Heksa Story ✓

By delindanae

29.6K 2.5K 16

[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa de... More

CHAPTER 01 [Hadiah + Pekenalan Singkat]
DISCLAIMER
CHAPTER 02 [Sahabat Heksa]
CHAPTER 03 [Jiko Ngeselin]
CHAPTER 04 [Sedikit Insiden]
CHAPTER 05 [Sedikit Nasihat dari Ayah]
CHAPTER 06 [Olahraga Pagi]
CHAPTER 07 [Malam Minggu Marka]
CHAPTER 08 [Tanding Basket]
CHAPTER 09 [Bolos]
CHAPTER 11 [Masih Rumah Chiko]
CHAPTER 12 [Mall]
CHAPTER 13 [Itu Pacar Marka?]
CHAPTER 14 [Hadiah Buat Ayah]
CHAPTER 15 [Tawuran]
CHAPTER 16 [Skorsing]
CHAPTER 17 [Asia Afrika & Braga]
CHAPTER 18 [Quality Time]
CHAPTER 19 [Chiko Sakit]
CHAPTER 20 [Berduka]
CHAPTER 21 [Jalan-Jalan ke Dago]
CHAPTER 22 [Semaleman With Abang]
CHAPTER 23 [Berita Buruk]
CHAPTER 24 [Penjelasan & Oleh-oleh]
CHAPTER 25 [Marka Galau]
CHAPTER 26 [Heksa Hilang]
CHAPTER 27 [Tidak Menyangka]
CHAPTER 28 [Tak Percaya]
CHAPTER 29 [Siuman]
CHAPTER 30 [Meet Grandma in Chicago]
CHAPTER 31 [Miami Beach] + End
EXTRA CHAPTER [Akhir yang Bahagia]
PROMOSI
PROMOSI

CHAPTER 10 [Rumah Chiko]

576 59 0
By delindanae


-----

Selamat membaca.

-----

"Halo Yah."

"..."

"Heksa izin main ke rumah Chiko ya."

"..."

"Iya."

"..."

"Oke."

Heksa menyimpan kembali ponselnya pada saku celana putih abu-abu nya.

"Udah?" tanya Januar.

"Udah," jawab Heksa. "Yuklah! Let's go."

Waktu sudah menunjukkan pukul 15:00. Yang artinya semua murid SMA Gerdana sudah bisa pulang, termasuk Heksa dkk. Saat ini mereka sudang berada di area parkiran.

Mereka bertujuh memutuskan untuk berkunjung ke rumah Chiko yang tentu saja langsung disetujui sang pemilik rumah.

Sesuai dengan anjuran sang ayah tempo lalu, jika ingin main harus mengganti baju seragam. Heksa sudah mengganti baju seragamnya dengan baju kaos biasa yang sering ia gunakan, begitupun dengan Jidan yang juga mengganti seragamnya. Baju mereka sudah dilapisi dengan hoodie yang pas dibadan keduanya.

Sedangkan Jiko, Januar, Rasya dan Yoga hanya melapisi seragam sekolahnya dengan jaket yang memang mereka pakai tadi pagi.

Mereka mulai melajukan motor masing-masing, kecuali Chiko dan Januar yang mengendarai mobil.

Sesampainya di rumah Chiko mereka langsung memarkirkan kendaraan masing-masing.

"Gue mau ganti baju dulu, kalau kalian terserah mau ngapain. Kalau mau minum minta aja ke Bibi di dapur," ucap Chiko saat akan menaiki tangga.

Setelah kepergian Chiko, Januar langsung mendudukan pantatnya pada sofa yang tersedia disana.

Jiko langsung merebahkan tubuhnya di lantai dekat sofa, sedangkan Yoga dan Rasya berlari menuju dapur, guna mengambil air minum dan beberapa cemilan ringan.

Sedangkan Heksa dan Jidan memilih berjalan ke arah halaman belakang rumah Chiko yang terdapat kolam berenang, taman, sebuah gazebo sedang juga rumah pohon yang letaknya di ujung.

Heksa dan Jidan memutuskan untuk berdiam diri di rumah pohon tersebut.

Wajah Heksa mendongak, menatap langit biru yang dihiasi awan membuat pemandangan disana terlihat indah. Mulutnya berdecak kagum sebelum bersuara, "Indah benget anjir."

Jidan yang berada disamping Heksa pun ikut mendongak, dan ya dia menyetujui decakan kagum Heksa, saat melihat salah satu ciptaan Tuhan yang berada diatasnya.

Sepuluh menit berlalu mereka habiskan dengan memotret pemandangan tersebut.

"Gue cariin ternyata disini." Itu Jiko yang menaiki tangga rumah pohon, di punggungnya bertengger sebuah gitar akustik yang sering mereka gunakan jika bermain ke rumah Chiko.

Setelah terduduk, Jiko langsung menyerahkan gitar tersebut pada Heksa, yang langsung Heksa terima dengan senang hati.

Heksa mulai memetik senar gitar tersebut, mencoba membuat instrumen yang enak didengar. "Nah daripada bosen. Mendingan kita nyanyi aja, gue yang gitarin. Soklah request lagu apa?"

Jidan terlihat berpikir. "Emm, gimana kalau lagu yang judulnya 'Hampa' yang nyanyinya 'Ari Lasso' lo tahu kan Bang?"

"Tahulah."

Heksa pun mulai meminkan gitar tersebut sesuai dengan chord lagu. Matanya terpejam mencoba menghayati, mulutnya juga mulai bersuara melantunkan lagu 'Hampa' yang sering abangya dengarkan jika di rumah.

Kupejamkan mata ini.
Mencoba tuk melupakan.
Segala kenangan indah
Tentang dirimu, tentang mimpiku.

