dia bertanya hal itu, aku takut dia curiga kepadaku, Bu."

Ibu Cila pun terkejut ketika mendengar perkataan sang putri. "Lalu, kamu jawab apa?"

"Aku hanya mengatakan jika kalung ini dibelikan Ibu," ungkapnya.

"Syukurlah. Kamu harus lebih berhati-hati, Cila. Kalung inilah yang membuat kita bertahan di dunia manusia. Jika kita tidak memakainya, identitas sebagai kaum mermaid bisa terbongkar. Ini akan membuat kita semua dalam bahaya."

Cila pun mengangguk paham sembari menggenggam liontin di kalungnya. "Bu ... apa tidak sebaiknya kita ubah saja bentuknya? Misal sebagai cincin atau gelang atau sesuatu yang mungkin tidak begitu menarik perhatian," saran wanita ini.

"Sepertinya tidak bisa, Nak. Ini digunakan sesuai dengan tingkat umur orang yang memakainya. Adikmu masih kecil, jadi Ibu bisa mengakalinya dengan barang-barang kecil. Untuk kita berdua, kalung adalah hal yang paling aman. Mungkin kamu harus lebih berhati-hati mulai sekarang. Ibu akan mencari rantai yang jauh lebih panjang agar liontinnya tidak begitu kelihatan."

"Baik, Bu. Lalu ... ada pertanyaan lagi yang ingin aku ajukan," kata Cila. "Ibu ... beberapa kali aku merasakan getaran aneh di dadaku. Aku tidak tau ini apa, yang jelas itu terjadi semenjak aku mulai bekerja di kantor tersebut."

Mendengar penuturan putrinya membuat wanita paruh baya itu seketika melotot. Dia langsung mengubah duduknya jauh lebih dekat untuk menatap putrinya. "Di mana? Kapan kamu merasakan itu?" tanyanya dengan cepat. Melihat respon ibunya yang aneh membuat Cila kebingungan.

"Di saat tertentu, Bu. Itu terjadi sebanyak dua kali. Pertama saat di hari wawancara, lalu tadi saat di sekolah Ajil. Dan itu terjadi setiap kali aku bersentuhan dengan Pak Reynart."

"APA?!" pekik wanita paruh baya tersebut. Cila pun meringis melihat respon ibunya ini. "Pak Reynart atasanmu itu?" tanyanya untuk memastikan.

"Iya, Bu. Tapi aku yakin mungkin itu hanya kebetulan saja. Atau aku mungkin memiliki masalah di bagian ini, Bu," sahut Cila sembari menunjuk bagian dadanya.

Sang ibu pun menggeleng. Wanita itu memijit pangkal hidungnya, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Cila pun semakin dibuat bingung karena tak paham.

"Ini rumit, dan kamu pasti tidak akan paham, Nak," lirih wanita paruh baya tersebut.

"Sebenarnya ada apa, Bu? Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini sebuah masalah yang besar? Coba Ibu jelaskan lebih dulu," tanya Cila.

Sang ibu menatap wajah putrinya. "Ibu tidak tau ini sebuah kebenaran atau tidak, tetapi jika itu benar Pak Reynart maka kamu harus bersiap dengan segala kemungkinan yang ada. Ibu berpikir Pak Reynart mungkin mate mu, Cila."

"APA?!" pekik wanita ini dengan begitu nyaring. Seketika isi kepalanya menjadi berat. Tatapan Cila menjadi kosong.

Sang ibu menyentuh pundak putrinya. "Ibu akan bertanya kepada seseorang lebih dulu. Jika itu benar adalah ciri-ciri mate mu, maka mau tidak mau kamu harus menerima takdir yang sudah digariskan. Tetapi, semuanya tidak akan berjalan lancar jika kamu tak memastikannya sendiri. Yang jelas jika takdir yang berasal dari dua bangsa berbeda, maka salah satunya akan merasakan getaran sebagai mate. Dan mungkin karena atasanmu itu adalah manusia, jadi hanya kamu saja yang merasakannya."

"Ibu ... ini tidak mungkin. Ini pasti salah. Tidak mungkin dia takdir yang pencipta ciptakan untukku. Dia sangatlah menyebalkan, Bu," kata Cila sembari menutupi matanya dengan telapak tangan. Agaknya wanita ini sedikit tak terima bila mate nya adalah sosok Reynart.

