Love You MBAK!

Da Ne_Aurora

15.1K 657 3

"Mbak ragu sama aku?!" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Farez membuat Vio tersentak, suara Farez terdenga... Altro

Note and Prolog
Bagian 001
Bagian 002
Bagian 003
Bagian 004
Bagian 006
Bagian 007
Bagian 008
Bagian 009
Bagian 010
Bagian 011
Bagian 012
Bagian 013
Bagian 014
Bagian 015
Bagian 016
Bagian 017
Bagian 018
Bagian 019
Bagian 020
Bagian 021
Bagian 022
Bagian 023
Bagian 024
Bagian 025
Bagian 026
Bagian 027
Bagian 028
Bagian 029
Bagian 030
Bagian 031
Bagian 032
Bagian 033
Bagian 034
Bagian 035
Bagian 036
Bagian 037

Bagian 005

580 27 2
Da Ne_Aurora

°°°

Vio menatap pot bunga beserta pupuk organik yang baru saja dibeli oleh Tika. "Banyak banget belinya Bu." Kata Vio menoleh pada Tika yang kini sibuk memasukkan pupuk kedalam pot.

"Mumpung Ibu dapat tambahan uang bulanan dari Bapak mu."

Vio langsung menganguk pelan mendengar itu. "Terus ini semua mau dibuat tanem bunga aja?" Tanya Vio.

"Gak, bunganya empat pot aja. Yang enam pot lainnya buat ditanemin biji sawi, tomat, sama cabai rawit. Lumayan kalau harga tiga bahan itu naik, kita tinggal ambil di sini." Kata Tika sembari menyerahkan satu pot dengan sekop kecil pada Vio.

Vio mulai memasukkan pupuk kedalam pot, kemudian mulai memasukkan beberapa biji sawi yang telah diambil tadi.

"Oh iya, Ibu mau nanya ke kamu."

"Tanya apa Bu?"

"Kamu kemarin lihat Bapak kerumah Bu Susi?"

Vio menggeleng "Enggak, emangnya kenapa Bu?"

"Vano tadi ngasih tau Ibu kalau kemarin dia lihat Bapak ngobrol sama Bu Susi didepan rumah perempuan itu." Kata Tika dengan menunjukkan nada yang terdengar cemburu.

"Mungkin Bapak ngasih info tentang pembeli rumah, kan Bapak emang jadi perantara penjualan rumah Bu Susi." Kata Vio.

Tika menganguk mendengar itu, namun hal itu membuat Vio sedikit menahan tawa melihat wajah Ibunya yang sangat ketara cemburunya.

***

"Fren." Panggil Farez pada adiknya yang tengah asik bermain game dalam ponsel nya.

"Apa Kak?" Frenzi menyauti namun matanya tetap fokus ke layar ponsel.

"Guru baru yang kamu maksud itu Bu Vio?" Tanya Farez.

"Iya, kan waktu itu aku udah kasih tau kalau namanya Bu Vio. Emangnya kenapa?" Kini Frenzi menoleh singkat pada Farez.

"Gak sih, Kakak cuma lupa aja kalau kamu pernah kasih tau tentang Bu Vio." Kata Farez. "Emm... mau bantuin Kak Farez gak?" Kata Farez sedikit ragu.

"Bantuin apa?" Tanya Frenzi yang sudah kembali fokus pada permainannya.

"Kasihin ini ke Bu Vio ya nanti." Farez mengulurkan kotak kecil  berbentuk kubus dengan pita berwarna biru laut diatasnya pada Frenzi.

Frenzi menoleh sekilas, kemudian mengepause permainannya. Setelah itu kembali menoleh pada Farez.

Frenzi menatap kotak ditangan kakaknya itu. "Kak Farez maksa Frenzi buat nginep disini... karena ada maunya ya?" Kata Frenzi mengangkat sebelah alisnya, jangan lupa senyum jail yang ia berikan pada Farez.

Farez hanya berdehem singkat mendengar itu. Tangannya kembali mundur dan menaruh kotak tadi dibelakang tubuhnya seperti sebelumnya.

"Kalau gak mau ya udah." Kata Farez.

"Siapa bilang Frenzi gak mau? Udah siniin kadonya." Frenzi membuka telapak tanggannya dan mengarahkannya didepan Farez.

Farez yang melihat itupun, memberikan senyum pada Frenzi. "Gitu dong. Nih." Farez memberikan kotak tersebut pada Frenzi.

"Mau pdkt kan sama Bu Vio?" Frenzi kembali tersenyum jail.

