Glow Up Moment (Tamat)

Por ujwarf

9K 1.3K 368

(Hai, jangan lupa follow sebelum baca yaa). *** Setelah video Tiktok-nya viral, kehidupan Kelana Ken Kertaran... Más

PROLOG
MOMEN SATU - DUA COWOK
MOMEN DUA - RUANG KEPALA SEKOLAH
MOMEN EMPAT - PASAR TANAH ABANG
MOMEN LIMA - SURPRISE
MOMEN 6 - SEKOLAH SEBELAH
MOMEN 7 - JEBAKAN
MOMEN 8 - HILANG
MOMEN 9 - KEADAAN KELANA
MOMEN 10 - BERTEMU MAMA
MOMEN 11 - Pertemuan Kelana dan Bian
MOMEN 12 - MENGIKUTI KELANA
MOMEN 13 - Tawaran Dari TV
MOMEN 14 - Masalah Baru
MOMEN 15 - Keputusan
MOMEN 16 - Bertemu Seseorang
Momen 17 - Berbagai Keajaiban
MOMEN 18 - KEN ANTARIKSA MANAGEMENT (KAM)
MOMEN 19 - Tuntutan untuk Kelana
Momen 20 - Terpukau
MOMEN 21 - Rencana Baru
MOMEN 22 - TERIMA ATAU TIDAK?
MOMEN 23 - Hal-hal Baru Lagi
MOMEN 24 - Kehadiran Orang Baru
Momen 25 - Tantangan Baru
Momen 26 - Kalah atau Menang
MOMEN 27 - Pimpinan KAM
Momen 28 - Hancur
Momen 29 - Telah Berubah
Momen 30 - Pengorbanan dan Kesempatan
Momen 31 - Lelah
Momen 32 - Dijemput
MOMEN 33 - Modeling
MOMEN 34 - Latihan Cheers
MOMEN 35 - Bian untuk Siapa?
Moment 36 - Mencari Tahu
Momen 37 - Kabar Mencengangkan
Momen 38 - Tersebar
Momen 39 - Ketakutan yang Terjadi
Momen 40 - Duka yang Dalam
Momen 41 - Pilihan
Momen 42 - Mengetahui Semuanya
Momen 43 - Kuat
Momen 44 - Press Conference
Momen 45 - Memulai Kembali
EPILOG

MOMEN TIGA - TENTANG KELANA

370 74 24
Por ujwarf

Gais, please berikan dukungan dengan klik VOTE dan KOMENTAR. Aku akan sangat berterima kasih ke kamu yang meninggalkan jejak-jejak cinta, hehehe. Selamat membaca momen tiga yaaa.

***

Kelana menyebar penglihatan di sekujur tubuh yang terlihat jelas di cermin. Tubuh itu memiliki tinggi 166 sentimeter. Cukup menjulang bagi cewek kelas dua SMA. Rambutnya sedikit acak-acakkan, terlihat dari anak rambut yang menutupi ujung mata bulatnya. Rambut acak-acakkan itu menjadi kombinasi yang buruk saat disandingkan dengan wajah kusamnya. Ah, Kelana benci bercermin. Selalu muncul suara-suara buruk saat dia melihat badannya sendiri.

"Lo berkulit gelap, kusam, pantas banyak yang nggak suka sama lo!"

"Harusnya elo berusaha lebih keras. Lo dandan. Lo bergaya lebih feminim. Dengan begitu, orang-orang akan suka sama lo."

"Kalau lo pake make up, gue yakin, lo bakal lebih cantik dari biasanya!"

Kelana menggeleng. Dia pernah menuruti salah satu bisikkan itu. Pada suatu hari, dia memoles wajahnya dengan make up milik sang mama. Dia juga pernah menempelkan sedikit lipstik di bibir.

Hasilnya? Penampilan itu malah jadi bulan-bulanan orang lain di sekolah. Bagi mereka, penampilan Kelana itu bukan 'Kelana banget'. Atau, gaya make up Kelana memang kurang tepat? Kelana hanya memoles wajah dengan bermodalkan menonton video tutorial di youtube. Tentu saja, hasil make up yang bagus tidak bisa didapatkan dengan sekali praktek. Belum lagi, tindakan Kelana mendapat kecaman dari guru-guru. Kata mereka, siswa dilarang memakai riasan. Setelah mendapatkan teguran itu, Kelana sadar jika teman-temannya juga tidak memakai make up. Mereka terlihat cantik secara alami.

"Lana ...."

Kelana menengok ke belakang. "Iya, Ma?"

"Coba pakai baju ini, Sayang. Model terbaru. Baru datang sampel dari pabrik. Rencananya, minggu ini stock-nya akan dikirim ke kios."

Ucapan itu membuat Kelana mengamati mini dress yang ada di tangan mamanya. Warnanya hijau toska, bahannya prime scuba, bagian tangannya pendek dan agak sedikit menggelembung.

"Harus Lana coba?" tanya Kelana ragu.

