Heksa Story ✓

By delindanae

35K 2.7K 18

[END] Menceritakan daily life Heksa dengan Ayah dan Abangnya. Dan Heksa dengan para sahabatnya. Juga Heksa de... More

CHAPTER 01 [Hadiah + Pekenalan Singkat]
DISCLAIMER
CHAPTER 02 [Sahabat Heksa]
CHAPTER 03 [Jiko Ngeselin]
CHAPTER 04 [Sedikit Insiden]
CHAPTER 06 [Olahraga Pagi]
CHAPTER 07 [Malam Minggu Marka]
CHAPTER 08 [Tanding Basket]
CHAPTER 09 [Bolos]
CHAPTER 10 [Rumah Chiko]
CHAPTER 11 [Masih Rumah Chiko]
CHAPTER 12 [Mall]
CHAPTER 13 [Itu Pacar Marka?]
CHAPTER 14 [Hadiah Buat Ayah]
CHAPTER 15 [Tawuran]
CHAPTER 16 [Skorsing]
CHAPTER 17 [Asia Afrika & Braga]
CHAPTER 18 [Quality Time]
CHAPTER 19 [Chiko Sakit]
CHAPTER 20 [Berduka]
CHAPTER 21 [Jalan-Jalan ke Dago]
CHAPTER 22 [Semaleman With Abang]
CHAPTER 23 [Berita Buruk]
CHAPTER 24 [Penjelasan & Oleh-oleh]
CHAPTER 25 [Marka Galau]
CHAPTER 26 [Heksa Hilang]
CHAPTER 27 [Tidak Menyangka]
CHAPTER 28 [Tak Percaya]
CHAPTER 29 [Siuman]
CHAPTER 30 [Meet Grandma in Chicago]
CHAPTER 31 [Miami Beach] + End
EXTRA CHAPTER [Akhir yang Bahagia]
PROMOSI
PROMOSI

CHAPTER 05 [Sedikit Nasihat dari Ayah]

1.2K 105 0
By delindanae


-----

Selamat membaca.

-----

Heksa terbangun dari duduknya. Ia baru saja selesai melaksanakan sholat Magrib

"Gak ganteng lagi deh muka gue," gumam Heksa saat becermin pada cermin di kamarnya.

Ia menghela napas pelan. Memilih keluar kamar menuju ruang keluarga, guna mengambil kotak P3K untuk mengobati lukanya.

"Ayah taro dimana ya kotak obatnya." Tangan Heksa membuka satu persatu laci nakas yang berada di ruang keluarga.

"Nah lo ketemu," gumam Heksa senang. Ia lantas mendudukan pantatnya di sofa.

Ceklek

Terdengar suara pintu terbuka, itu ayah dan abangnya yang baru pulang dari masjid komplek, usai melaksanakan sholat. Heksa menyalami tangan keduanya setelah mereka terduduk.

"Udah sholat?" tanya Marka. Ia duduk di sebelah Heksa, lalu mengambil kotak P3K yang berada di tangan Heksa.

"Udahlah Bang, Abang gak lihat nih Adek masih sarungan gini?" jawab dan tanya Heksa agak sewot.

"Biasa aja dong, gak usah sewot begitu," balas Marka.

Tangan kanannya menuangkan alkohol pada kapas di tangan kirinya, Marka mulai membersihkan dan mengobati luka-luka di wajah Heksa.

"Pelan-pelan Bang," ucap Heksa saat merasa abangnya menekan terlalu kencang lukanya.

"Ini udah pelan kok," balas Marka, masih fokus membersihkan dan mengobati luka Heksa.

"Tapi kok sakit."

"Ya lo nya diem. Makanya jangan sok jagoan lo! Songong banget pake gelut segala."

"Bukan gelut Bang, tapi berantem."

"Lagian mereka yang tiba-tiba nyerang. Adek sama Jiko gak bisa diem aja lah," lanjut Heksa.