"Itu tau. Bantuin ya? Nanti kalau Kakak berhasil dapetin Bu Vio kamu dapat hadiah... "

"Hadiah apa? Motor? Mobil? Atau Ps terbaru?" Tanya Frenzi antusias dengan senyum yang mengembang.

"Hadiah pahala Fren. Kan sebagai adik yang baik, kamu harus berbakti sama Kakak." Kata Farez cepat. Dan setelah itu berdiri dari duduknya dan berlari menuju ke kamar.

"Kak Farez!" Teriak Frenzi yang melihat Farez sudah menaiki anak tangga.

***

Vio membuka kotak yang ia dapatkan dari Frenzi sejam yang lalu, dahi Vio sedikit berkerut saat melihat isi dalam kotak tersebut.

Hanya ada sebuah kertas yang terlipat didalam sana, Vio mencoba mencari apakah ada barang lain didalam kotak tersebut, namun nihil karena hanya ada kertas tersebut saja.

Frenzi bilang kotak ini dari orang yang merupakan penggemar Vio, dan hal itu tentu membuat Vio sedikit bingung. Memangnya sejak kapan ia memiliki penggemar. Namun karena melihat wajah Frenzi yang terlihat tidak berbohong membuat Vio akhirnya menerima kotak ini.

Vio menggerakkan tangannya untuk membuka kertas tersebut, dan membaca tulisan yang tertulis dalam kertas tersebut.

Selamat pagi Mbak Vio.

Ini surat dari aku atau Farez lebih jelasnya, aku cuma mau memberikan nomor whatsappku.

+6295××××××××××

Kalau Mbak Vio bertanya-tanya kenapa aku tiba-tiba kasih surat yang tujuannya cuma buat ngasih nomor ini ke Mbak, jawabannya adalah karena aku yakin kalau nanya langsung ke Mbak Vio, pasti ketahuan sama Vano atau lebih jelasnya adik Mbak Vio.

Kalau udah lihat nomor saya tolong segera di save ya Mbak, lebih baik lagi kalau Mbak langsung chat aku. Biar aku langsung dapet notif dari nomer Mbak.

Salam manis dari #Farez-nyaMbakVio

Vio melebarkan kedua matanya saat membaca tulisan surat tersebut, beberapa detik setelahnya senyuman lebar terlukis menghiasi wajahnya.

Vio tidak dapat menahan senyumnya saat membaca isi tulisan didepannya. Kenapa teman dari Vano adiknya itu, bisa se cute ini. Apalagi Vio baru kali ini mendapat surat dari seseorang yang berisi tulisan yang membuatnya seketika tersenyum.

Ada-ada saja memang Farez ini, Vio meraih ponselnya yang berada diatas meja. Tanpa menunggu lama Vio segera mengetikkan nomor pada ponselnya.

Vio tersenyum tipis saat nomor milik Farez sudah masuk kedalam kontak miliknya. Vio menekan nomor tersebut kemudian memiliki mengirim pesan untuk Farez.

Setelah terkirim Vio meletakkan ponselnya, kemudian melipat kembali kertas ditangannya dan memasukannya kembali kedalam kotak seperti semula.

***

Farez menatap malas ke arah kertas lembaran soal kuis yang baru saja dibagikan oleh dosen matkul hari ini.

"Ini kenapa semua isinya angka gini sih." Keluhan mulai Rian terdengar.

Dan hal itu sontak membuat Vano yang duduk disamping Farez menoleh perlahan ke belakang. "Lo udah nemu jawabannya belum?" Tanya Vano pada Rian.

Rian yang mendengar itupun mengangkat kepalanya yang semula menunduk. "Belum, kenapa? Mau kasih gue contekan?" Rian mengangkat sebelah alisnya.

"Kalau lo mau." Kata Vano membuat Rian menganguk.

"Tapi satu jawaban lima puluh ribu ya?" Kata Vano, setelahnya kembali menoleh kedepan.

"Cih, itungan lo sama temen sendiri." Kata Rian melempar kertas kumel yang berada dimejanya ke arah Vano yang kini sedang menahan tawa.

"Seru lihat wajah Rian yang melas gitu." Kata Vano, dan hal itu membuat Farez ikut tertawa pelan.

Farez menoleh sekilas pada Rian yang kini sudah kembali menatap soal dengan wajah melas yang ketara.

"Kerjain sebisa lo aja kali Yan." Kata Nino yang sudah malas dengan gerutuan Rian pada soal kuis tersebut.

