A FIRST PERFECT [21+]

By lilumither

2M 53.6K 2.9K

⚠️ 🔞 Kehidupan Reyna di kantor menjadi lebih buruk ketika foto topless nya tersebar. Bukan hanya foto toples... More

[00] SINOPSIS & GUIDELINES
[01] EROTIC PICTURES AND VIDEO
[02] Your Somewhat Place
[03] MAHAGITA Group And Relationship Chart
[04] Fit is hit
[05] Fit is Hit (2)
[06] She is in danger
[07] He is Dangerous
[08] Desire
[09] Desire (2)
[10] Bastards
[11] Dead Meat
[12] Jealously
[13] Craving
[14] Usual day in office
[15] Another Scandal?
[16] Floor Plan, Relationship Chart, and Female Cast
[17] Punishment?
[18] His Girl-Friend
[19] It's complicated
[20] Lucky Chance
[21] Please don't be in love with someone else
[22] Seduction
[23] LUST
[24] Virginity
[25] Incapability
[26] Regretful
[27] Something feels off
[28] Confrontation
[29] Demand
[30] Caught Red Handed
[31] Messy
[32] Where do i start
[33] Break Up
[34] Insane
[35] Test Pack
[36] Revealed
[36.1] Suspect Board
[37] Baffled
[38] Here we go again
[39] Fearless
[40] False Accusation(?)
[41] Down Payment
[42] Hot Spring (1)
[43] Hotspring (2)
[45] Hotspring (4) + Special Part
[46] Hotspring (5)
[47] Important person
[48] Resign
[49] A heart to heart
[50] A bit of a riot

[44] Hotpsring (3)

20.7K 852 171
By lilumither


Sekitar pukul 9 pagi saat Reyna masuk ke kamar yang seharusnya ia tempati bersama Vanya, ia sudah tidak menemukan keberadaan Vanya. Jika mengingat kebiasaan Vanya yang harus makan tepat waktu, mungkin Vanya telah pergi sarapan terlebih dahulu.

Reyna menghela napas saat memilah baju yang akan dipakai. Kejadian tadi malam sangat mengganggunya. Vanya selama ini tidak pernah curhat aneh-aneh kecuali saat cewek itu mengaku kabur dari rumah karena ada masalah keluarga. Jika dipikir-pikir, mungkin saja masalah yang Vanya maksud saat itu berkaitan dengan Jovan.  Reyna menyesal ketika ia tidak bertanya lebih lanjut dan memaksa Vanya bercerita. Harusnya ia lebih peka pada saat itu. Bisa saja Vanya tipe orang yang baru akan terbuka jika didorong terlebih dahulu.

Kesekian kalinya, Reyna menghela napas, menyadari ia sepertinya tidak mengenal Vanya dengan baik. Namun setelah menimbang lamat-lamat, Reyna memutuskan akan berbicara dengan Vanya nantinya jika menemukan waktu dan kesempatan yang tepat. Bukan karena ingin mencampuri urusan Vanya, tetapi Reyna merasa mungkin saja Vanya sebenarnya butuh bantuan. 

Setelah selesai berganti baju, Reyna keluar untuk menyusul rombongan yang akan pergi ke tempat wisata terdekat. Namun Melvin telah lebih dahulu menggenggam tangannya dan menariknya menjauh.

"Vin. Kita gak ikut rombongan?" tanya Reyna heran.

Melvin menggeleng. "Tempat tujuannya biasa aja, Reyn. Besok juga bisa kalau mau beli oleh-oleh," ucapnya.

"Trus sekarang kita mau kemana?" tanya Reyna lagi karena kini Melvin menggandengnya keluar dari penginapan.

"Ada tempat yang lebih bagus."

Reyna hanya menurut ketika Melvin membawanya ke arah hutan, menuju sebuah dataran yang lebih tinggi, tidak jauh dari penginapan yang kata Melvin hanya beberapa keluarga Haury tau tentang tempat ini. 

