Heksa Story ✓

Por delindanae

29.5K 2.5K 16

[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa de... Más

CHAPTER 01 [Hadiah + Pekenalan Singkat]
DISCLAIMER
CHAPTER 02 [Sahabat Heksa]
CHAPTER 03 [Jiko Ngeselin]
CHAPTER 04 [Sedikit Insiden]
CHAPTER 05 [Sedikit Nasihat dari Ayah]
CHAPTER 06 [Olahraga Pagi]
CHAPTER 07 [Malam Minggu Marka]
CHAPTER 08 [Tanding Basket]
CHAPTER 10 [Rumah Chiko]
CHAPTER 11 [Masih Rumah Chiko]
CHAPTER 12 [Mall]
CHAPTER 13 [Itu Pacar Marka?]
CHAPTER 14 [Hadiah Buat Ayah]
CHAPTER 15 [Tawuran]
CHAPTER 16 [Skorsing]
CHAPTER 17 [Asia Afrika & Braga]
CHAPTER 18 [Quality Time]
CHAPTER 19 [Chiko Sakit]
CHAPTER 20 [Berduka]
CHAPTER 21 [Jalan-Jalan ke Dago]
CHAPTER 22 [Semaleman With Abang]
CHAPTER 23 [Berita Buruk]
CHAPTER 24 [Penjelasan & Oleh-oleh]
CHAPTER 25 [Marka Galau]
CHAPTER 26 [Heksa Hilang]
CHAPTER 27 [Tidak Menyangka]
CHAPTER 28 [Tak Percaya]
CHAPTER 29 [Siuman]
CHAPTER 30 [Meet Grandma in Chicago]
CHAPTER 31 [Miami Beach] + End
EXTRA CHAPTER [Akhir yang Bahagia]
PROMOSI
PROMOSI

CHAPTER 09 [Bolos]

596 67 0
Por delindanae


-----

Selamat membaca

-----

"Cerpen atau cerita pendek merupakan karya sastra yang berbentuk teks narasi (cerita). Cerpen termasuk jenis cerita fiksi, bukan kisah tentang kehidupan nyata. Cerpen merupakan cerita karya imajinasi penulis..."

"Bosen," celetuk Heksa pelan.

Saat ini ia sedang mencoba mendengarkan penjelasan guru bahasa Indonesia di depannya yang sedang menerangkan materi tentang karya sastra.

Yoga yang duduk disebelah Heksa menyahut, "Sama," sautnya pelan.

Heksa menyembunyikan wajahnya pada kedua tangannya yang bertumpu pada meja.

Berbicara mengenai kelas. Saat ini Heksa, Yoga, Rasya, Jiko dan Januar berada di kelas akhir SMA alias kelas 12, sedangkan Chiko dan Jidan berada di kelas 11. Maka tak perlu heran saat Jidan dan Chiko memanggil Heksa atau yang lainnya abang. Nyatanya mereka berbeda satu tingkat.

"Bolos gak nih?" ajak Yoga masih dengan suara pelan.

Heksa menegakkan tubuhnya, keningnya mengeryit, ia memikirkan ajakan Yoga tadi. Kayaknya seru juga ajakan sahabatnya ini.

Bolos sekali-kali tidak apa-apa kan?

"Gimana caranya?" tanya Heksa pelan. "Bu Dina masih ngejelasin pelajarannya itu," lanjutnya.

"Gampang kalau itu. Tapi gue tanya lagi, mau bolos gak?"

"Boleh deh, sekali-kali."

"Sekali-kali apaan. Ini kita udah yang kelima kali."

"Ya tapikan selama kelas 12 kita belum pernah bolos."

"Iya juga sih."

"Cepetan katanya mau bolos. Gini aja, pertama gue duluan izin ke toilet, tunggu agak lama, baru lo juga izin."

Yoga mengangguk. "Yang lain gimana?"

Maksud Yoga yang lain itu, Jiko, Januar dan Rasya.