"Pertanyaannya, apa yang gue bisa?" Tanya Rian menoleh pada Nino yang masih fokus mengerjakan kuis.

"Oh iya gue lupa." Nino menoleh pada Rian dan menepuk dahinya pelan. "Lo kan bisanya cuma buat gombalan buat betina-betina ternakan lo." Kata Nino dengan santainya.

Hal itu membuat Rian mencibir ke Nino, sedangkan Farez dan Vano yang dapat mendengar itu pun ikut menganguk setuju dengan perkataan yang dilontarkan Nino.

"Kalian berempat! Sekali lagi berisik dan mengganggu ketenangan kelas, silahkan keluar dari kelas saya. Dan ikut kuis tambahan." Kata dosen yang kini sudah berdiri dan menatap tajam ke arah tempat duduk Farez dan teman-temannya itu.

Keempat orang tersebut dengan segera berfokus kembali ke soal kuis masing-masing.

°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°

Farez memasukkan motornya kedalam garasi rumahnya, setelahnya Farez berjalan masuk kedalam rumah sembari melepas jaket yang membungkus badannya.

"Gila panas banget hari ini." Farez mengibaskan telapak tangannya ke arah wajahnya.

Farez menganguk minuman kaleng dalam kulkasnya, setelah membuka segelnya kemudian minuman tersebut ia minum hingga abis.

Setelahnya Farez berjalan menuju ke kamarnya untuk segera mandi, untuk menghidangkan rasa lengket ditubuhnya akibat berkeringat.

Farez membuka kaos yang dipakainya, sebelum mengambil handuk Farez terlebih dahulu meraih ponsel dalam saku celananya.

Farez menghidupkan ponselnya yang sengaja dari pagi tadi dimatikan karena memang peraturan dari dosen matkulnya hari ini untuk tidak menghidupkan ponsel selama pemaparan materi dan mengerjakan kuis.

Farez terbelalak sebentar kemudian menyinggungkan senyum yang lebar setelah mendapat motif pesan whatsapp dari nomor yang belum ada nama kontaknya.

Farez tau siapa pengirim pesan tersebut. Farez menekan notif yang muncul di layar atas ponselnya.

Dan benar saja satu pesan tersebut dari perempuan cantik yang sengaja ia beri nomernya.

+6285×××××××××

Ini saya, Vio.
Di save balik ya:)

Farez semakin tidak bisa menghentikan senyumnya, sesaat setelah membaca pesan singkat yang dikirim oleh Vio.

"Ah! Mbak Vio!" Kata Farez dengan lantang, namun terkesan gemas saat melihat simpul senyum di akhir pesan Vio.

Dengan segera Farez mengirim balasan untuk pesan singkat dari Vio.

Alfarez

Pasti di save balik dong Mbak Vio. Kalau mau langsung di save dihati juga bisa.

Pesan balasan dari Farez sudah terkirim dan hal itu membuat Farez semakin tidak bisa menahan rasa senangnya.

Farez meletakkan ponselnya diatas meja belajarnya, kemudian meraih handuk dan langsung menuju ke kamar mandi.

***

Vio menata tumpukan kerdus di halaman rumahnya, sedangkan Vano sedari tadi hanya terus membuang nafasnya kasar dengan waktu yang berdekatan.

"Bisa biasa aja gak buang nafasnya. Kamu kebanyakan buang karbon dioksida tau gak?" Kata Vio menoleh kesal pada Vano.

Vano mengangkat kedua bahunya acuh. "Ini salah Mbak Vio sih." Kata Vano.

"Kok nyalahin Mbak, kan kamu sendiri yang mancing perkara sama Ibu." Kata Vio. "Masih untung Mbak mau bantuin kamu beres-beres gudang." Kata Vio setengah jengkel.

"Lhah Vano kan cuma ngasih tau ke Ibu kalau kemarin Vano lihat Bapak ngobrol sama Bu Susi."

"Iya itu masalahnya, udah tau Ibu cemburunya bukan main. Malah kamu komporin." Vio mendengus setelahnya.

"Vano mana tau kalau ternyata Bapak cuma mau ngasih tau Bu Susi kalau rumah yang ditempati Bu Susi itu udah laku dijual."

"Mbak gak ikut-ikut an, kalau nanti Bapak ikut kesel sama kamu." Kata Vio kini beranjak dari tempatnya dan membawa dua tumpuk kardus untuk dibawa ke luar pagar.

Baru saja Vio sampai didepan pagar, Rahman dengan mengendari motornya sudah bersiap masuk.

