-----
Selamat membaca
-----
Saat jam pelajaran baru setengah jam. Sebuah pemberitahuan dari speaker terdengar menggema di seluruh penjuru kelas.
"Perhatian kepada semua murid. Karena hari ini semua guru akan mengadakan rapat secara besar-besaran, mohon maaf acara belajarnya harus usai. Hari ini sekolah diliburkan. Besok masuk seperti biasa, terima kasih."
Semua murid bersorak gembira mendengar pengumuman tersebut, termasuk Heksa dkk. Siapa coba yang tak senang saat mendengar pengumuman seperti ini?
"Kita ke mall aja yuk?" ajak Heksa. "Lagian ini masih jam 9, kalau langsung pulang ke rumah, bosen," lanjutnya.
"Gue sih ayo aja," balas Yoga.
"Kalau yang lain?" tanya Heksa pada Rasya, Jiko dan Januar.
"Gue juga ikut deh," jawab Rasya, sedangkan Jiko dan Januar hanya mengangguk menyetujui usulan Heksa.
"Lo telepon Jidan! Suruh ke sini!" perintah Januar pada Heksa.
Heksa mengambil ponsel di sakunya seragamnya.
"Halo."
"Halo Bang, kenapa?"
"Lo ke kelas gue, sama Chiko juga!"
"Mau ngapain? Lo nya aja yang kesini Bang."
"Ye si anying, gue gak terima bantahan."
"Tapi Bang, kelas lo jauh."
"Jauh apanya? Kita cuma beda sepuluh langkah Jidan, ya Allah."
Terdengar Jidan menghela napas diseberang sana. "Yaudah iya, gue sama Chiko kesana."
"Nah gitu dong. Buruan gue tunggu."
"Iya."
"Buru---"
Tut tut
"Gak sopan banget ini orang," gumam Heksa saat Jidan mematikan sambungan telepon secara sepihak.
"Apa katanya?" tanya Jiko.
"Mereka otw."
Semenit kemudian, Chiko dan Jidan sudah berada di depan kelas Heksa.
"Kalian gak pulang? Kalian tadi denger kan pengumuman dari Pak Hendri?" tanya Chiko.
"Denger," balas Januar singkat.
"Terus kenapa malah kumpul di kelas gini?" tanya Jidan.
"Rencananya kita mau ke mall, lo berdua mau ikut gak?"
"Kapan?"
"Tahun depan."
"Oh, terus kenapa rencananya sekarang kan masih lama ke tahun depan?"
"Ya sekarang lah Jidan lemot," balas Rasya ngegas saat mendengar pertanyaan polos yang terlontar dari mulut Jidan.
Jiko dan Yoga menepuk bahu Rasya pelan. "Sabar, lo kayak gak tahu dia aja."
"Jadi gimana mau ikut gak?" tanya Yoga.
"Maulah, gaskeun."
***
Kini Heksa dkk sudah berada di dalam mall, mereka celingak-celinguk seperti orang linglung.
"Kita kemana dulu nih?" tanya Jiko.
"Arcade."
Mereka semua mengikuti usulan Chiko, pertama-tama mereka akan ke arcade. Disana mereka memainkan dance-dance revolution, air hockey, maxsimum tune dan walking dead dan lainnya.
"Kemana lagi kita?" tanya Januar dingin.
Mereka sudah selesai bermain di arcade.
"Ke bioskop aja lah, kita nonton film horor. Gimana?"
Mereka semua terdiam mendengar pertanyaan Heksa.
"Yaudah ke bioskop aja."
"Genre-nya jangan yang horor dong Bang." Jidan mencoba bernegosiasi.
TMI, diantara mereka bertujuh. Jidan lah yang paling takut dengan hal-hal yang berbau horor, ketakutan dia bisa dibilang berada di level tertinggi, setelahnya ada Rasya yang berada di level rendah, dia memang takut, tapi tidak terlalu takut, pokoknya gitu deh.
"Boleh deh genre horor, tapi hantunya jangan yang serem," celetuk Rasya yang membuat keenam temannya memandangnya bingung, perasaan semua horor itu hantunya seram deh pikir mereka.
"Aneh lo boncel, dimana-mana film horor itu ya hantunya pasti serem, kalau gak serem bukan hantu namanya, tapi hati," balas Heksa tidak nyambung diakhir.