"Gimana lo aja sayang." Marka menekankan kata terakhirnya.

"Sayang-sayang. Jijik Adek dengernya."

"Gak usah di dengerin."

"Tapi kan Adek punya kuping, gimana sih Abang."

"Agrh, diem lo! Nyahut terus perasaan."

"Iya maaf."

Ayahnya hanya tersenyum sekilas melihat perdebatan kecil antara kedua putranya, tanpa berniat melerai.

Tak berselang lama, Heksa selesai di obati. Ia kembali menyimpan kotak P3K tersebut, pada tempat semula.

"Makasih."

"Hm."

"Sekarang Adek ceritain lebih detail! Kenapa bisa pulang sore dalam keadaan babak belur gitu!" Joni membuka suara.

Heksa menghela napas panjang sebelum bercerita, ia mulai menceritakan dari awal bel pulang sekolah memilih berdiam diri di lapangan voli sekolahnya, lalu mampir ke warung nasgor, hingga ada sekelompok orang menyerangnya.

"Lain kali kalau mau main dulu habis pulang sekolah itu, hubungi Ayah atau Abang! Biar kita gak khawatir. Ayah gak bakal ngelarang Adek kok. Ayah percaya, Adek udah besar dan bisa menjaga diri sendiri. Dan usahakan kalau mau main atau mampir dulu kemana-mana dan pulangnya menjelang Magrib atau malem Adek harus bawa baju ganti, jangan pakai baju seragam. Biar lebih tenang mainnya."

"Iya, maaf Yah, Bang." Heksa menunduk.

Joni mengusak surai hitam Heksa pelan, sedangkan Marka menepuk bahunya.

"Sudah yuk, kita makan malam! Bi Ijah tadi masak banyak. Ada makanan kesukaan kalian berdua juga," ajak Joni.

Marka dan Heksa mengangguk.

***

"Abang langsung masuk ke kamar ya Yah, ada tugas dari dosen yang harus dikumpulin besok."

"Iya."

"Besok Sabtu lho Bang, gak libur?"

"Gue kesana ngumpulin tugas doang, habis itu pulang lagi."

"Oh oke, semangat bro," balas Heksa disertai dengan tangan mengepal ke udara.

"Yoi."

"Besok kan hari Sabtu, Adek libur kan?" tanya Joni kepada putra bungsunya.

"Iya," jawab Heksa, "Kenapa Yah?"

"Gimana kalau besok pagi kita jogging keliling komplek?"

Heksa terlihat berpikir, sebenarnya dia paling malas kalau harus bangun pagi di hari libur. Tapi kalau menolak ajakan ayahnya, gak baik juga. Ini juga kan demi kebaikan dan kesehatan dia.

"Oke deh, Adek mau. Nanti Ayah bangunin Adek aja ya."

Joni mengangguk. "Kalau gitu Ayah ke ruang kerja ya, ada dokumen yang harus di periksa."

"Adek juga izin ke rumah Jiko ya Yah, nanti setelah sholat Isya."

"Kalau ketemu Om Darja, Ayah titip salam."

"Siap."

Usai mengganti sarung dengan celana selutut andalannya, juga memakai sandal jepit kesayangannya. Heksa lantas bergegas menuju rumah Jiko.

Heksa mengetuk pintu rumah Jiko.

Tok-tok

"Assalamu'alaikum, Jikoooo main yuk!" Heksa terkikik geli.

Tok-tok

"Jik---"

Ceklek

Heksa tersenyum kepada ayah sahabatnya yang membuka pintu. "Eh, Om Darja. Apa kabar Om?"

Ia menyalami tangan Darja, sedangkan Darja menepuk pelan kepala Heksa.

"Baik, perasaan kemarin kita baru ketemu lho."

"Hehe, kan basa-basi Om."

"Kamu ini, ada-ada saja. Kesini mau main sama Jiko ya."

