Gay-ilan [COMPLETED]

By zmingky176

304K 18K 2.3K

Nyatanya penyesalan selalu datang di akhir. Qilla merasakan hal itu. Karena truth or dare, Qilla terpaksa ha... More

Prolog || Gay-ilan
01 || Gay-ilan
02 || Gay-ilan
03 || Gay-ilan
04 || Gay-ilan
05 || Gay-ilan
06 || Gay-ilan
07 || Gay-ilan
08 || Gay-ilan
09 || Gay-ilan
10 || Gay-ilan
11 || Gay-ilan
12 || Gay-ilan
13 || Gay-ilan
14 || Gay-ilan
15 || Gay-ilan
16 || Gay-ilan
17 || Gay-ilan
18 || Gay-ilan
19 || Gay-ilan
20 || Gay-ilan
22 || Gay-ilan
23 || Gay-ilan
24 || Gay-ilan
25 || Gay-ilan
26 || Gay-ilan
27 || Gay-ilan
28 || Gay-ilan
29 || Gay-ilan
30 || Gay-ilan
31 || Gay-ilan
32 || Gay-ilan
33 | Gay-ilan
34 || Gay-ilan
35 || Gay-ilan
36 || Gay-ilan
Epilog || Gay-ilan

21 || Gay-ilan

5.8K 367 2
By zmingky176

HAI ALL, VOTE DAN KOMEN JANGAN LUPA YAA! THANK UU💗🤍

𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷


Gesekan antara papan beroda yang melaju kencang di tanah, membuat sebagian debu-debu disana berterbangan, cahaya berwarna kuning dari lampu-lampu di sekitarnya membuat jalanan terlihat semakin menegang dengan adanya pertandingan itu.

Mereka disana saling melakukan kecurangan, membuat para lawan kelelahan dengan trik tersebut, trik itu memang tidak diperbolehkan, tapi bukankah mereka disana cukup pintar dan licik untuk menyusun strategi?

Walaupun kamera menyertai mereka, tapi ayolah mereka tidak bisa di remehkan untuk hal ini. Demi hadiah yang cukup membuat mata melebar, mereka ingin melakukan apa saja untuk mendapatkan nya, Dylan juga seperti itu.

Dia menginginkan kejuaraan, dan pengakuan, tentu saja.

“Ah sayang sekali.” Beberapa penonton kecewa, melihat salah satu peserta dalam pertandingan itu kalah dengan papan skate yang telah terbagi dua.

Sorakan penonton lainnya menambah kesan panas disana. Qilla berdiri dengan tegang pada kursi penonton, melihat para skeater yang sedang bersaing disana.

Layar lebar itu menampilkan pertandingan yang panas, jalanan itu tidak cukup hanya untuk di tonton pada kursi penonton, jalur lintas skate disana cukup panjang, dan hanya terkhusus untuk para skeater, melihat ukuran jalanan yang sempit.

“Apa yang lo berikan, jika gue menang nanti?” pertanyaan itu, kenapa berhasil membuat Qilla tidak tidur semalaman? Dia masih berfikir, apakah benar Dylan akan berhasil pada pertandingan malam ini?

“Dylan itu kaya, apa yang dia inginkan, bisa dia dapatkan dengan mudah, untuk apa lagi minta ke gue?” gumam Qilla dengan segala pikiran membingungkan itu.

Lihat lah disana, bagaimana Dylan dengan sengitnya melakukan kecurangan pada lawan yang kini tampaknya itu adalah lawan utama Dylan.

Ternyata lawan nya itu tidak tinggal diam, berusaha untuk membalas perbuatan yang sama dengan apa yang dilakukan Dylan.

Sialan! Qilla menyadari sesuatu hal, lawan sengit Dylan malam ini adalah Leo, dan itu adalah hal yang cukup membahayakan. Karena fokus nya hanya pada satu orang dan itu Dylan! Hingga tak menyadari ada Leo disana.

Qilla mengigit kukunya, rasa cemas melingkupi relung hatinya.