Begitu sampai, Reyna paham kenapa Melvin mengatakan ini tempat yang tidak kalah bagus dari penginapan yang mereka tempati. Pemandangan laut dan beberapa pulau kecil serta pantai di bawah sana membuat Reyna merasa takjub. Tempat ini ternyata memiliki beberapa gazebo yang cukup terawat, sehingga Reyna bisa duduk menikmati apa yang terhampar di depannya dengan nyaman, membiarkan semilir angin menyapa kulit dan membelai rambutnya. 

Namun, Reyna berjengit kaget ketika Melvin tau-tau menjangkau tengkuk leher dan menciumnya. Bukan hanya kecupan. Melvin melumat, mencumbunya dengan dalam di sana. Bibir keduanya menempel makin lekat, belah bibirnya dijarah oleh Melvin dalam ciuman yang memabukkan.

Jika dulu Melvin sering menunggu persetujuannya sebelum melakukan hal ini, semakin ke sini sepertinya Melvin tidak memedulikan itu lagi. Mungkin karena Reyna terlanjur membuka akses untuknya maka Melvin kira ia bisa bergerak sebebas ini. 

Tapi ... setelah dipikir-pikir, bodo amat. Reyna memilih untuk memejamkan mata dan membalas setiap lumatan Melvin. Toh, dirinya sedang tidak punya ikatan dengan siapapun. Reyna tidak bertanggung jawab atas perasaan siapapun saat ini. 

Namun ketika ciumannya terputus demi menggapai udara, Mata Reyna melebar mendapati di gazebo yang berbeda ada keberadaan orang lain yang Reyna kenal posturnya meskipun membelakangi mereka. 

"Bentar, Vin!" ucap Reyna sambil mendorong tubuh Melvin. "Ada Darren."

Melvin tersenyum, ia kembali mendekat untuk melumat bibir Reyna.

"Justru itu tujuannya."

Melvin terus membubuhi kecupan di sepanjang bibir Reyna. Tangannya lalu bergerak membuka kancing kemeja satin Reyna satu persatu.

"Vin!" tegur Reyna pelan.

"Kenapa?" tanya Melvin. "Gue udah pernah liat juga, kan?" 

Reyna menahan tangan Melvin agar tidak membuka sisa kancing yang masih terpasang.

"Seenggaknya jangan di sini."

Melvin tersenyum miring. "Gapapa. Biar Darren tau apa rasanya jadi lo selama ini," ujarnya.  

Reyna kini dilema. Pikirannya seolah tidak berada di tempat. Ia bahkan tidak bisa memutuskan hal mudah seperti ini. Kebingungan apakah ia memang ingin membalas dendam demi kepuasan ego atau tidak perlu melakukan hal sejauh ini.

Reyna bisa merasakan tubuhnya yang digerayangi oleh Melvin, mulai dari dada hingga paha dalamnya. Di sela-sela ciuman mereka, tubuh Reyna berjengit pelan saat dadanya diremas oleh Melvin. 

"Vin ... " desah Reyna panik ketika Melvin mulai menurunkan kemeja Reyna hingga sebatas lengan.

***

Darren menyesap sebatang rokok sembari menatap kosong pemandangan di depan. Rasanya sudah lama sejak terakhir kali ia merokok. Pikirannya mengudara bersama angin-angin yang menyapa kulit. Sejak kapan kehidupannya mulai kacau?

Darren ingat ia mulai jarang berkumpul dengan teman-temannya sejak serius berpacaran dengan Reyna, meskipun terkadang Darren masih mengajak mereka liburan bersama dengan Reyna. Saat itu semuanya masih baik-baik saja. 

Tapi sejak kejadian di malam ulang tahunnya, semua hal menjadi berantakan. Hal yang membuatnya mengkhianati Reyna atas nama segala kepercayaan yang cewek itu berikan padanya. Lalu satu persatu masalah yang menyambangi Reyna tanpa henti membuat keadaan menjadi lebih sulit. 

Suara grasak grusuk dengan cepat membuat Darren tersadar kini ada orang lain di tempat ini. Tidak butuh lama baginya untuk menemukan sepasang manusia sedang berciuman tidak jauh dari tempatnya berdiri. Padahal ini tempat rahasia yang tidak banyak orang ketahui.