Ibu dari Cila pun mengusap bahu putinya itu. "Kamu tidak boleh berkata begitu. Kita masih belum tau kejelasannya. Tapi, jika memang takdirmu adalah bersama seorang manusia, maka kamu harus bisa menerima itu. Akan tetapi, kamu harus memikirkan cara untuk memberitahu mengenai jati dirimu yang sebenarnya, tentunya tanpa membahayakan keberadaan kita di dunia manusia ini. Dan yang paling utama adalah pastikan dulu apakah benar dia Pak Reynart atau itu hanya kebetulan."

"Bagaimana caranya aku memastikan itu, Bu? Tidak mungkin aku menyentuh tangannya tanpa permisi. Aku akan dipecat dari pekerjaanku nantinya."

Wanita paruh baya itu pun tersenyum kecil. "Cobalah mencari celah. Ibu tau kamu pasti bisa melakukan ini. Jika kamu ingin tau kebenarannya, pastikan dulu dengan baik-baik."

Cila mengembuskan napas berat. Dia tak memiliki pilihan lain selain mengiyakan perkataan ibunya. Reynart? Sungguh ini tidak pernah terpikirkan di kepala wanita ini. Kenapa harus pria aneh dan menyebalkan seperti itu yang menjadi takdirnya? Cila tak yakin hidupnya akan tenang jika berpasangan dengan Reynart. Dan satu lagi, Cila akan habis di tangan Flora jika berani mendekati Reynart.

***

Cila berjalan gontai saat memasuki kantor. Tentu saja dia kurang bersemangat ketika harus memikirkan cara agar bisa menyentuh Reynart lagi. Sungguh konyol saran dari sang ibu, tapi itu adalah satu-satunya cara agar bisa mengetahui apakah benar Reynart atau tidak mate nya.

"Apa kamu memiliki masalah yang begitu berat, Cila?"

Celetukan yang terdengar begitu tiba-tiba dari sebelahnya membuat wanita ini sedikit terkejut. Sosok Elijah tampak berdiri di samping wanita ini dengan jas mahal miliknya.

Cila pun sedikit membungkuk. "Selamat pagi, Pak," sapanya lebih dulu.

"Selamat pagi. Jadi, apa yang sedang kamu pikirkan sepagi ini? Wajahmu tampak tak begitu baik, Cila," tanya pria ini langsung.

Cila pun menggeleng dengan canggung. Dia tak ingin Elijah tau jika dirinya sedang memikirkan cara untuk mendekati Reynart. Elijah yang bisa mendengar isi pikiran wanita di depannya pun mengernyit. Untuk apa Cila mendekati Reynart? Apa wanita ini sudah tertarik dengan sosok atasannya itu?

"Ya sudah kalau begitu aku akan naik ke atas. Nanti tolong antarkan minuman ke ruanganku, ya," ujar Elijah yang diangguki oleh wanita ini. Elijah pun masuk ke dalam lift, sedangkan Cila menuju ke loker agar bisa meletakkan tas miliknya.

"Agaknya ada seseorang yang tertarik padamu sekarang, Rey," celetuk Elijah ketika mengunjungi ruangan temannya. Reynart tak begitu peduli karena yang pria ini pikirkan selama di dunia manusia adalah menemukan mate sejatinya.

"Apa kau tidak tertarik?" lanjut Elijah kemudian sembari duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan temannya itu.

"Kau sangat tau tujuanku ke sini untuk apa, El. Aku bukan untuk bermain-main dengan para wanita, tetapi aku ingin menemukan wanitaku sendiri," sahut Reynart tanpa mengalihkan pandangannya dari layar di depan sana.

Mendengar jawaban temannya yang selalu sama membuat Elijah tertawa ringan di sana. "Office girl itu. Dia sepertinya mulai tertarik padamu," ungkap Elijah yang langsung membuat perhatian Reynart beralih kepadanya. Melihat respon temannya membuat tawa Elijah seketika membuncah.

"Sungguh bodohh, sepertinya dia harus menyingkirkan pikirannya itu," komentar Reynart.