“Dann ya, sebentar lagi king of skate dan the start akan mencapai garis finis, siapa yang akan menjadi pemenang pada pertandingan malam ini?” suara komentator berhasil memecah fokus Qilla, mata kembali terpaku pada layar.

“Khawatir?” Alina menyentuh pundaknya, mengusap bagian itu dengan pelan, berharap Qilla tidak terlalu berfikir keras dengan masalah. Alina mengikuti arah pandang Qilla. “Gue rasa iya,” lanjutnya mengangguk mengerti.

Menit berikutnya, pertandingan itu resmi selesai. Dua orang yang tadinya saling bersaing, kini salah satu nya telah mendapatkan kemenangan.

Di podium, Dylan berdiri dengan tegab nya, sesaat setelah bendera oranye berpadu dengan warna coklat di kibarkan, cowok itu menunduk, tak lama pandangan nya kembali menyapu para penonton dengan tangan yang bergerak melepaskan bendana hitam putih yang menutupi sebagian kepalanya.

Tak disangka, untuk kesekian kalinya, ia bisa memenangkan pertandingan skate ini, dengan sedikit senyuman smirk khas nya, Dylan menghela nafas tak percaya.

Ya, walaupun dengan kecurangan.

Dylan haus akan kemenangan, dan-

“Lo hanya kebetulan hari ini, nggak akan gue biarkan lo menang setelahnya.” Itu suara seseorang yang menjadi lawan Dylan malam, tentu saja dia Leo, yang saat ini melemparkan tatapan kebencian pada Dylan.

Tak menanggapi, Dylan hanya tersenyum, tapi itu adalah senyuman smirk andalan Dylan, cowok itu tetap pada pandangan di depan nya, tanpa melirik Leo sama sekali. “Perkataan yang berulang kali lo ucapin, gak bosan?”

“Bosan? Untuk mendapatkan kemenangan, gak ada kata itu pada kamus gue,” Dylan menoleh, matanya turun memperhatikan Leo dengan seksama. “Percaya diri juga lo,”

Leo tertawa sekilas, dan itu cukup menggemparkan, para penonton berteriak dengan hal itu, Leo sedikit menaikkan alis, detik berikutnya,  melempar tatapan tajam. “Well, untuk hari ini gue benci mengakui kekalahan ini, tapi tidak untuk esoknya, pertandingan ini masih berlanjut hingga kapan pun.” Leo mengehentikan ucapan nya sesaat. “Gue akan lebih dari ini, dan nama lo akan dibawah gue. Suatu saat itu akan terjadi!”

“Ow, ow, percaya diri, gue suka gaya lo nih.”

“Cih.” Leo berdecih tak suka, saat Dylan terang terangan melemparkan tatapan remeh itu, dan jujur, Leo membenci hal ini. Dylan benar-bebar meremehkan nya untuk perkataan nya tadi.

Tak lama, pemberian medali pada para pemenang di podium mendapatkan tepuk tangan yang cukup meriah, Qilla dengan senyuman lebar bahagia, terkekeh melihatnya.

Tempat ini memiliki tempat penginapan tersendiri untuk para skeater yang telah mengikuti pertandingan tadi, Qilla rasa untuk malam ini Dylan tidak akan pulang. Sebelum waktu semakin larut, dia harus segera menemui Dylan.

“Dia di ruangan berapa sih?” dumel Qilla.

Di sepanjang koridor ruangan pada bangunan ini, gadis itu terus saja menelusuri tempat yang ada disana. Menaiki beberapa anak tangga. Harusnya Qilla bisa saja menggunakan lift, tapi dia takut untuk itu, lift selalu berhasil membuat nya demam tinggi karena kecemasan.

Saat menginjakkan kakinya pada ruangan bernomor 78, Dylan berdiri disana dan terlihat sedang menutup pintu kamar, dengan pakaian yang sama.

“Dylan!!” teriak gadis itu, matanya berseri riang saat menemukan tubuh jangkung yang dia cari-cari. Dylan dengan sweater hijau army dan bendana yang telah terpasang pada kepalanya, menoleh.

