Gay-ilan [COMPLETED]

By zmingky176

316K 18.6K 2.3K

Nyatanya penyesalan selalu datang di akhir. Qilla merasakan hal itu. Karena truth or dare, Qilla terpaksa ha... More

Prolog || Gay-ilan
01 || Gay-ilan
02 || Gay-ilan
03 || Gay-ilan
04 || Gay-ilan
05 || Gay-ilan
06 || Gay-ilan
07 || Gay-ilan
08 || Gay-ilan
09 || Gay-ilan
10 || Gay-ilan
11 || Gay-ilan
12 || Gay-ilan
13 || Gay-ilan
14 || Gay-ilan
15 || Gay-ilan
16 || Gay-ilan
17 || Gay-ilan
18 || Gay-ilan
19 || Gay-ilan
20 || Gay-ilan
21 || Gay-ilan
22 || Gay-ilan
23 || Gay-ilan
24 || Gay-ilan
25 || Gay-ilan
26 || Gay-ilan
27 || Gay-ilan
29 || Gay-ilan
30 || Gay-ilan
31 || Gay-ilan
32 || Gay-ilan
33 | Gay-ilan
34 || Gay-ilan
35 || Gay-ilan
36 || Gay-ilan
Epilog || Gay-ilan

28 || Gay-ilan

6K 377 8
By zmingky176

vote dan comment nya jangan lupa, Kaks❣︎

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Cemburu pada seseorang, memikirkan nya di setiap waktu, kesal saat dia berjalan dengan gadis lain, apa itu termasuk rasa suka? Oke, Qilla akui memang benar, mungkin saja, dia menyukai Dylan. Secepat itu! Terdengar mustahil, tapi ayolah, ini sudah kejadian. Dan Emilie justru menanyakan hal memalukan-menurut Qila. Tidak mungkin dia harus mengakui tepat di depan saudara dari Dylan itu, bisa jadi Emilie akan mengadukan nya nanti.

“Haloo.” itu suara Emilie. “Lo cuma nyapa Kak Qilla? Mata lo minus ya? Lo nggak lihat ada tubuh besar di samping dia?” protes Emilie, nada nya kesal bersungut-sungut. Iris abu-abu milik Emile menatap tajam Dylan, tak terima.

Baiklah, sekarang di apartemen kedatangan satu orang lagi, Dylan. Dan satu-satunya cowok disini. Ah tidak, masih ada Moegi, kucing yang berjenis kelamin jantan.

“Nggak penting nyapa lo,” kata Dylan dengan ekspresi datar. Emilie semakin kesal, gadis itu menggertak kan giginya, dan berdiri, menghampiri Dylan lalu menendang tulang kering cowok itu.

“LO NYEBELIN!” pekikan Emilie menggema, terdengar keras.

Qilla beralih menatap Dylan, cowok itu meringis, tapi matanya tak terlepas dari Emilie, memaki Emilie melalui tatapan itu. Ayolah, apa seperti ini pertengkaran antara adik perempuan dan kakak laki-laki?

Dylan tak lagi meringis, matanya kembali beralih menatap Qilla, berjalan begitu saja melalui nya. Dia pikir Dylan tidak akan mengeluarkan suara setelah itu. Tapi justru cowok itu berhenti sesaat tepat di samping sofa.

“Follow me!”

Qilla menyerngit bingung. “Where?”

“Balcony.”

Qilla menoleh pada Emilie, dia tak enak jika hanya meninggalkan Emilie sendiri di ruang tamu, tapi Emilie menaikkan alisnya, oh itu tatapan menggoda yang di layangkan Emilie, seolah-olah berkata pergilah!

Dylan lebih dulu mendahului nya, Qilla mengikuti langkah lebar cowok itu. Heran, kenapa para lelaki lebih gesit untuk sesuatu hal.

Tak lama, Qilla memasuki kamar Dylan, nuansa kamar yang mendominasi warna hitam itu sangat nyaman untuk di tempati, sangat rapi. Hanya ada kaos kebesaran bewarna army di ranjang. Bukannya Qilla tidak sopan untuk memasuki kamar orang asing, tapi tadi Dylan mengajaknya untuk ke balkon, dimana tempat itu berada di kamar Dylan.

Dia tidak menemukan Dylan di ruangan ini, tapi melihat pintu kaca transparan yang di tutupi setengah tirai putih yang berterbangan akibat di tiupan angin, sudah jelas bahwa saat ini cowok itu di balkon kamar. Qilla berjalan kearah balkon, tampak Dylan tengah membelakangi pintu, hanya terlihat punggung polos tanpa atasan dan hanya menggunakan celana pendek hitam.

Asap putih berterbangan di udara, dan bau rokok tercium di penciuman, Dylan merokok.