Heksa yang duduk paling belakang bersama Yoga melirik ke arah meja Jiko dan Januar yang terletak paling depan, lalu menoleh ke sebelah kanan, ke arah meja Rasya yang terhalang oleh dua meja. Mereka bertiga terlihat fokus mendengarkan.

"Gak usah diajak, kita aja berdua."

"Yaudah."

Heksa mengangkat tangannya.

"Bu!" Semua mata tertuju ke arah Heksa.

Merasa namanya di panggil bu Dina menengok ke belakang.

"Ada apa Heksa?" tanya bu Dina.

"Saya izin ke toilet ya Bu, udah kebelet ini." Demi melancarkan aksinya, Heksa sampai memasang wajah seperti menahan sesuatu.

Tanpa rasa curiga sedikitpun, bu Dina mengangguk. "Silahkan!"

"Terima kasih." Setelahnya dengan sedikit berlari Heksa keluar dari kelasnya.

Setelah agak jauh dari kelasnya. Heksa berjalan dengan santai, ia memasukkan kedua tangannya pada saku celana abu-abu nya.

Terdengar sebuah langkah kaki dari arah belakang, saat Heksa menoleh. Ternyata itu Yoga

"Bolos kemana nih?" tanya Yoga setelah berhasil mensejajarkan langkahnya dengan Heksa.

Heksa kembali terlihat berpikir. "Rooftop ajalah."

***

Heksa memutar knop pintu rooftop, dahinya mengernyit heran. "Kok gak di kunci?"

"Mana gue tahu," jawab Yoga disertai dengan gelengan kepala.

Saat pintunya terbuka, mereka berdua melihat dua orang siswa yang sedang terduduk di sofa usang yang sengaja di simpan disana oleh petugas kebersihan. Itu Chiko dan Jidan.

Mendengar suara pintu yang berdecit, Jidan mengalihkan pandangannya.

"Lho Bang Heksa, Bang Yoga ngapain kesini?" Mendengar kedua nama itu disebutkan Jidan, Chiko yang sedang fokus pada ponselnya langsung mendongak ke arah pintu.

"Harusnya gue yang nanya, lo berdua ngapain disini. Ini kan masih jam pelajaran. Kalian bolos ya?" tanya Heksa disertai tatapan menyelidik.

"Kelas kita jamkos Bang sampai jam istirahat, karena bosan makanya kita ke sini," jelas Chiko yang disetujui Jidan.

"Kayaknya yang bolos itu Abang berdua deh, soalnya tadi pas mau kesini, gue ngeliat kelas lo ada guru," lanjutnya.

"Iya, kalian berdua bolos kan?"

Heksa dan Yoga yang sudah terduduk di sofa usang lainnya terkekeh, tidak ada yang menjawab pertanyaan itu.

"Gue mau tidur, kalau udah bel istirahat bangunin gue."

Heksa merebahkan tubuhnya pada sofa, merasa silau tangannya ia gunakan untuk menghalangi wajahnya dari paparan sinar matahari yang menyorot.

"Hm."

Tak berselang lama. Heksa sudah tertidur dengan pulasnya.

"Yang lainnya mana Bang?" tanya Jidan pada Yoga.

"Di kelas, kita sengaja gak ngajak mereka. Soalnya mereka fokus banget."

Chiko dan Heksa mengangguk. Memang di antara semuanya. Jiko, Rasya dan Januar lah yang paling fokus dan ambis dalam pembelajaran. Tak ayal otak ketiganya begitu pintar jika masalah akademik.

Sebenarnya Heksa juga pintar, namun ia tidak terlalu ambis seperti ketiganya. Kata lainnya sih, ia malas.

Setelahnya hanya di isi keheningan. Yoga memutuskan untuk ikut bermain game seperti Chiko dan Jidan.

***

"Mereka pada kemana sih?" Rasya bertanya untuk kesekian kalinya dengan raut wajah kesal pada Jiko dan Januar yang hanya terdiam dengan kekesalan Rasya.

"Bolos gak ngajak-ngajak gue lagi," gerutunya.

"Ckk, sabar elah," balas Jiko yang merasa jengah dengan gerutuan Rasya.