Dylan hanya menatap nya, tanpa berniat untuk mengeluarkan sepatah kata dan menyapa Qilla kembali. Atmosfer disini mendadak berbeda dari sebelumnya. Canggung. Qillla benar-benar canggung!!

Setelah keterdiaman menguasai mereka, Dylan akhirnya mengeluarkan suara, kali ini intonasi cowok itu terdengar pelan walaupun raut wajahnya terlihat tak ada senyum sama sekali.

“Ada apa?” tanya Dylan.

“Ano-” Heii, kenapa mulutnya sudah sekali untuk sekedar berbicara? Ada apa dengan nya? Qilla membatin bingung. “Ekhem, pertandingan lo tadi keren.”

“Hanya itu?”

Pandangan aneh yang Qilla lemparkan membuat Dylan menghela nafas berat, harusnya dia paham tentang ini. “Terima kasih sebelumnya, tapi lo nggak capek naik tangga hanya untuk ngomong gitu?”

Qilla mengabaikan pertanyaan itu, pikiran nya kembali memutar kejadian beberapa hari yang lalu. Kejadian pada gudang sekolah.

Well, dia benci untuk mengingat nya. Setelah Dylan berkata dengan mimik yang cukup serius, Qilla terpaku, dia tidak tau harus membalas apa, kenyataan nya memang seperti itulah yang terjadi. Dia mendekati Dylan karena truth or dare.

Qilla pikir, Dylan akan membenci nya karena menjadikan cowok itu taruhan, tetapi reaksi Dylan sungguh diluar pikirin.

“Setidaknya setelah ini selesai, lo yang harus tanggung jawab dengan semuanya.”

OHH GODD!

Dylan memang sanggup membuat Qilla gila hanya dengan memikirkan hal tersebut. Huft

“Eyy! Malah ngelamun.” Qilla tersentak kaget, menatap Dylan yang tampak mengeluarkan dua benda dalam saku celana. Rokok dan pematik api. “Jadi, apa masih ada yang mau lo omongin? Gue harus pergi.”

Qilla menoleh dengan cepat, menemukan Dylan yang memiringkan kepalanya, cowok itu memberikan kode seperti, ‘ayo katakan, gue maksa kali ini.’

“Eum, sebenarnya gak ada alasan gue kesini, hanya nemui lo disini, dan ngucapin selamat.” Tidak, itu semua hanya setengah dari tujuan utama. Qilla membatin dalam dirinya.

“Atau … menemui gue disini untuk membahas masalah kemarin, di gudang?” tebakan itu benar, Qilla sejujurnya begitu antusias malam ini, menemui Dylan tempat yang sepi dan membicarakan hal kemarin, entah kenapa, cewek itu begitu berbeda pikiran dengan hari sebelum nya.

Dan lagi, dia harus berbohong untuk kesekian kalinya. “Enggak, yakali gue nemui buat itu doang.”

“Okey, good lies.”

Lebih menyebalkan lagi, Dylan selalu berhasil membaca pikiran nya walaupun itu hanya kebetulan.


𝓖𝓪𝔂 -𝓲𝓵𝓪𝓷

Continue Reading

You'll Also Like

18.9K 3.1K 42
"Kak Iyo, ayo pacaran!" "Permintaan ditolak." *** "Den, lo percaya sama cinta pandangan pertama nggak?" "Percaya, kita 'kan buktinya." *** "Den, kit...
ILIOS By Ann

Teen Fiction

223K 19.4K 47
Dari kecil sampai umurnya menginjak tujuh belas tahun, Aruna sudah lebih dari sepuluh kali pindah sekolah. Alasannya hanya satu, ayahnya seorang perw...
76.6K 4.2K 25
Bercerita tentang seorang pengidap penyakit gangguan mental kaya raya yang jatuh cinta pada gadis biasa
327K 26.7K 66
"I told you to run. Why do you still stay?" Sepasang mata coklat gelap yang menghanyutkan itu terus menatapku. Tajam-- seolah sedang mendobrak, berus...