Suara Heksa terdengar begitu merdu. Suara yang jarang ia perlihatkan dan perdengarkan pada sahabat-sahabatnya.

Jiko dan Jidan ikut bernyanyi. Badan mereka berdua bergerak ke kanan dan kiri mengikuti irama lagu.

Semakin aku mecoba.
Bayangmu semakin nyata.
Merasuk hingga ke jiwa.
Tuhan, tolonglah diriku.

Jidan mengambil ponselnya yang tergeletak, membuka salah satu platform media sosialnya, Instagram. Dan mulai melakukan siaran langsung disana.

Kamera-nya ia arahkan pada Heksa yang terlarut dengan lagunya. Setelahnya ia men switch kamera belakangnya menjadi kamera depan. Menyimpan ponsel pintar tersebut pada kusen rumah pohon. Hingga kini semuanya terlihat dalam satu frame.

Entah dimana, dirimu berada.
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Apakah disana kau rindukan aku?
Seperti diriku yang selalu merindukanmu.
Selalu merindukanmu.

Tak bisa aku ingkari.
Engkaulah satu-satunya.
Yang bisa membuat jiwaku.
Yang pernah mati menjadi berarti.

Namun kini kau menghilang.
Bagaikan ditelan bumi.
Tak pernahkah kau sadari.
Arti cintamu untukku?

Entah dimana, dirimu berada.
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Apakah disana selalu rindukan aku?
Seperti diriku yang selalu merindukanmu.
Selalu merindukanmu.
Oh, yeah.

Oh-oh, entah dimana, dirimu berada.
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu.
Apakah disana selalu rindukan aku?
Seperti diriku yang selalu merindukanmu.
Selalu merindukanmu.

Setelah lagu usai, Jiko dan Heksa bertepuk tangan heboh. Tidak dengan Jidan yang langsung membaca komentar dari pengikut live instagram. Komentar disana beragam, ada yang merasa sedih dan galau, ada yang terpukau dengan suara mereka, ada juga yang mencibir.

"Suara gue bagus banget kan?" tanya Heksa sombong.

Jiko mendengus. "Bagusan suara gue. Suara lo mah kayak kaleng rombeng, bikin pengang," ucapnya bermaksud menjahili Heksa.

Heksa yang tak terima menggeplak kepala Jiko, yang tentunya Jiko balas dengan geplakan juga. Dan terjadilah aksi saling menggeplak kepala itu.

Jidan yang masih fokus dengan siarannya menoleh. Ia menghela napas jengah. "Sumpah Bang, kalian berdua kayak anak kecil tahu gak."

"Ya abisnya dia duluan yang mulai," ucap Heksa.

"Lo yang duluan tadi," balas Jiko tak terima.

"Lo."

"Lo duluan."

"Lo."

"Lo duluan."

"Lo."

"Lo dul---"

"STOP!" pekik Jidan. "Kok kalian malah adu bacot sih, hal sepele kayak gini diperdebatkan," lanjutnya geram sendiri.

"Sorry," ucap Jiko dan Heksa bebarengan.

Mereka bertiga pun kembali melanjutkan menyanyi hingga menyayikan empat lagu dari penyanyi yang berbeda-beda. Dan disaksikan oleh seribu followers Jidan.

***

Mereka bertujuh kini berada di ruang tamu rumah Chiko, sedang menonton pertandingan bola yang disiarkan sore itu. Sesekali mereka akan bersorak saat bola masuk ke gawang.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16:30 WIB

"Laper gue," celetuk Chiko ia meraih ponselnya yang ia letakkan di meja. "Gue mau delivery makanan. Kalian mau makan apa? Biar gue orderin?" lanjutnya bertanya pada keenam sahabatnya.

"Pizza," jawab Yoga dan Rasya serentak.

"Gue mau yang berkuah-kuah," ucap Heksa.

"Ya apa? Kan yang berkuah banyak Bang."

"Bakso aja," jawab Heksa.

"Gue samain kayak Heksa." Itu Januar yang bersuara.

"Kalau kalian berdua mau apa?" tanya Chiko pada Jiko dan Jidan.

"Nasi goreng."

Setelahnya hening kembali, mereka kembali fokus pada televisi.

Kini mereka sudah berada di ruang makan. Rasya membuka kantong kresek putih orderan mereka, begitu juga Yoga yang membuka kresek satunya.

Mata keduanya membelalak, saat melihat isinya tidak hanya pizza, nasi goreng dan bakso. Disana ada juga gorengan, nasi padang dan batagor.

"Banyak banget Chik, kayak mau abis aja." Heksa bersuara.

"Hehe, soalnya tadi kelihatan enak semua sih Bang."

"Boros," ucap Januar singkat.

"Biarin deh, duit gue gak bakal habis buat beli yang kayak gini doang mah," balas Chiko sombong.

"Gimana tuan muda aja lah."

"Tuan muda sombong," cibir Jiko dan Jidan.

_______________________________________________
TBC

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER


TERIMA KASIH.

Continue Reading

You'll Also Like

49K 4.3K 39
Kisah keseharian papah Jaehyun Pratama Narendra,menghadapi 3 pasang anak kembar non identiknya. "Narendra!" "Bukan hanenda pah,bang renjata tuh." "Ap...
6.3K 592 24
7 bujang yang ada aja tingkahnya,ayo kenalan. Tentang Atha yang receh. Tentang Agra yang senggol dikit marah. Tentang Kafeel yang suka tebar pesona. ...
1M 85.6K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
40.9K 3.4K 38
Hanya tentang kehidupan keluarga Danendra. Note : Minim konflik karena diriku ini pecinta damai ◔⁠‿⁠◔