"Gak bisa sabar gue," balas Rasya ngegas.

Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Sekarang mereka sedang mencari Heksa dan Yoga yang tadi pamitnya ingin ke toilet.

Namun saat mereka sudah di toilet, tidak ada Yoga maupun Heksa disana.

"Ke kelas Jidan sama Chiko dulu aja." Itu usulan Januar yang langsung dilaksanakan Rasya dan Jiko.

Sesampainya di depan kelas 11 IPS 4, mereka celingukan mencari Jidan dan Chiko.

"Eh lo." Orang yang Jiko panggil menoleh lalu menghampiri ketiga kakak kelasnya itu.

"Ada apa Kak?" tanyanya.

"Jidan sama Chiko kemana? Kok gak ada."

"Mereka tadi keluar Kak, sebelum bel. Kebetulan kelas kita tadi jamkos."

"Lo tahu mereka ke arah mana?" tanya Rasya.

"Ke arah kanan Kak."

"Kalau gitu makasih infonya."

"Iya Kak, saya permisi."

Adik kelas itupun pergi dari hadapan ketiganya.

"Kita ke rooftop aja. Tapi beli dulu makanan, gue curiga mereka berempat disana."

"Oke."

Mereka bertiga kini sudah berada di depan pintu rooftop. Rasya langsung berjalan masuk. Di ikuti Jiko dan Januar mengikuti dibelakangnya dengan sebuah kantong keresek hitam, di tangan kanan masing-masing.

"Bagus ya lo. Bolos gak ngajak-ngajak?!" ucap Rasya saat melihat Yoga, Chiko dan Jidan yang bermain game, sedangkan Heksa masih tertidur.

Setelahnya mereka menduduki lantai rooftop, yang diberi alas kardus.

Jidan, Chiko dan Yoga langsung menghentikan game, dan meletakkan ponselnya ke lantai.

"Lo kan jauh dari meja gue. Jadi susah koordinasinya," balas Yoga santai.

"Sok iya lo, koordinasi-koordinasi," cibir Jiko pelan.

"Biarin."

"Sejak kapan dia tidur?" tanya Januar matanya mengarah pada Heksa yang masih nyenyak tertidur tanpa terganggu dengan suara kebisingan didekatnya.

"Satu jam yang lalu deh Bang," jawab Chiko.

"Kalian gak nyadar apa kalau bel istirahat udah bunyi?" tanya Jiko.

"Lah, enggak Bang."

"Pantesan."

"Untung kita tadi sempet ke kantin."

Januar mengeluarkan 7 sterofom yang isinya berupa siomay dari kresek hitam yang dibawanya. Begitupula dengan Jiko yang mengeluarkan air mineral.

Rasya mengguncang tubuh Heksa agak kencang. Kekesalannya pada Yoga dan Heksa masih ada, sedikit.

"Bangun lo! Ini udah jam istirahat."

Heksa yang merasa terganggu langsung terbangun. Ia melihat ke sekelilingnya. Setelahnya terduduk.

Dirinya mengambil satu air mineral di depannya. Lalu berdiri.

"Gue cuci muka dulu."

_______________________________________________
TBC

See you in the next chapter


TERIMA KASIH.

Seguir leyendo

También te gustarán

42.3K 5.8K 21
➶ 황런쥔 | completed. ❝Untuk apa banyak bicara jika mata mampu mengatakan semuanya ?❞ ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈« ©dbluebearie
3K 377 6
Bagaimana jadinya 2 pemuda dengan kelebihan yang mereka anggap kutukan itu bertemu? Baskara Zuffar Al-Jabbar, pemuda tampan berbulu mata lentik yang...
40.9K 3.4K 38
Hanya tentang kehidupan keluarga Danendra. Note : Minim konflik karena diriku ini pecinta damai ◔⁠‿⁠◔
17.1K 1.6K 14
Cerita tentang empat sahabat yang saling melengkapi melawan penyakit yang mereka derita. "Kita ini satu, saling melengkapi, jangan ada yang pergi ya...