"Iya Om, Jiko-nya ada?"

"Ada, kamu masuk saja. Dia lagi main game di kamarnya."

"Siap Om." Baru lima langkah melangkah, Heksa menoleh kembali ke arah Darja.

"Eh iya Om, Heksa hampir lupa. Ada salam dari Ayah."

"Salamin balik ya."

"Oke."

Sesampainya di pintu kamar Jiko, Heksa langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Saat melihat Jiko, sebuah ide jahil terlintas di kepalanya.

Tanpa aba-aba, Heksa langsung menindih tubuh Jiko yang sedang tengkurap di kasur empuknya, dengan mata fokus menatap ke arah permainan pada ponselnya.

"Dor."

"Anjing," umpat Jiko spontan saat merasakan beban berat menimpa punggung lebarnya.

Ia langsung terbangun, yang otomatis membuat Heksa terjatuh pada kasur. Melihat siapa pelakunya, tanpa segan Jiko langsung memukuli wajah Heksa dengan bantal.

Heksa mencoba melindungi wajahnya yang terluka. Lalu berteriak, "Woy udah woy, muka gue sakit."

Jiko menghentikan pukulannya. Ia menyandarkan tubuhnya pada headboard kasur. "Lagian lo ngagetin aja sih," kesal Jiko.

Mendengar kekesalan Jiko, Heksa malah cengegesan. "Hehe sorry, abisnya lo fokus banget."

Jiko berdecak, ia berjalan ke luar kamar dengan ponsel di genggamannya.

"Kok gue ditinggalin."

Heksa turun ke bawah kasur, ia mulai menyalakan televisi dan memilih duduk di karpet bulu kamar Jiko.

5 menit kemudian, Jiko kembali dengan membawa nampan berisi gelas dan teko berisi jus jeruk yang terlihat segar, juga kresek putih yang isinya berbagai macam cemilan.

Setelah Jiko masuk sepenuhnya, masuklah Jidan dan Januar yang ternyata mengekori Jiko.

"Kapan kesini-nya Bang?" tanya Jidan saat melihat Heksa yang sedang anteng menonton tv.

Heksa menoleh. "Sepuluh menit yang lalu kayaknya," jawab Heksa.

Jidan langsung terbaring di kasur, sedangkan Januar memilih bergabung duduk dengan Heksa.

"Gimana luka lo? Udah di obatin?" tanya Januar.

"Udah sama Abang," balas Heksa. Matanya masih fokus menatap benda persegi panjang besar di hadapannya yang menayangkan sepak bola favoritnya.

Januar mengangguk mendengar jawaban Heksa. Lalu ikut menyaksikan siaran bola di hadapannya.

Sedangkan Jidan memilih bermain game pada ponselnya, begitupun dengan Jiko yang kembali bermain.

Heksa beranjak mengambil cemilan yang tadi dibawa Jiko, yang isinya ciki-ciki, lalu membagikannya masing-masing satu kepada trio J

15 menit hening, mereka fokus pada kegiatan masing-masing.

Jiko berdiri, lalu bersuara, "Gue sholat Isya dulu."

_______________________________________________
TBC

SEE YOU IN THE NEXT CHAPTER


TERIMA KASIH.

Continue Reading

You'll Also Like

65.1K 4.6K 38
"Abang itu kuat. Kalau abang tidak dapat apa yang abang inginkan jangan marah. Kalau kehilangan sesuatu, jangan terlalu larut dalam kesedihan, cobala...
203K 21.8K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...
9.6K 574 27
"yaallah makasih yaallah ternyata bukan cuma gw orang yang punya kelebihan aneh didunia ini"-vano
Querencia By Febri

Teen Fiction

40.9K 2.8K 119
Bertemu dengan tiga orang sahabat adalah sebuah anugerah. Saat luka-luka yang aku lihat dari diri mereka perlahan mulai sembuh, membuat hatiku mengha...