Happy Reading
.
.
.
.
Maaf jika terdapat banyak typo
.
.
.
.
Ohh dedek gemes?" Semua orang di meja mereka menoleh dan menatap Jessica menyelidik tak terkecuali Amanda.
Jessica yang di tunjuk Helena menggunakan sendok langsung kicep. Gadis itu seolah salah tingkah akan pertanyaan kakak kelasnya ini, yang Jessica tau si paling pendiem dan galak.
"Ap-apaan sih, eng-gak!"
"Gue cuma nanya kali kak, lebay banget!" Lanjut Jessica dengan wajah lebih santai padahal matanya sudah kesana kemari. El yang melihat gelagat Jessica pun tau. Siapa yang tak menyukai Max di sekolah ini, jangankan disekolah di luar pun lelaki itu selalu bisa menarik perhatian.
Saat melihat Max rata - rata akan jatuh cinta pada pandangan pertama namun mereka akan melupakan lelaki itu seiring berjalannya waktu karena sikap Max sendiri yang dingin dan cuek dengan sekitar. Kecuali pada Flora cinta pertama lelaki itu.
Setelah mendapat jawaban gugub Jessica mereka kembali melanjutkan makan, dan tak berapa lama Max dan Flora terlihat sesang mencari bangku.
Elvio yang melihat adiknya dan juga Max kebingungan langsung memanggil dan melambaikan tangan agar dapat bergabung dengan mereka.
"Max! Disini."
Max yang mendengar namanya dipanggil lantas melihat ke arah lambaian tangan. Ternyata para sahabatnya sedang berkumpul di sudut kantin.
Max dan Flora menghampiri mereka dengan santai, mereka berdua tak luput dari mata para murid karena dengan posisi Max merangkul bahu Flora dan Flora memegang nampan miliknya.
(Jadi posisi mereka seperti Max memegang satu nampan dan merangkul Flora yang memegang nampan dengan dua tangannya.)
"Ehmm tumben disudut!" Pertanyaan Max membuat El terkekeh.
"Permintaan dedek gemes." Max mengangguk mengerti ucapan El.
Mereka makan dengan tenang, sesekali Jessica menawarkan sesuatu kepada Max. Sedangkan lelaki itu hanya acuh. "Ini lelaki kutub susah banget di deketin." Ucap Jessica dalam hati.
"Ehmm Kalian kenal Flora ya?" Pertanyaan Jessica tiba - tiba membuat semuanya menoleh padanya.
"Yaa iyalah Jess orang dia anak pemilik sekolah."
"Eng--gak, maksud gue tuh. Flora kan anak baru trus kok udah bisa deket sama Ka Max dan kalian semua."
Ed memandang Jessica dengan menaikkan satu alisnya. "Dia adek gue!" Ucap lelaki itu kemudian sukses membuat Jessica tercekat.
"Oh- hah apa?"
"Lo gak tau nama belakang dia sama kayak nama gue dan Ed?" Jessica menoleh kearah El yang bertanya santai.
"Aku gak terlalu perhatiin sih pas dia perkenalan tadi."
"Oh yaudah kalo gitu kenalin, Dedek gemes sesungguhnya. Flora Camelia Jhonson!" Sahut Ardan tiba - tiba, ya memang selama ini yang mereka juluki 'dedek gemes' ialah Jessica, tapi itu berkat sifat dan tingkah lucuh Flora saat berada di tubuh Jessica. Jadi Ardan ingin membenarkan panggilan khusus mereka.
"Bukannya itu julukan buat gue ya kak?"
"Yee terserah kita - kita dong!" Kali ini Damar meledek dengan wajah menjengkelkan miliknya.
"Udah - udah kayak anak kecil aja lo pada!" Galih mencoba melerai tingkah konyol sahabatnya ini.
"Gak mau!" Perdebatan mereka terhenti kala mendengar suara lantang Flora yang menolak sayuran dari Max. Ternyata mereka sedang berdebat dengan julukan dedek gemes tapi dua sejoli itu malah mesra - mesraan. Eh sebenarnya gak juga sih.
"Makan Yang!"
"Lagi gak mood!"
"Bisa - bisanya makan sayur nunggu mood. Makan gak!" Gadis itu tetap mengembalikan sayur yang diberi Max.
"Kamu ni, biar sehat sayangg....." ucapan lembut Max membuat Jessica membeku, apakah anak baru di kelas nya ini yang di bilang tunangan Max?
"Haduhh romantisnya berasa dunia milik berdua yang lain ngekost!"
"Ngontrak bego!"
"Terserah Aa' Damar dong kok sewot!"