“Dylan,” panggil Qilla, Dylan tidak bergeming, atau bahkan melihatnya kearahnya. Cowok itu bahkan sibuk untuk menghisap nikotin yang terselip pada bibir sexy itu, ughh, Qilla bahkan sudah membayangkan hal yang sangat hot dengan benda keny-

Apa-apaan, kenapa dia harus memikirkan hal itu?!

“Look at me, Boy!” perkataan itu di realisasikan oleh Dylan, langsung. Cowok itu berbalik badan, bersandar pada pagar balkon dengan rokok yang masih terselip pada sela-sela bibir itu. Matanya tak lepas dari Qilla dan rasanya dia terbakar oleh tatapan intens itu.

Baiklah, misi untuk menjauhi Dylan gagal sudah, dia bahkan terjebak hanya berdua di balkon ini, walaupun ini salahnya yang dengan mudah menuruti perintah Dylan tadi.

Tidak ada yang memulai percakapan diantara mereka. Qilla masih tak bergeming, lututnya terasa lemas tak bertenaga, astaga, dampak Dylan itu sangat membahayakan detak jantung, mata, juga lututnya. Itu tidaklah baik untuk Qilla. Tapi Dylan masih tak mengalihkan pandangannya. Iris abu-abu itu justru semakin liar menatapnya, Dylan seperti ingin menelanjangi Qilla dengan mata itu.

Tidak sopan, huh!!

“Berhenti natap gue!” kata Qilla dengan kesal, lama-lama Qilla tidak nyaman dengan tatapan itu. Dia risih! Awalnya Qilla memang memanggil Dylan, tapi hanya untuk tau keberadaan Qilla di balkon.

Dylan, cowok itu menyeringai. Dia berjalan mendekat, Qilla waspada, kini, jarak mereka cukup dekat. Qilla berdecak kesal, Kenapa Dylan tidak memberi aba-aba terlebih dahulu, jika ingin menuju tempatnya, agar Qilla bisa melarikan diri.  Tadinya, Qilla berpindah tempat yang dari pintu ke jendela kaca transparan.

Dylan dengan rokok yang masih di hisap itu kembali mengeluarkan asap putih, baunya juga menyengat, Qilla menahan nafas, dia ingin muntah menciumnya. Dylan terus saja memandangi dengan tatapan tajam itu. Tidak lama setelah itu, Dylan menghembuskan asap putih itu tepat pada wajahnya Qilla. Hal itu dia lakukan dua kali.

“DYLANN ANJING!” Rintih Qilla, dia terbatuk-batuk beberapa saat, matanya perih, tangan nya menggapai gapai di udara, berniat mengusir asap itu, tapi yang  asap itu makin mendekat dan membuat nya batuk hebat, perut nya mual.

Dylan tak bereaksi banyak, hanya menonton Qilla yang kesusahan bernafas. Tanpa merasa bersalah, cowok itu justru memundurkan langkah, dan kembali bersandar pada pagar balkon, tetapi matanya tak lepas dari Qilla.

“Lo ulangi, satu ciuman mendarat.”

Oww, itu ancaman menakutkan sekaligus kesukaan. Ehh. Qilla menggeleng kan kepala. Gila! Benar-benar gila sekali pikiran Qilla, pikiran yang sangat liar.

“Gue nggak butuh ancaman, lo!” kata Qilla sebal, mata dengan iris hitam legam itu menatap Qilla, seakan-akan tidak takut dengan ancaman Dylan. Tapi, decakan terdengar setelahnya, dia melupakan Dylan adalah orang yang nekat, dengan Qilla berkata seperti itu. Sudah pasti Dylan akan kesenangan setelah itu. Lihatlah bagaimana ekspresi menyebalkan Dylan sekarang.

“Oke, nevermind.” Lebih baik Qilla mencari jalan aman. Tapi dia lupa untuk menekan Dylan tentang sesuatu hal. “Lupakan hal tadi, satu hal yang penting lo ingat, gue nggak butuh perkataan manis dari seorang player kayak lo! Gue nggak butuh itu!”

Dylan terdiam beberapa saat, lalu menatap mata Qilla dan menyelami indahnya ciptaan Tuhan itu. “Lo tau, gue nggak melakukan hal negatif malam itu. Cuma kesalahan pahaman,” katanya dengan nada pelan, tiba-tiba saja Dylan berlagak sebagai seseorang yang khawatir akan sesuatu. Eh, atau memang dia tengah khawatir?

Qilla nenarik nafas cukup dalam, dia berharap Dylan juga merasakan apa dia rasakan. Dylan tidak taukah bagaimana Qilla saat menerima kabar itu? Baiklah, oke. Dylan memang tidak mengetahui nya, karena cowok itu tidak bisa membaca pikiran seseorang. Tapi Qilla, sungguh tak menyangka dengan kejadian saat itu, rasa kecewa, sedih, kaget, sadar diri, menyatu.