Namun saat mengetahui siapa orang lain itu Darren hanya bisa mendengus kesal. Meskipun hanya melihat dari postur tubuh dari belakang, Darren bisa mengenali itu adalah Reyna. 

Awalnya Darren ingin mengabaikan hal itu. Rasa kesal setengah mati Darren tahan karena tidak ingin membuat Reyna marah padanya. Namun ketika matanya menangkap bahwa baju yang Reyna pakai telah perlahan turun hingga Darren bisa melihat punggung Reyna membuatnya tidak bisa hanya diam dan menjadi penonton semata.

Darren menghampiri mereka. Ia mendorong Melvin, memisahkan pagutan mereka. Dengan tangan yang terkepal sejak tadi, Darren meninju perut Melvin hingga cowok itu tersungkur.  

"Darren!" pekik Reyna ketika Darren menarik kerah baju Melvin. Tidak menyangka Darren akan melayangkan pukulan pada Melvin. Sekaligus takut, Darren akan terjerat masalah karena hal ini. 

Darren memejamkan mata beberapa detik, berusaha meredakan emosinya setelah melepaskan Melvin yang masih merintih kesakitan. 

Setelah napasnya kembali normal, Darren berbalik, mendekati Reyna, dan memasang kancing baju cewek itu. Darren baru pergi setelah memastikan baju Reyna terpasang dengan rapi. Namun baru beberapa langkah, Darren kembali dan menarik Reyna pergi dari tempat itu. 

Setelah sampai di penginapan, Darren baru melepaskan tangan Reyna. Tangannya terjulur mengelus lembut wajah Reyna hingga ibu jarinya menyentuh pelan bibir cewek itu. 

Sial. Mengingat bibir Reyna telah dicium entah berapa kali oleh Melvin membuat Darren benar-benar sedih sekaligus marah ingin memukul Mevin lebih keras daripada apa yang seharusnya. 

Darren kemudian memeluk Reyna seerat yang ia bisa. Tidak bertanya kenapa Reyna sama sekali tidak mengeluarkan protes sejak tadi dan hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Darren pahami. 

Helaan napas Darren terdengar.  "Kalau lo terus ngelakuin hal kayak gitu sama Melvin ... " 

Darren tidak melanjutkan kalimatnya untuk beberapa saat. Semakin bingung bagaimana mengelaborasinya dengan tepat.

"Lama-lama gue kayaknya bisa gila ... " lanjut Darren pelan. 

Setelah beberapa saat, Darren melepas pelukannya. Ia mengusap kepala Reyna dengan lembut sebelum pergi meninggalkan cewek itu. 

Reyna baru bisa bernapas seperti biasa setelahnya. Ia masih terdiam melihat Darren yang telah menghilang dibalik koridor. 

Darren barusan ... menangis?

***

Reyna tidak melakukan apa-apa sepanjang sore selain menikmati pemandangan di sini dan memakan snack yang dibawakan oleh pegawai lain. Pikirannya seolah mengambang dan Reyna tidak paham bagaimana memaparkannya agar ia bisa berpikir lebih waras. Reyna sendiri tidak menyangka akan berada di posisi di mana ia kehilangan kendali atas diri sendiri. 

Reyna akhirnya memilih tidur dan baru terbangun ketika orang-orang sudah kembali dari onsen. Jam sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. 

"Kok lo pada gak bangunin gue?" tanya Reyna heran. 

"Ihhh. Udah berapa kali tau dibangunin," ucap salah satu pegawai kantor yang diiyakan oleh yang lain. 

Reyna hanya bisa menghela napas lalu mencari-cari sendiri dimana lokasi onsen di resort ini. Kalau dari pernyataan petugas dan pegawai kantor, onsen perempuan berada di urutan pertama dari pintu tanda masuk onsen. Setelah mengelilingi resort dan bahkan tersesat sampai keluar dari bangunan, Reyna akhirnya menemukannya. 

