Lost [End]

By wsa_sunflower

642 151 46

Yang hilang akan digantikan dengan yang lebih baik๐Ÿƒ . . . . Cerita ini hanya fiksi jadi gak ada sangkut... More

Prolog
Ku bahagia
Selamat datang jagoan
Anniversary dan kejutan tak terduga
Kepergianmu
Kalung dengan liontin bunga matahari
Setelah kau pergi
Ayah dan papa
Kakak hutang cerita sama kita
Ulang tahun miko
Miko juga butuh sosok ayah
Ayah Tian
Papa Yuda
Buna sakit
Get well soon
Buna harus memilih
Buna sudah memilih
Ikhlas
Pertemuan
Selamat om tante
Papa juga harus bahagia
Tian Abisatya
Haikal Chandra Purnama
Resmi
Liburan
Selamat berbahagia Papa
Miko sekolah
Adik miko
Hampir kehilangan
Deeptalk
Anisya salsabila abisatya
Miko sayang sama adek-adek
Ayah Haikal
Maaf Miko baru datang
Ayah harus kuat
Winan Ardhito
Cepat bangun mas
Welcome back mas
Perempuan penyayang
Akhir yang bahagia (end)
Bonus chapter 1
Bonus chapter 2
Bonus chapter 3
Bonus Chapter 4 (Last)

Masa lalu

2 3 1
By wsa_sunflower

Sinar matahari sudah menunjukkan cahayanya sejak pagi tadi. Cuaca hari ini cukup cerah, berhubung hari ini Kiran libur bekerja, ia memutuskan untuk bergelut di dapur membuat beberapa masakan. Moodnya pagi ini sedang baik, jadilah ia bersemangat memasak. Ia berniat memasakkan sesuatu untuk makan siang dengan Tian nanti. Rencananya mereka akan makan siang bersama nanti.

Namun sejak pagi tadi Tian tidak bisa dihubungi, Kiran sudah beberapa kali mengiriminya pesan untuk menanyakan perihal makan siangnya hari ini, namun tidak mendapatkan balasan hingga saat ini. Lalu mencoba untuk menelponnya namun tetap saja tidak ada jawaban. Mungkin sedang sibuk pikirnya.

"Buna masak apa? " Tanya Miko lalu menghampiri ibunya yang tengah sibuk memasak.

"Mmm bunda lagi masak makanan buat makan siang, miko mau bantuin bunda enggak? " Ucap Kiran lalu mendudukan Miko di kursi yang berada di dekatnya.

"Mau buna, tapi Miko mau main sama temen-temen" Ucapnya.

"Yah.. Yaudah kalo mau main nih jangan lupa minum dulu susunya, tadi pagi belum minum susu kan? " Kiran lalu memberikan segelas susu coklat yang sudah ia buat untuk Miko.

"Iya, makasih buna" Miko lalu mengambilnya dan mulai meneguk susu coklat favoritnya.

"Abis ini bunda mau keluar dulu ya, mau nganter makan siang buat ayah, Miko gapapa kan bunda tinggal dulu hmm? " Tanya Kiran.

"Kok ndak ayahnya aja yang suluh kesini sih bun, bial ketemu Miko juga, Miko kan kangen" Ucapnya.

"Gak bisa sayang, kayaknya ayah lagi sibuk deh soalnya buna telpon juga dari pagi gak diangkat, makanya mau bunda anterin aja makan siangnya"

"Gapapa kan? Bunda janji gak akan lama kok" Final Kiran, ia memutuskan untuk mengunjungi tempat Tian bekerja karena sedari tadi pesannya tidak ada yang dibalas.

"Iya bun gapapa, tapi nanti pulangnya beliin jajan ya" Ujar Miko.

"Bilang ayah juga Miko kangen" Tambahnya.

"Iya sayang, tapi miko harus janji ya, jangan nakal-nakal di rumah temennya, nanti kalo bunda udah pulang buna jemput" Kiran lalu mempersiapkan beberapa makanan yang akan ia bawa.

"Oke bun. Hati-hati ya"

"Iya sayang, yaudah kalo gitu bunda mau siap-siap dulu ya, nanti kita bareng aja ke rumah temen kamu nya sekalian bunda mau titipin kamu" Kiran mengelus puncak kepala Miko, lalu beranjak menuju kamarnya.


🌸🌸🌸

Setelah menitipkan Miko ke tetangganya, karena kebetulan hari ini Narda sedang ada dinas di luar kota, jadilah tidak ada yang menjaga Miko dirumah. Kiran lantas menuju halte untuk menunggu bus yang akan membawanya ke tempat Tian bekerja. Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya bus yang ia tunggu datang juga, Kiran pun langsung menaiki bus dalam kota tersebut dengan membawa satu paperbag berisi makanan.