Qilla tersenyum miris. “Gue nggak peduli!”

“Maaf, tapi yang lo lihat saat itu, nggak sesuai dengan pikiran lo. Ayolah, lo cuma tertipu dengan berita sialan, minggu lalu. Jangan berlagak, lo nggak peduli Qilla. Nyatanya, lo kecewa dengan ini kan?” Dylan dengan kepercayaan diri yang tinggi, menatap geli pada Qilla. Jika ada kontes dengan nominasi cowok terbodoh, mungkin itu Dylan.

Lagi-lagi, Qilla hanya tersenyum getir, Dylan memang sialan untuk sekedar membuat nya tertarik, tapi itu sudah kejadian, dia benar-benar jatuh sekarang, baiklah, Qilla mengakui hal itu. Benar, dia merasa kecewa dengan Dylan, masih ada rasa tidak siapnya saat ini hanya untuk bertemu tatap dengan Dylan.

Terjebak suasana saat ini bersama Dylan, bukan lah hal yang Qilla inginkan, sungguh. Qilla sudah berusaha untuk menjauhi cowok itu, tapi sulit. Qilla tidak tau kenapa.

“Qilla, gue sungguh minta maaf,” kata Dylan pelan, matanya mengisaratkan penyesalan. Entahlah, mungkin ini hanya menurut Qilla.

Tiba-tiba saja suasana hatinya sedikit buruk, ada rasa sesak yang hinggap, dan dia mengetahui sumber itu. Qilla mendengkus, dia memalingkan wajahnya ke arah manapun asal tidak bertubrukan dengan Dylan yang kini menatap Qilla dengan fokus. “Gue bahkan nggak membahas tentang malam itu.”

Percayalah, Qilla berbohong untuk hal ini.

Alis Dylan mengerut seketika. Tak lama, dia terkekeh samar, lalu, beberapa menit setelahnya Dylan memajukan langkah agar lebih dekat dengan Qilla. Tangan nya mengacak helaian rambut berwarna hitam pendek itu dengan lembut, sungguh, itu reflek cowok itu lakukan. Disisi lain, Qilla kaget dengan perlakuan Dylan, detak jantung nya kembali membuat wajahnya sedikit tidak nyaman.

“Cute asf!” kekeh cowok itu. “Gue tau ucapan lo tadi lebih menjerumuskan pada masalah malam itu, kan’?”

“Dylan.”

“Yes, Baby?”

Sialan! Lagi, Qilla mengumpat dalam batin nya, Ada apa dengan Dylan? Kenapa cowok itu tampak berbeda sekarang. Cukup, jantung nya sudah kembali berulah seperti seseorang yang tengah … salah tingkah?

Padahal dia sadar bahwa Dylan menyakitinya batin nya, tapi kenapa jantung ini lemah saat Dylan melayangkan berbagai gombalan yang menurutnya tidak masuk akal. Tidak bisakah hatinya bisa tahan sebentar.

“Gila!” umpat nya dengan kesal. “benar-benar player!” gumam gadis itu dengan pelan.

“Player apa yang lo maksud, jika lo sendiri player?” Qilla memusatkan pandangan pada Dylan. Lalu matanya beralih menatap lantai balkon, dan mungkin Dylan mengetahui saat dia bersama Leo minggu lalu, disana  mereka tidak melakukan hal apapun selain cowok itu yang mentraktirnya juga mengantar nya pulang. Tidak lebih. Anehnya, Dylan justru menganggap itu sebagai kasus perselingkuhan. Ya benar, Dylan juga menganggap nya sebagai pemain hati. Aih, padahal mereka tidak mempunyai hubungan khusus, tapi keduanya harus repot-repot untuk membahas hal ini.

“Lo salah paham.” Qilla kembali menatap iris abu-abu Dylan. “Saat itu Leo nggak lebih dari mentraktir dan nganterin gue pulang.”

Harusnya Qilla tidak seperti sehabis tertangkap basah sedang melakukan hal yang tak masuk akal, dia tidak melakukan kejahatan, tapi kenapa saat Dylan mengatakan bahwa Qilla sama halnya dengan Dylan, itu terdengar menyakitkan untuknya. Qilla tidak seperti itu, tentu saja.

“Lagi pula, untuk apa lo ngatain gue player? Gue sama Leo nggak melakukan hal di luar batas, nggak kayak lo dan Brina!” ketus nya, dengan bersedekap dada. Matanya menatap tajam Dylan. Qilla tau, dia tidak melakukan hal negatif dengan Leo saat itu, untuk apa dia harus merasa bersalah.