"Dia selayaknya wanita pada umumnya, Rey. Jangan salahkan para wanita ini, kau saja yang terlalu tampan."

"Yak! Jangan memujiku, itu sangat menggelikan," sembur Reynart.

Elijah pun tertawa, lalu dia berdiri dari duduknya untuk kembali ke ruangannya sendiri. "Aku mendengar pikirannya, dia kebingungan mencari cara agar bisa dekat denganmu. Entah tujuannya apa, coba kau cari tau sendiri," ungap pria ini.

Reynart pun mengernyit, lalu pandangannya tertuju kepada Elijah yang sudah memegang gagang pintu. "Kau ... kau bisa membaca pikirannya?" tanya pria ini.

Elijah pun berbalik. Dia mengangguk. "Iya, kita kaum wizard pasti bisa mendengar pikiran orang lain, apalagi jika itu manusia. Kau pun juga sama kan?"

Reynart terdiam. Masalahnya adalah dari banyaknya orang di dunia ini bahkan di dunia immortal, hanya sosok Cila yang tidak bisa ia tembus pikirannya.

"Ya ... kau benar. Aku bisa mendengarnya." Reynart terpaksa berbohong. Haruskah dia berkonsultasi dengan Wizard Berta? Dengan cepat pria ini menggelengkan kepala. Tidak, dia harus fokus untuk mengungkap apakah kalung itu adalah milik kaum wizard atau hanya kalung biasa buatan manusia.

"Cila. Kamu mau ke ruangan Pak Elijah, kan? Sekalian deh antar ini ke ruangan Pak Reynart. Perutku tiba-tiba saja mulas, sepertinya aku harus ke kamar mandi sekarang. Aku minta tolong antar minuman ini ya, Cila. Terima kasih."

Belum sempat Cila membuat mulutnya, teman sesama office girl itu berlari dengan cepat meninggalkan wanita ini seorang diri. Cila pun mau tidak mau tetap harus mengantar minuman itu.

Ruangan pertama yang Cila tuju adalah ruangan Elijah. Seperti biasa Cila mengetuk pintu lebih dulu, lalu dia masuk ke dalam setelah di persilakan. "Kopi low sugar kan, Pak?" tanya Cila sembari meletakkan cangkir di atas meja kerja Elijah.

"Ya benar. Bagaimana kamu tau?" balas Elijah. Seingatnya dia tak memberitahu Cila tadi mengenai minumannya.

Wanita itu pun tersenyum. "Tadi sempat bertanya ke teman."

Elijah pun mengangguk. "Terima kasih ya. Lalu, itu minuman siapa?" tunjuk pria ini kepada satu cangkir di atas nampan.

"Oh, ini milik Pak Reynart. Kalau begitu saya permisi ya, Pak."

Elijah mengangguk dan membiarkan Cila pergi dari ruangannya. Sepanjang perjalanan menuju ke ruangan Reynart agaknya membuat Cila memiliki waktu banyak untuk berpikir. Berpikir mencari cara agar bisa kembali menyentuh tangan Reynart tanpa dicurigai. Namun, sepertinya Cila harus mencari waktu lain karena dia melihat sosok Flora baru saja akan masuk ke dalam ruangan Reynart. Dan sepertinya wanita itu juga melihat Cila, jadi dia menunggu Cila menuju ke tempatnya.

"Biar aku saja yang membawa minuman itu masuk," kata Flora yang mengambil alih minuman untuk Reynart. Cila pun tak bisa berbuat apa-apa, dan dia memutuskan untuk pergi dan kembali bekerja. 

Continue Reading

You'll Also Like

48.4K 4.2K 40
Amara bukanlah gadis biasa. Dia dilahirkan dengan berbagai kekuatan luar biasa hingga membuat orang orang disekitarnya ketakutan. Sifatnya tak bisa d...
71K 1.6K 12
Aku memandang semua kejadian itu dengan mata terbelalak tak percaya, bagaimana mungkin mahluk mitologi yang keberadaanya hanya mitos bagiku tapi kini...
3.5M 343K 94
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
2.6M 252K 33
"Seperti halnya sang Putri Tidur dalam cerita dongeng Anak-anak, yang harus mendapat ciuman magis dari sang Pangeran, cinta sejatinya, agar terbangun...