Hanya memerlukan waktu sekitar 10 menit, akhirnya Kiran sampai di tempat tujuan. Ia pun bergegas turun lalu memasuki gedung yang ada didepannya. Saat memasuki bangunan itu, beberapa orang yang telah ia kenali menyapanya.

"Siang bu, mau ketemu dokter Tian ya?" Sapa salah seorang resepsionis.

"Siang juga Sus, iya nih dokter Tian nya ada?" Balas Kiran.

"Oalah mau makan siang bareng ya bu?" Timpal resepsionis satunya lagi, memang beberapa orang di rumah sakit ini sudah mengetahui perihal hubungannya dengan Tian. Kiran hanya membalasnya dengan senyuman.

"Ada kok bu, mungkin di ruangannya"

"Yasudah kalau begitu saya kesana dulu ya" Pamit Kiran lalu berjalan menuju ruangan Tian.

Sesampainya di depan ruangan Tian, Kiran berniat mengetuk pintunya, namun terdengar obrolan dari dalam ruangan itu, jadilah ia mengurungkan niatnya. Karena takutnya ia malah mengganggu.

"Aku nunggu dulu disini aja deh, takutnya lagi ada pasien atau lagi ada tamu" Batinnya lalu duduk di kursi tunggu depan ruangan itu.

Kiran hanya memandangi lalu lalang orang yang silih berganti melewatinya, hingga tak terasa sudah hampir 30 menit ia menunggu,namun orang yang berada didalam itu tak kunjung keluar. Kiran sudah merasa bosan hingga ia berniat mengetuk pintu itu, namun ketika ia bangkit dari duduknya seorang perawat yang biasa berada di ruangan itu bersama Tian lewat.

"Maaf Sus, di dalam lagi ada siapa ya? Lagi ada tamu atau pasien? " Tanya kiran menghentikan langkah seorang perawat itu.

"Tamu sepertinya bu, soalnya saat ini sedang tidak ada jadwal buat pemeriksaan" Jawabnya ramah.

"Oh begitu ya, yasudah terimakasih Sus" Ucap Kiran.

"Iya bu, saya tinggal dulu ya bu" Pamitnya lalu dibalas anggukan oleh Kiran.

Kiran lantas mengangkat tangannya untuk mengetuk pintu itu, namun belum sempat Kiran mengetuknya pintu itu sudah lebih dulu terbuka. Seorang perempuan berada dihadapannya sekarang. Perempuan itu tersenyum samar pada Kiran.

"I-itu kan.. " Batin Kiran berusaha mengingat seorang perempuan yang sedari tadi berada diruangan Tian.

"Aku permisi ya mas, sekali lagi makasih buat waktunya" Pamit perempuan itu lalu berjalan melewati Kiran yang masih mematung di depan pintu.

"Saya duluan mbak" Ucapnya saat melewati Kiran, lalu hanya Kiran balas dengan senyuman canggung.

"Ngapain mereka berdua didalam selama itu" Pikir Kiran.

"Hei.. Kenapa diem terus disitu ayo sini masuk" Ucap Tian membuyarkan lamunan Kiran.

"Mmm iya mas" Lantas Kiran masuk dan mendudukan dirinya di sofa yang berada di ruangan itu.

"Dia itu perempuan yang waktu itu mas ceritakan sama aku kan? Yang katanya mantannya mas? Terus yang waktu itu pernah ketemu di taman kan? " Tanya Kiran to the point.

"Iya, dia Ajeng, perempuan yang waktu itu saya ceritakan" Jawab Tian, mendengar jawaban Tian membuat mood Kiran yang tadinya baik menjadi hancur.

"Oh gitu, yaudah nih sesuai janji kemarin aku mau bawain mas makan siang, aku pamit mas" Kiran lalu meletakkan bawaannya lantas beranjak.

"Loh? Kok cepet banget sih, kita makan siang bareng aja dulu, temenin mas makan dulu ya" Ajak Tian, lalu menggenggam tangan Kiran.

"Kan niat aku cuma nganterin itu aja mas, lagian kasian Miko nungguin aku" Kiran lalu melepaskan genggaman itu.

Merasa ada yang berbeda dari Kiran Tian lantas bertanya. "Kamu marah ya? Kok nada bicara sama ekspresi nya jadi begitu? "

"Enggak kok, aku capek aja mau pulang, udah lama nungguin soalnya" Jawab Kiran.