Dylan tidak menyahut, tangan besar itu mengambil helaian rambut Qilla, memilin pelan lalu melepaskan seperti semula, kegiatan itu di lakukan beberapa kali. Qilla masih menatap Dylan dengan rasa penasaran yang tinggi, cowok itu malah tak membuka suara, dan itu menyebalkan. Harusnya Dylan menjelaskan kejadian malam itu pada Qilla, walaupun Qilla harus menahan egonya agar tidak terlihat terlalu membahas topik yang sudah bersarang pada otak nya.

“Begitu juga dengan gue,” kata Dylan berbisik, dengan tangan yang masih aktif memainkan helaian rambut Qilla.

“Jangan bertele-tele, Dylan!” Qilla dengan kekesalan yang tinggi, reflek saja memukul pelan pundak Dylan, dia tidak suka diberikan penjelasan yang tidak selesai.

“Penasaran?”

“Sok tau!” kata Qilla sebal. “Lagian lo ngasih penjelasan gak kelar-kelar.”

Bibir Dylan berkedut geli, tak berselang lama, cowok itu menormalkan ekspresi nya menjadi datar kembali. Sebenarnya cowok itu berniat menjelaskan sesuatu atau apa? Kenapa Dylan tidak terlihat menyakinkan.  Qilla bertanya-tanya dalam benaknya. 

“Malam itu, gue di jebak Brina, dan yang lo lihat kemarin, tidak seperti yang lo pikirin. Ya walaupun awalnya kita berciuman, setelahnya gue izin untuk buatkan dia minum, tapi diam-diam gue mencampurkan obat tidur disana, jadi, ya gitu. Saat gue ingin keluar, gue malah ketemu sama lo.” Dylan menjelaskan, dia mengambil nafas. “Awalnya, Brina memang sudah dalam keadaan naked.” Dia kembali melanjutkan.

Iris abu-abu itu mencampur adukkan perasaan Qilla, dia sedikit ragu dengan penjelasan Dylan saat ini.

“I’m so sorry.”

Qilla tak bergeming di tempat, dia terdiam. Tidak tau harus bereaksi seperti apa. Bukankah Dylan sudah menjelaskan dengan rinci, tapi Qilla seakan tidak puas sekarang, dia menginginkan penjelasan yang lebih. Tak lama, Qilla menghembuskan nafas pasrah. Seperti nya dia tidak perlu menuntut agar Dylan menjelaskan dengan detailnya.

Dia bukan siapa-siapa untuk Dylan, Qilla bukan kekasihnya, mereka hanya sekedar kenal melalui truth or dare yang sahabatnya lakukan. Anggap saja itu masalah yang harus di lupakan. Harus! Qilla bukan orang penting Dylan yang wajib tau hal itu.

Qilla tersenyum, dan itu palsu. Dia tak ingin mengharapkan penjelasan lebih dari Dylan mulai saat ini, harus bersikap tak peduli dengan segala masalah dan percintaan cowok itu. Qilla harus menunjukkan bahwa tidak tidak peduli mulai saat ini.

“Gila, untuk apa lo minta maaf, hei!” Qilla tersenyum simpul, mengambil langkah ke samping agar tidak terlalu berdekatan dengan Dylan. “Gue nggak berhak mencampuri urusan lo, harusnya gue sadar, penasaran dengan masalah orang lain, tidaklah baik,” kata Qilla bersedekap dada.

Dylan terdiam membisu, menatap Qilla yang saat ini bersandar pada pagar balkon. Dia tak tau harus membalas seperti apa. Apalagi saat Qilla memberikan senyuman yang sedikit berbeda, dan itu terlihat aneh.

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

HAIII!! ADA YANG MASIH BANGUN JAM SEGINI?

yhaha, malam minggu kok di rumah, minimal jalan-jalan ke Finlandia dong :v

btw aku juga di rumah kok, sama kayak kalian, soalnya aku pribadi ingin nemenin malming kalian dari sini dengan part iniƪ(˘⌣˘)ʃ

papay, di part selanjutnya❣︎

Sun, Oct 23, 1:10 AM

Continue Reading

You'll Also Like

THE DEPRESSIVE By verradres

Mystery / Thriller

287K 21K 57
Highest rank : #1 in Bipolar Disorder 15/10/19, 28/05/2020. #2 in Psikiater 11/08/2020 #10 in Depresi 15/08/2020 Edward Doris adalah seorang CEO peru...
15.8K 1.9K 36
Berawal dari friendship terbitlah Friendshit. Begitulah hubungan Kanaya dan Aksara yang sudah berteman sejak bayi. Semuanya tidak pernah berjalan mul...
Say My Name By floè

Teen Fiction

1.2M 69.7K 34
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
535K 22.7K 79
TAMAT [ADA PART YANG ACAK!!!] Highest rank : #1 in dark 09-02-2021 #1 in mystry 01-01-2021 #1 in adventure 18-02-2021 #2 in war 05-08-2021 #3 in bos...