"Ya kan kita pada ngekost soalnya dunia milik Max sama Flora!" Lanjut lelaki itu dengan PDnya.
"Enggak, lo aja!" Ucapan spontan Edgar membuat mereka ikut - ikutan.
"Lo aja!"
"Lo aja!(2)"
"Lo aja!(3)"
"Eleh sok - sok an kalian, padahal sama - sama jomblo!"
"Mar jangan buka kartu dong!"
"Mar - Mar emang nama gue Markonah! Ganteng - ganteng bokap gue kasih nama Damar dipanggil Mar! Justin dong!"
"Heh gak nyambung gblk!" Mereka tertawa sama - sama saling melontarkan lolucon.
"Kalian suka banget ngatain gue, kalo iri bilang boss!"
"Ngapain iri sama anak curut!"
"Kurang ajar, kembaran Zayn Malik dikatain curut."
"Heh sejak kapan Zayn Malik punya kembaran!" Protes Jessica tak terima.
"Lo gak tau? Sini duduk di samping Aa' ntar Aa' ceritain gimana kronologisnya."
"Alah modus luh kerupuk jengkol!"
"Bau dong!" mendengar ledekan Galih pada Damar spontan membuat mereka tertawa apalagi melihat wajah masam milik Damar.
...
Tak lama kemudian jam istirahat berakhir. Mereka kembali ke kelas masing - masing. Flora dan Max berjalan santai di belakang para sahabatnya yang masih saja saling melontar lolucon.
"Kamu pulang bareng saya!"
"Iyaa." Max mengelus kepala Flora lembut, keduanya kemudian berjalan menuju kelas Flora. Di dalam kelas Amanda dan Jessica sudah duduk anteng karena mereka sudah berjalan lebih dulu tadi.
"Belajar yang bener supaya bisa kuliah ke luar negeri!" Ucap Max membuat Flora cemberut.
"Kenapa?"
"Aku gak mau kuliah ke luar negeri."
"Loh kamu gak mau nyusul saya nanti? Kalo gak mau terpaksa kita Ldr."
Flora melihat wajah sendu Max, memang semester dua ini kan kelas tiga sudah mulai persiapan ujian. Apalagi hitungan bulan mereka akan lulus.
"Maaf Max tapi aku.." Max melihat Flora yang menunduk, lelaki itu lantas mengangkat dagu Flora dengan jarinya dan memandang wajah gadisnya intens kemudian menganggukkan kepalanya mengerti.
"Saya mengerti, kamu gak mau jauh dari keluargamu yang baru menyayangimu kan. Tenang saja, lagi pula kamu baru kelas sepuluh. Masih ada dua tahun lagi untuk tamat sekolah, jangan dipikirkan. Okay!"
"Max tapi aku emang gak mau kuliah ke luar negeri."
"Saya gak memaksa Flo, lagipula semua itu tidak bisa di paksakan. Paling kita nanti tidak bertemu dalam kurun waktu 5 sampai 6 tahun." Cukup lama namun bagi Max yang pernah berpisah dari Flora sejak dulu pasti bisa mengatasinya.
"Hah lama banget.."
"Yaa, saya harus menyelesaikan sampai gelar master dan tanpa pulang ke indonesia sama sekali."
"Max??"
"Haduhh kalian ngapain di depan kelas, ayo masuk - masuk ke kelas masing - masing!" Max yang hendak menjawab terhenti kala seorang guru yang hendak masuk ke kelas Flora menghentikan pembicaraan mereka, pembicaraan yang awalnya hanya iseng menjadi serius. Lelaki itu lalu mengangguk meminta Flora memasuki kelas. "Nanti kita lanjutkan!" Ucap Max tanpa suara.
Flora memasuki kelas dengan wajah sendu, gadisi itu kepikiran dengan ucapan Max. Jika di hitung - hitung tinggal 3 sampai 4 bulan lagi ujian nasional dan pastinya kelulusan kelas dua belas.
Kalo begitu setelahnya 2 tahun sekolah Flora tak melihat Max dan kedua kakak kembarnya di sekolah dan apalagi jika Max kuliah di luar negeri.
"Flo!" Flora tersentak saat Lio menepuk bahunya pelan.
"Melamun lagi?" Ucap gadis itu menatap Flora yang terlihat murung "Kenapa?" Flora hanya menggelengkan kepalanya.
........
Sekolah sudah berakhir kini murid - murid sudah keluar dan pulang dengan kendaraan masing - masing , adapula yang di jemput.
Kini Max and the geng sudah berkumpul diparkiran.
"Langsung pulang apa ngumpul dulu ni?"
"Basecamp?"