Rasya menoyor kening Heksa. "Gue gak boncel ya bangsat"
"Sakit bangsat."
"Bodo amat."
"Oke horor ya, gue beli tiket, Chiko sama Yoga beli popcorn," ucap Jiko tak menghiraukan pertikaian kecil antara Rasya dan Heksa.
Mereka mengangguk setuju, tidak dengan Jidan yang hanya bisa menghela napas, dirinya yakin setelah pulang ke rumah dia akan terngiang-ngiang dengan film horor yang ditontonnya.
"Berarti popcorn tujuh, cola float nya tujuh."
Setelah memesan tiket dan membeli popcorn. Kini mereka bertujuh sudah duduk saling bersebelahan di kursi teater. Mereka berada di kursi tengah, tempat yang strategis saat ingin menonton, karena tidak harus mendongak seperti yang duduk di depan.
Lampu bioskop mati, yang artinya film akan tayang sebentar lagi.
Ketika Heksa, Jiko, Januar, Rasya, Yoga, serta Chiko fokus dengan tayangannya, sambil sesekali memakan popcorn di genggaman. Tidak dengan Jidan yang sudah seperti cacing kepanasan.
Aksi Jidan membuat orang yang duduk disebelahnya menegur dengan suara pelan. "Lo kenapa? Bisa diem gak?"
"S-orry," jawab Jidan gagap.
Jidan mencoba rileks, dalam hatinya tak henti-hentinya ia berdoa, membaca surat pendek yang sekiranya ia hapal.
"Cemen lo," ledek Heksa yang duduk disebelah Jidan.
Jidan yang tak terima dikatai cemen, mencoba lebih fokus dengan film, dia akan buktikan kalau dia tidak takut dengan horor.
Tanpa sepengetahuan Jidan, Heksa tersenyum kecil. Ia sengaja meledek Jidan, dengan tujuan agar Jidan bersemangat dan tidak gemeteran. Sejujurnya ia mendengar ucapan orang di sebelah Jidan tadi.
Ada sedikit rasa bersalah, karena bagaimanapun dia yang mengusulkan genre horor ini.
"Sorry," ucap Heksa pelan.
Jidan yang sudah merasa rileks dengan tontonannya membalas, "Gak papa Bang, lagian setannya gak terlalu serem."
"Yakin?" Jidan mengangguk.
"Oke, satu, dua, tig---"
"Akkkhhhhh," teriak Jidan dan Rasya saat tiba-tiba layar menampilkan jumpscare setan dengan wajah berlumuran darah.
Dan akhirnya mereka pun menjadi perhatian seluruh orang yang sedang menonton.
***
"Malu-maluin lo berdua," ucap Jiko kepada Rasya dan Jidan saat mereka baru keluar dari bioskop
"Kita kan kaget, secara reflek teriak," balas Rasya membela diri.
"Hantunya nyeremin banget." Jidan menimpali, ia masih terngiang dengan hantu tadi.
"Udah deh, udah terjadi juga. Mending kita ke mekdi aja yuk! Laper gue."
Kini ketujuh sahabat itu sudah berada di MCD, tempat tujuan mereka untuk makan.
"Mau pesen apa Dek?" tanya waiters yang datang menghampiri.
Heksa mengambil buku menu diatas meja.
"Saya mau Bulgogii beef rice 1, ayam krispy 1, chocolate float 1, sama es krim matca nya 1 ya Mbak," jelas Heksa. "Kalian mau apa?" lanjutnya bertanya pada sahabat-sahabatnya.
"Mc chicken sama ice coffe brown sugar float."
"Mc nuggets 1, minumannya chocolate float."
"French fries 2, ice coffe brown sugar with jelly 2 ."
"Terayaki chicken rice sama milk tea."
"Baik, tunggu sebentar ya Dek."
"Iya Mbak."
"Banyak amat pesenan lo Sa, yakin bakalan abis?" tanya Yoga.
Heksa menjawab, "Yakinlah, gue laper soalnya."
"Cih, dasar perut karet."
_______________________________________________
TBC
SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER
Don't forget for follow : wp & ig : @delindanae or @hnajaem
TERIMA KASIH.