"Dicoba dan harus dipake kalau ada acara. Kayaknya ini cocok buat kamu."

Kelana mengembuskan napas. Sembilan puluh persen pakaiannya terdiri dari kemeja, kaus, dan celana jeans. Seingatnya, dia tidak punya pakaian semacam gaun yang ditunjukkan mamanya itu. Hampir setiap pakaian yang disodorkan sang mama bahkan tidak sesuai seleranya.

"Ma, Lana ...."

"Cobain!" Ami terlihat greget.

Kelana mengambil pakaian itu, lantas melangkah ke kamar. Beberapa menit setelahnya, dia sudah berdiri di hadapan sang mama dengan penampilan yang berbeda.

"Ma." Kelana menggeleng. "Sudah cukup Lana disiksa dengan rok seragam sekolah. Jangan ditambah ini lagi dong."

"Lana ...." Ami mendekat. Dia mengusap pundak anaknya yang dibalut pakaian itu. Wajah takjubnya tidak bisa disembunyikan. "Anak Mama memang cantik."

"Boong." Lana mencebik.

"Beneran, Sayang. Kamu cantik. Kamunya aja yang kurang PD." Ami mengangguk-angguk. "Satu lagi, kamu kurang telaten mengurus diri. Rambut jarang disisir, wajah jarang dibasuh. Duh, anak perawan itu ya harusnya perhatian sama badan. Kamu ...."

"Mama ...." Kelana memberenggut. "Mulai deh! Lana nggak suka digituin."

"Iya. Mama cuma ngingetin."

"Ma, udah ya? Lana lepas lagi. Rasanya aneh pake baju beginian."

"Jangan."

"Biarin!" Kelana berlari ke kamar. Tak sampai satu menit, dia kembali mengenakan kaus putih dan celana selutut. "Nih bajunya. Sudah cocok kok Ma kalau mau dijual. Nanti bakalan banyak ibu yang beli buat anaknya."

Ami mengembuskan napas, tanda telah menyerah.

Kelana mengamati mamanya yang tengah melipat pakaian dengan sangat lekat. Pikiran Kelana melayang kepada kejadian tadi sore, saat sang mama harus datang ke sekolah dengan wajah tegang. Ketika ibu lain datang ke sekolah karena prestasi anaknya, maka Ami ke sekolah untuk menyelesaikan masalah yang diperbuat Kelana.

"Ma." Kelana berbicara agak ragu. "Mama kecewa ya soal hukuman itu?"

Ami mendongak. Dia tersenyum lebar. "Enggak. Justru hukuman itu bisa jadi pembelajaran buat kamu. Mama hanya nitip satu hal. Kedepannya, mau kamu ada di posisi benar pun, jangan pernah main fisik."

"Maafin Lana ya." Kelana menghambur ke pelukan ibunya. "Maafin Lana karena sudah bikin Mama susah, bahkan dari kecil. Kalau Lana jadi Mama, Lana nggak bakal kuat."

"Nggak usah merasa bersalah. Semua itu sudah jadi tugas Mama." Ami berbicara dengan pelan. "Justru Mama salut sama kamu. Kamu bisa tetap hidup meskipun tanpa sosok ayah."

Setelah berucap seperti itu, Ami menarik badan dari pelukan. Kini, dia menatap anaknya dalam, disusul gerakkan mengusap pipi Kelana. "Kalau suatu hari kamu bertemu Bapakmu, apa yang akan kamu lakukan?"

Pertanyaan itu disambut kerutan di kening. "Kok tanya begitu?"

"Ini cuma misalkan, Lan."

"Udahlah, Ma. Nggak perlu tanya soal itu." Kelana mundur satu langkah. "Mending kita beres-beres pakaian. Banyak sampel yang datang kan?" Kelana mendadak sibuk dengan mengambil beberapa pakaian di sofa, lalu melipatnya dengan gerakkan tak keruan.

"Lana," Ami mendekat lagi ke arah Kelana. "Sudah saatnya kamu tahu keberadaan Bapakmu."

"Ma!" Kelana menengok dengan wajah keras. "Cukup Mama yang ada di hidup aku. Nggak ada yang lain!"

Ami menelan ludah. "Lana. Mama ...."

"Stop, Ma. Kelana nggak mau ngomong sama Mama lagi kalau masih bahas soal orang itu!" Kelana menatap tajam ke arah mamanya. "Lagian, selama ini Mama nggak pernah bahas soal Bapak. Kenapa tiba-tiba bahas dia? Apa yang bikin Mama masukkin dia ke kehidupan kita lagi?"

"Mama minta maaf." Ami berusaha menghilangkan warna merah diwajahnya dengan senyum lebar. Disusul gerakkan mundur.  "Kalau begitu, Mama tidur ya? Sudah malam." Dia berbalik, lalu melangkah pergi.

"Ma."

Ami balik badan. "Ya?"

"Jangan lupa minum obat."

