FINDING MOMMY

By mgicboba

63.5K 5.5K 757

[ Complete ] 𝐟𝐭. π‰πžπ§π¨ & π‰πšπžπ¦π’π§ ❝Daddy sayang kalian berdua, sangat. Lebih dari yang kalian tahu.❞... More

Introduce; Kisah ini bermula disini
Prelude; Jaedan RH. dan kucing
Prelude; Narendra RH. dan kopi
First page; Patah lagi
Second page; Rumit
Third page; Action figure
fourth page; disappointed
fifth page; Hari yang buruk
sixth page; The Reason
seventh page; Sebelas action figure
eighth page; Sakit sekali rasanya
ninth page; Teganya Kamu
tenth page; Perang dingin
eleventh page ; Tanpa sebuah 'tapi'
twelfth page : Only love can hurt like this
thirteenth page ; Memangnya mau pergi kemana?
fourteenth page; Lebih dekat untuk bertemu mama
fifteenth page; Anak 'kita' ya?
sixteenth page; Kakak mau foto keluarga
seventeenth page; Tell me the truth
eighteenth page; Bagaimana kalau aku tidak baik baik saja?
nineteenth; Jaedan's birthday
twentieth note; Ini bukan salah siapa siapa
twentie-first page; Cemburu
twentie-second page; Cukup jadi anak yang bahagia
twentie-third page; 'Nanti' itu sesaat sebelum mati
twentie-forth page; Kita tidak punya pilihan lain
twentie-fifth page; Jadi siapa yang jahat?
twentie-sixth page; Last goodbye?
twentie-seventh; Kakak bisa pulang dengan tenang
twentie-eight page; We all need someone to stay
Outro; Kisah ini berakhir disini
Extra; The letter
For you!
Spin Off (edited)

Alternative Ending

1.5K 142 29
By mgicboba

—𝐅𝐈𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘—
© mgicboba, 2022

**

"Detak jantungnya stabil, kondisi tubuhnya juga baik, selama satu sampai dua minggu kami akan melakukan pemantauan ketat di ruang intensif untuk Jaedan, baru setelah itu dia bisa diturunkan di ruang biasa, jika kondisinya membaik, Jaedan bisa pulang secepatnya namun aktivitas yang bisa dilakukan hanya aktivitas ringan, lakukan latihan untuk beraktivitas normal, jangan biarkan dia melakukan aktivitas berat sebelum benar benar pulih. Terimakasih, saya permisi.."

Dokter itu membungkukkan tubuhnya sedikit dan dibalas oleh Jeff, tidak lupa dengan senyuman ramahnya. Hatinya begitu lega mengetahui bahwa operasi yang dijalani oleh anaknya berjalan dengan lancar dan berhasil.

Drrt

"Halo, kenapa dek??"

"Daddyyy mau makannnn.. bosen bubur mulu, lembek ntar dedek lama lamaaa.."

Jeff mendengar anak bungsunya merengek di seberang sana, dia terkekeh kecil sebelum kemudian menjawab.

"Adek mau mam apa?" Tanya dia sambil melangkah, membawa kakinya berlari kecil menuju ruang rawat Nana.

"Mau yang kriuk kriuk terus agak pedes abistu—"

"No, no, no, kata dokter nggak boleh makan pedes dulu. Yang lain, ya?"

"Mauu soto ayam???"

"Mmm.. oke deh."

Jeff mematikan sambungan teleponnya ketika dirinya sudah berada di depan pintu ruangan Nana.

**

"Tiga minggu?? Lama banget sih.." Nana memprotes jangka waktu yang diberikan oleh dokter untuk masa pemulihan saudaranya. Bahkan setelah tiga minggu di rumah sakit, mungkin Jaedan tetap harus rutin check up setidaknya dua minggu sekali.

"Nanti kalau bulan depan waktu daddy nikah, kakak masih harus bolak balik rumah sakit gimana?"

"Padahal kan bulan depan kita juga mau ke dc.."