Tidak ada orang sama sekali. Reyna tersenyum senang karena ia bisa menikmatinya dengan tenang. 

Tanpa menunggu waktu lama, Reyna mengambil peralatan onsen dan membuka baju. Setelah membersihkan diri, ia masuk ke dalam kolam pemandian dengan perlahan. 

Berendam di air hangat memang bagian paling menenangkan. 

Reyna menengadah. Melihat langit yang terlihat terang karena bintang-bintang. Polusi cahaya yang kecil di daerah ini membuat langit malam terlihat sangat indah. Ia mulai melamun, membayangkan hal-hal indah agar pikirannya semakin tenang. 

Namun yang muncul di pikirannya adalah wajah Darren.

Reyna mendengus. Darren selalu terlihat keren, walaupun itu di pikirannya yang abstrak.  

Namun yang membuat Reyna terdiam pada detik berikutnya adalah bayangan wajah Darren tadi pagi. Untuk pertama kalinya, Reyna menyaksikan Darren menangis. Mungkin bukan secara teknis menangis seperti halnya Reyna menangis. Tapi Reyna melihat dengan jelas bulir air mata di sudut mata Darren.

Apa Darren menyukainya sebesar itu? Hingga rela mengejar Reyna selama berbulan-bulan dan berusaha menyelesaikan salah paham di antara mereka padahal cowok itu bisa memilih siapapun untuk menjadi pacarnya dengan mudah? 

Dada Reyna terasa sedikit sesak. Setelah semua ini, rasa bencinya pada Darren pun sudah tidak ada. 

Namun Reyna merasa dirinya egois jika ingin kembali pada Darren. Ia sudah bermesraan dengan cowok lain di hadapan Darren berkali-kali. Sengaja mempermainkan perasaan Darren dan membuat cowok itu kecewa tanpa henti. 

Apa hubungan mereka akan berjalan dengan baik setelah semua ini?

Suara langkah kaki membuat Reyna menoleh dengan cepat.

Matanya membulat saat melihat siapa yang masuk onsen dan kini berada di tepi kolam. 

Darren?

Baik Reyna dan Darren sama-sama terkejut melihat keberadaan masing-masing. 

"Lo ngapain di sini!?" tanya Reyna panik sambil membalikkan badan. Meskipun tubuhnya berada di bawah air, tapi ia tahu jernihnya air tidak bisa menutupi tubuhnya dengan baik. 

Satu alis Darren naik. "Harusnya gue yang nanya, lo yang ngapain di sini, Reyna?" 

"T-tapi ini onsen cewek," cicit Reyna pelan.  

"Ini onsen cowok," balas Darren. 

"Enggak! Ini tempat cewek. Kata yang lain pintu onsen pertama setelah pintu masuk itu tempat cewek," sangkal Reyna. 

"Lo masuk dari pintu utama apa pintu samping?"

Mata Reyna mengerjap beberapa kali menyadari kesalahannya. 

"G-gue bakal pindah," ucap Reyna cepat. Namun wajahnya kembali memanas saat tersadar handuknya berada cukup jauh.

Darren kemudian tersenyum singkat. "Gak usah. Gak ada yang bakal masuk lagi. Lagian gue gak bakal ganggu lo."

Reyna tidak tahu kenapa ia mengangguk kecil mendengar itu seakan percaya bahwa Darren serius dengan ucapan tersebut. Ia buru-buru memalingkan wajah ketika Darren masuk dan melepas handuk. 

Darren benar soal ucapannya. Cowok itu sama sekali tidak mengganggu Reyna dengan memilih bersandar pada batu dan memejamkan matanya, seolah tidak ada Reyna di sini.

Mata Darren terpejam cukup lama. Reyna perlahan mendekat dan memperhatikan lamat-lamat wajah cowok itu. 

Diam-diam Reyna merindukan bagaimana ketika Darren tidur. Alis tebal dan bulu mata panjang milik cowok itu selalu membuat Reyna iri. Biasanya kalau mereka tidur bareng, Reyna akan mengganggu Darren dengan mengusap alis itu berulang kali dan mengatakan bahwa ia ingin punya alis seperti milik cowok itu. 