"Jadi kamu dari tadi disini hmm? Kenapa gak ketuk aja pintunya"

"Takut ganggu" Jawab Kiran singkat.

"Bentar deh, mending kamu duduk dulu, saya mau jelasin sesuatu sama kamu, takutnya kamu salah paham" Tian lantas mendudukan Kiran kembali, Kiran hanya menurutinya.

"Dari pagi aku kirim pesan gak dibales terus aku telpon juga gak diangkat-" Belum selesai Kiran berbicara Tian memotongnya.

"Maaf, HP saya ketinggalan di rumah, tadi pagi saya buru-buru dan HP saya ketinggalan" Ucap Tian.

"Dan soal Ajeng tadi, saya beneran udah gak ada hubungan apa-apa kok sama dia. Dia kesini-"

"Kalaupun ada juga gapapa kok mas, aku juga gak ada hak larang kamu. Itu hak kamu!" Potong Kiran, jujur saja ia sangat kesal dan juga sedih saat ini. Padahal ia belum mendengar penjelasan Tian sepenuhnya.

"Kamu cemburu? " Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Tian.

"Enggak kok, cuma aku berusaha sadar diri aja mas" Jawab Kiran, matanya kini mulai bekaca-kaca.

"Kok ngomongnya begitu? Oke, saya minta maaf, tapi saya mohon dengarkan dulu penjelasan saya biar kamu gak salah paham lagi" Ucap Tian, Kiran hanya terdiam sembari menunduk.

"Jadi, saya sudah tidak ada hubungan apapun sama Ajeng, dan kamu harus tau, kedatangan dia kesini untuk mengantarkan ini" Tian menyodorkan sesuatu yang ada di meja kerjanya.

"Dia memberikan undangan ini untuk saya, bulan depan dia akan menikah, dan dia bilang kamu juga harus datang buat temenin saya. Dia juga minta beberapa pendapat saya makanya tadi ngobrolnya agak lama" Jelasnya lagi.

"Jadi sekarang kamu harus temenin saya makan siang, dan gak boleh ada penolakan, saya udah jelasin semuanya sama kamu" Ucap Tian, yang hanya dibalas anggukan lemah oleh Kiran. Ternyata ia sudah salah paham. Jujur saja ia malu sempat meragukan keseriusan Tian.

"Maaf mas, aku sempet mikir yang enggak-enggak" Sesal Kiran.

"Gapapa saya ngerti kok, mungkin kalo saya ada di posisi kamu saya juga akan salah paham. Soalnya sedari pagi saya gak bisa dihubungi terus pas kamu samperin saya lagi sama perempuan. Terlebih lagi perempuan itu mantan saya. Siapa yang gak salah paham kalo kayak gitu" Jawab Tian lalu menampilkan senyumannya.

"Mmm iya mas, maaf sekali lagi" Kiran membalas senyuman Tian.

"Iya, tapi sebagai permintaan maafnya kamu harus temenin saya sampe sore disini, terus kita pulang bareng. Saya mau main ke rumah kamu buat ketemu Miko" Ucap Tian.

"Mmm yaudah deh aku mau mas" Jawab Kiran.

"Nah gitu dong, udah jangan ngambek lagi, malu sama Miko" Timpal Tian.

"Iya iya udah enggak kok ini, lagian ujungnya aku jadi malu sendiri mas, udah mikir yang aneh-aneh, sebelum dengerin penjelasan kamu" Kiran menutupi wajahnya lantaran ia malu.

"Itu cemburu buta namanya, tapi gapapa deh kan cemburu tandanya cinta" Goda Tian, kiran semakin menutupi wajahnya yang memerah.

"Mas ih! Udah aku malu tau! "

 









Gimana nih chapter ini? Sengaja aku buat ada drama-drama nya sedikit.
Next jangan?

Jangan lupa voment yaa🤗😊💕💚

Continue Reading

You'll Also Like

1.4K 234 2
[HIATUS] [Fanfiction] Ini adalah sebuah kisah, tentang Doyoung dan 6 pasiennya. Start : 19 Agustus 2022 End :
100K 17.9K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
23.4K 1.8K 18
[BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Sempurna, Adalah beban yang sangat berat untuknya Senyuman adalah derita yang harus dia tanggung Dia ingin menangis...
36.8K 4.8K 31
Kalian pernah mendengar ilmu padi? "Tumbuhlah seperti padi, anak-anakku. Sehebat apapun kalian kelak, sepintar apapun kalian nanti, jangan pernah mer...