Ami hanya mengangguk, lantas kembali melanjutkan langkah.

Kelana mematung cukup lama di ruang keluarga setelah Ami meninggalkannya sendirian. Cewek itu mengusap dahi yang mendadak basah oleh keringat. Dalam hidupnya, ada satu pembahasan yang selalu membuatnya merasa tak berdaya. Bapak. Sosok itu begitu asing di otak Kelana. Pembahasan sosok itu mirip bola api yang jika dilempar akan membuat badannya terbakar telak.

***

Sejak pulang dari sekolah, Kelana belum sempat membuka ponsel. Bukan karena tidak ada waktu. Kelana merasa jika HP yang dia pegang lebih mirip seperti pengganggu gara-gara Tiktok. Kelana kira, video viral itu akan sepi perlahan-lahan. Namun dugaan itu salah. Di hari kedua, video semakin tersebar luas. Bahkan followers Tiktok yang awalnya 59 orang berubah menjadi 59 ribu.

Kelana kembali membuka video terakhir yang dia unggah. Dia memperhatikan dirinya sendiri yang sedang berjoget dengan senyum lebar dan tanpa beban. Beberapa kali dia melakukan gerakkan pargoy, engkol, woah, dan gerakkan lain yang nyambung dengan beat di musik.

Gimana mungkin gerakkan ngasal begitu bisa viral? Pikir Kelana setelah mengulang terus-menerus video itu.

Cewek yang dari tadi berbaring di atas tempat tidur sambil memegang HP itu kini membuka kolom komentar.

"Gerakkannya itu biasa dan ngasal banget lho wey. Tapi pembawaannya tulus, senyumnya manis, kerennn!"

"Ini Amanda Rawles saat masih kerja di Bojong Gede!"

"Kalau aja kulitnya putihan dikit, dia udah bisa jadi model lho. Sayang, kulitnya gelap. Standar Indonesia kan harus putih ya?"

"Slay banget ya wak. Sukak deh. Gasss viralin cewek ini, biar segera masuk TV!"

Kelana tersenyum tipis saat mendapati komentar dari netizen yang ternyata lebih banyak sisi positifnya. Padahal, video joget-joget itu hanya bagian dari caranya menghapus suntuk saat membantu sang mama jualan.

Selain komentar dari ribuan netizen, Kelana kembali melihat komentar dari cowok yang selama ini hanya berada di dalam khayalan. Ken. Cowok yang dua tahun terakhir menjadi cowok populer gara-gara film yang dibintanginya.

Menarik. Lo beda sama cewek-cewek lain.

"Kok bisa, elo komen di Tiktok gue?" Kelana berucap pelan. "Gue mau bales, tapi malu. Gue nggak biasa ganjen sama orang." Bibir Kelana melebar. "Tapi ini, elo Ken. Gue nggak sanggup cuekkin idola gue. Lihat noh, banyak cewek yang bales komentar elo. Kan bangke!"

Kelana melihat isi balasan yang mayoritas dari perempuan. Ratusan komentar dari netizen yang tertuju kepada Ken membuat Kelana spontan meruncingkan ujung bibir. Terutama saat banyak di antara mereka yang bilang: Ken, calon suami gueee.

Kelana menghela napas. Dia tidak peduli dengan apa pun komentar orang lain tentang dirinya. Pelan, dia menuliskan sesuatu:

Thanks udah komen. Lo tahu nggak? Gue salah satu penggemar lo. Gue ngikutin film-film lo. Gue juga nonton semua wawancara lo di youtube. Semoga kita bisa ketemu ya!

Sebelum mengirimkan balasan itu, Kelana menggeleng. Dia memilih menggerakkan jempol di ikon hapus. Hingga hanya beberapa kata yang tersisa.

Ken, thanks udah komen.

Kirim.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, ada getaran berbeda yang Kelana rasakan. Getaran yang akan ditertawakan jika ibunya tahu. Getaran yang mungkin hanya akan berputar di situ-situ saja. Kelana pikir mustahil dirinya bisa punya kesempatan untuk bersanding dengan aktor ternama.

***

Seguir leyendo

También te gustarán

1.2K 132 28
(TAMAT) Aku mengenalnya sejak aku masih kecil, kami berjalan seiringan, menggoreskan kisah yang tak bisa kulupakan, hingga takdir memilih jalan yang...
9.3K 831 40
"Reputasi gue taruhannya....." Kinan mendengus kesal, kenapa sih laki-laki ini??? "Nan, mau ya? Bantuin gue plisss... Lo satu-satunya orang yang gu...
10.4K 1.8K 23
Di tengah gempuran orang-orang yang banyak memilih menikah muda, Rasyid masih asik jadi RT. Masih senang main sama kucing yang di beri nama Jesica. ...
349K 21.6K 40
Agnia tak menyangka, hubungan yang terjalin lebih dari sepuluh tahun kandas dalam waktu beberapa detik bahkan dengan satu kata. *** Agnia Pras Rysa...