Reyna menggigit bibir. Kenapa sekarang memori tentang kebersamaan mereka malah muncul bertubi-tubi.

"Gue bisa salah paham kalau lo ngeliatin gue terus kayak gitu." 

Suara serak Darren membuat Reyna gelagapan dan langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Ia juga buru-buru duduk memeluk lutut agar dadanya tidak terlihat dibalik air.

Reyna tidak paham. Bagian mana yang membuat jantungnya tiba-tiba berdebar cepat saat ini. Wajahnya terasa panas dan mungkin saat ini telah semerah kepiting rebut. 

Reyna menahan napas ketika wajah Darren telah menangkup pipinya, membawanya bertukar pandang dalam satu garis linier yang tidak bisa Reyna putus. 

"Gue sekali lagi pengen minta maaf buat semuanya, Reyn," ucap Darren. 

Reyna berusaha menanggapinya sebiasa yang ia bisa. Darren tidak tahu saja bahwa Reyna nyaris menahan napas ketika merasakan sentuhan cowok itu. 

"Iya. Gue bener-bener udah maafin lo kok. Gue udah gak masalahin hal itu."

Darren awalnya menatap tidak percaya sebelum memilih untuk tersenyum singkat. Semua terasa mimpi dan Darren memilih untuk tidak terbangun jika ini benar-benar mimpi. 

Dibanding minggu-minggu sebelumnya, respon Reyna kali ini terdengar begitu ... tulus dan apa adanya. Hanya ada emosi positif. 

"You know Reyn, i thought, It might be easier for me to just die than to earn your forgiveness," ucap Darren sambil mengusap kedua pipi Reyna dengan ibu jarinya. 

Reyna terdiam. 

"I just think that's enough. Not everything is your fault, tho," ujar Reyna kemudian. Jujur Reyna juga merasa bersalah karena selama ini ia juga menyimpan rahasianya sendiri dari Darren.

Darren masih terlihat tidak percaya dengan kata-kata Reyna. Seolah hal itu tidak akan pernah ia dengar. Mengeluarkan keberaniannya sekali lagi, Darren berucap, "I love you so much, Reyn. I've fallen for you, countless times."

Darren terkejut ketika Reyna tiba-tiba bangkit dengan bertumpu pada lutut. Kini giliran tangan Reyna yang menangkup pipinya. Wajah Darren memanas karena kini dada Reyna terpampang nyata di depannya. Hanya bagian perut ke bawah yang masih di dalam air. 

Darren meneguk ludah.  

Reyna mengangguk dan bergumam pelan. "Uhm. I know." 

Detik selanjutnya, sebelum Darren sempat mencerna apa yang terjadi, wajah Reyna mendekat, membuat tautan lewat pertemuan bibir mereka.

***

Sejujurnya gak puas sama tulisanku di part ini. Mungkin kualitasnya rada turun dibanding part-part sebelumnyaa. Tapi gapapa yaa, daripada makin kelamaan update :D

Sekarang pada tim siapaa?

Melvin - Reyna?

Darren - Reyna?

Reaksi habis baca part inii????

Spam next di sinii!!! 


Continue Reading

You'll Also Like

466K 19.9K 18
Sequel : EX - POSSESSIVE EX - NAUGHTY COUPLE Kevin & Citra after merried 17+ Puas Kelen?
326K 14.8K 48
Tentang Bella dan Chia. *** Perundungan yang Bella dapatkan dari Chia dan orang-orang di sekolah rasanya sudah melampaui batas. Ini semua berawal dar...
10.7K 535 9
Gimana ceritanya kalau ada berondong deketin lo? Simak kisah yang dialami oleh Aurel, wanita karir dengan paras rupawan. Usianya telah menginjak 25 t...
3.5K 339 6
Sebelum mengenal Niel sih hidup Via tuh biasa-biasa aja. Ya seperti biasa, kerja, ngumpulin duit, nabung, biayain keluarga, rawat adiknya, dan bantin...