"Vano dirumah?" Tanya Rahman pada anak perempuannya itu.

"Udah, itu anaknya." Tunjuk Vio ke arah Vano.

"Itu anak emang seneng lihat Bapak dimusuhi sama Ibu." Kata Rahman terdengar jengkel.

"Emang anaknya suka mancing masalah Pak." Kata Vio.

Rahman menganguk mendengar itu, setelahnya Vio melihat Rahman sudah kembali melajukan motornya masuk ke halaman rumah.

***

Vio menutup rapat pintu kamarnya, tidak lupa menguncinya juga. Vio teringat pesan yang ia kirim pada Farez tadi pagi belum sempat ia lihat kembali apakah sudah ada balasan atau belum.

Vio mengambil ponselnya yang berada didalam tas selempangnya, setelahnya Vio mengambil duduk ditepi tempat tidur miliknya.

Begitu menyentuh ikon mode terbang tak berselang lama bunyi notifikasi pesan whatsapp terdengar dan hal itu membuat Vio mengulas senyum.

Vio membuka pesan yang benar saja merupakan balasan dari Farez. Vio membaca pesan tersebut, lagi-lagi Vio mengulas senyum diwajahnya saat melihat kata 'save dihati'.

Ah kenapa tiba-tiba saja jantungnya berdebat saat melihat pesan tersebut, dengan segera Vio menggeleng pelan untuk menormalkan pikirannya yang seakan terlampau senang dengan pesan dari Farez.

Vio memang tidak berniat membalas pesan Farez tersebut, tapi saat akan kembali meletakkan ponselnya tiba-tiba saja ponselnya berbunyi dan mempelihatkan panggilan masuk dari nomor Farez.

Sedikit berpikir dan terkesan ragu untuk menjawab panggilan tersebut, namun setelah diam beberapa detik akhirnya Vio menjawab panggilan masuk tersebut.

"Lama banget ngangkat teleponnya Mbak? Lagi sibuk ya?" Suara Farez yang langsung menyapa pendengaran Vio dan hal itu membuat Vio sedikit tersikap.

"Mbak? Ini beneran nomor Mbak Vio kan?" Tanya Farez terdengar memastikan.

"Iy-iya ini beneran nomor saya." Kata Vio.

"Akhirnya ada suara Mbak Vio." Kata Farez dengan nada yang terdengar lega. "Aku cuma mau mastiin aja sih Mbak, soalnya pesan balasan dari aku cuma mbak baca aja, gak Mbak bales. Takutnya si Vano yang bukak pesan dari aku." Kata Farez memberitahu kekhawatirannya.

"Gak kok, kamu tenang aja. Mmm... kamu kenapa tiba-tiba ngasih nomor kamu ke saya?" Tanya Vio, sebenarnya ia tidak berniat menanyakan hal tersebut. Tapi dia pikir tidak ada salahnya mengutarakan pernyataannya itu.

"Sengaja Mbak, biar aku bisa selangkah lebih maju dari kemarin." Kata Farez.

Vio mengerutkan dahinya saat tidak memahami perkataan Farez. "Maksud kamu?"

"Mbak masih inget kan sama perkataanku waktu Mbak Vio ngaterin aku ke kampus?"

"Maaf... perkataan kamu yang mana ya?" Tanya Vio, jujur saja ia sekarang mendadak lupa dengan perkataan apa yang dimaksud Farez.

"Gak masalah Mbak, kalau Mbak Vio mau tau perkataanku waktu itu... aku bisa ngasih tau ulang. Tapi gak lewat telepon kayak gini."

Vio mendengar ada helaan nafas setelah Farez berkata demikian.

"Saya gak ngerti." Kata Vio untuk menanggapi perkataan Farez tersebut.

"Besok juga Mbak ngerti. Aku tutup dulu ya teleponnya. Selamat malam dan selamat istirahat, Mbak Vio." Kata Farez, sebelum akhirnya memutuskan panggilan telepon.

Dan hal itu membuat Vio segera menjauhkan ponsel dari telinganya.

Vio sedikit terdiam, mencoba mengingat-ngingat perkataan Farez waktu di kampus waktu itu. Dan benar saja saat Vio mulai mengingat perkataan Farez itu, Vio merasakan pipinya menghangat seketika.

°°°


Continua a leggere

Ti piacerร  anche

1.3M 125K 49
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
1.2M 5K 15
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Alden Maheswara. Seorang siswa...
321K 25.3K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini โš ๏ธโ›” Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. ๐Ÿ”žโš ๏ธ. ...