"Gas lah!" Sahut Ardan mengiyakan ajakan Galih, Max dan si kembar mengangguk menandakan iya. Sedangkan para perempuan hanya mengikut. Mereka membawa mobil untuk bertiga, sedangkan Jessica dibonceng El dan Flora masuk ke mobil Max sedangkan Amanda yang kini terkadang ikut ke kelompok mereka diajak Edgar.
Sesampainya di Basecamp mereka berkumpul dengan kesibukkan masing - masing. Flora dan Max yang menyendiri ke kamar (Eh? Mau ngapain ni?" Ed, El, dan ketiga lelaki lain sedang bermain playstation sedangkan kelima perempuan lain sibuk bermain handphone, ada yang bermain tiktok dengan gaya cantik mereka. Maklum followers mereka sudah ribuan.
"Ka El? Flora dan Ka Max ngapain di kamar?"
El yang di beri pertanyaan berdecak sebal." Lo liat aja deh, itu kamar dengan sekat transparan pake nanya segala!"
"Iss kan gak terlalu keliatan."
"Lagian ngapain juga nanya gitu, bukan urusan lo juga kan!" Sarkas El membuat Jessica mendengus.
"Jutek banget sih cuma nanya doang!" El tak lagi menghiraukan kekesalan Jessica, lelaki itu sekaramg fokus dengan playstationnya.
"Jess mending ikut kita main tiktok!"
"Gak ah kak, gak bisa dance gitu!"
"Pickme banget lo jadi cewek! Gak bisa dance, gak bisa dance." Sarkas Tasya dengan nada humor. Membuat yang lain tertawa, candaan Tasya tak membuat Jessica sakit hati gadis itu malah tertawa. Ya beberapa bulan kenal mereka cukup membuat Jessica mengetahui sifat masing - masing. Frontal dan juga terkadang terlihat sadis saat mengatai bukan berarti buruk.
Di tempat lain tepatnya di kamar rebahan para makhluk malas itu terdapat Max dan juga Flora yang kini sedang berbincang masalah di sekolah tadi.
"Jadi bener Max mau ke luar negeri?" Lelaki itu hanya mengangguk dan tak berhenti memandang wajah Flora yang sedang gugub sekarang.
"Kok gak bisa pulang? Max gak punya biaya kalo misalnya bolak - balik indo - Amerika."
Max terkekeh mendengar ucapan polos Flora. Bisa - bisanya Flora menganggap Max kekurangan biaya jika harus bolak - balik Indo - Amrik.
"Enggaklah Flo, cuma itu permintaan Daddy. Daddy mau saya fokus ke pendidikan dan perusahaan yang disana, sampai S2."
"Max mau pisah sama Flora? Max sanggup emangnya?"
"Enggak!"
"Loh tapi.."
"Siapa yang sanggup pisah sama pasangannya Flo? Gak ada, hanya keadaan yang memaksa. Jadi, mau tidak mau harus sanggup. Lagipula dulu juga pernah pisah sama kamu?"
"Hah kapan? Waktu aku koma?"
Max menggeleng mendengar pertanyaan Flora, wajar saja dulu hanya Max yang sudah mencap Flora menjadi miliknya. Sejak umur 4 tahun lelaki itu sudah mencap Bayi mungil itu miliknya sampai umur lima belas tahun barulah Max bisa merilisasi nya.
Tentu saja jarak dari empat tahun ke lima belas tahun ialah sebelas tahun. Selama itu Max tidak bertemu Flora.
"Sejak pertama kali aku lihat kamu, yang bahkan kalo di pikir umur anak 4 tahun mana bisa mengingat apa yang dilakukannya. Tapi, aku bisa , aku mengingat semua yang aku lihat dan tentunya kamu saat umur 2 tahun."
"Jadi waktu aku kecil kita udah pernah ketemu?"
"Iyaa."
Entah ekspresi apa yang harus ditunjukkan Flora pada Max, dirinya sangat terkejut akan fakta ini. Pantas saja dulu saat umurnya 13 tahun, Max dengan keluarganya tiba - toba datang dan memintanya untuk menjadi tunangan anak lelaki keluarga Smith itu.
"Kamu baik - baik ya di sekolah, belajar yang bener supaya masuk universitas bagus."
"Kok Max ngomongnya gitu, kan masing lama."
"Yaa gak papa, kan cuma ngomong!"
"Enggak mau, nanti aku sedih! Max enteng banget ngomong gitu padahal kita bakal gak ketemu lama banget!" Protes Flora membuat Max tertawa, lelaki itu lantas langsung memeluk Flora erat. Tanpa tau ada seseorang yang tersenyum tipis melihat keduanya.
.
.
.
.
*tobe continued*