"Kalo check up nya disana emang nggak boleh ya dad?"

"Atau.. kalo satu minggu lagi kakak pulang dimarahin sama dokter nya, ya?"

Nana terus mengoceh, melontarkan pertanyaan bertubi tubi kepada Jeff yang hanya mendengarkan pertanyaan dari anak bungsunya sambil meniup kuah soto yang masih panas untuk disuapkan ke mulut Nana.

"Masa dua minggu itu cuman buat ngecek—"

"Makan dulu... mulut kamu penuh tuh." Jeff menunjuk kedua sisi pipi Nana yang mengembung karena penuh akan makanan. Anak itu langsung diam, dan mengunyah makanannya dengan tenang membuat Jeff sontak mengulum senyum.

"Enak?" Jeff bertanya, Nana mengangguk lucu.

Lagi lagi Jeff tersenyum sambil mengangkat tangannya ke arah surai coklat Nana dan mengelusnya. Melihat anak itu makan dengan lahap membuat Jeff merasa begitu senang dan lega.

"Jangan terluka lagi, ya? Daddy takut."

**

Three month later—

"Daddy kok kayaknya makin sibuk sihh?? Besok aku sama Nana udah berangkat ke US looh.." Ucap Jaedan, mencari perhatian dari Jeff saat ia mendapati pria itu sudah beranjak dari kursi meja makannya sebanyak empat kali untuk mengangkat panggilan telepon dari para rekan kerjanya.

"Hm? Emang iya? Enggak kok, tadi cuman urusan kecil."

"Urusan kecil aja sibuknya begitu, apalagi gede.." Jaedan mengerucutkan bibirnya cemberut.

"Nah kan.. mulai deh, mulai.."

"Hari ini daddy di rumah ajaa, temenin aku beresin baju dan lain lain." Jaedan menatap sang ayah, menunjukkan wajah memelas nya, namun ekspresi lucunya langsung berubah seketika menjadi masam saat Jeff menjawab dengan tegas—

"Nggak bisa. Nanti daddy juga pulang siang kok.. kan ada mama kalau mau beresin baju atau mau belanja.." Katanya.

Kemudian hening selama beberapa saat. Jaedan memandangi semua orang yang duduk di kursi meja makan satu persatu, menatap mama, daddy, Jason, Charlie, termasuk Nana yang duduk di sampingnya, sedang menonton video you tube tentang materi utbk. Lantas cowok itu memutar bola matanya, semua orang sibuk dengan dunianya. Tahu begini dia tiduran di rumah sakit aja terus, biar ayahnya bisa dua puluh empat jam ada di sampingnya.

Jaedan kemudian sedikit membelalakkan matanya, seolah mendapatkan ide brilian. Ia menarik napas dalam dalam dan menghembuskan perlahan sebelum...

"Akh..!!" Jaedan mengerang sambil meremat sweater di bagian dada sebelah kirinya. Seketika semua yang ada disana mendongak, menatap dirinya dengan tatapan khawatir, terutama Jeff.

"Kak?!!"

"Jaedan, kenapa???!"

"Ada yang sakit? Dimana yang sakit? Daddy telfonin dokter ya? Atau kita ke rumah sakit sekarang aja, kakak bisa berdiri?" Jeff secepat kilat meletakkan alat makannya dan berlari mengitari meja makan untuk menghampiri Jaedan dan berlutut di dekat kaki anak itu yang duduk di seberangnya untuk memastikan anak sulungnya baik baik saja.

Sementara Nana baru saja meletakkan beberapa botol obat milik Jaedan sekaligus satu gelas air putih. Dengan napas tersengal ia berujar, "Minum cepet! Jangan mati sekarang." Ucapnya. Intonasinya memang terkesan dingin, namun tatapan matanya tidak bisa berbohong, dia sangat khawatir.

Dua detik kemudian.. Jaedan tersenyum lantas tertawa terbahak bahak, dia menatap wajah Jeff dan Nana yang kelihatan sangat panik kemudian tertawa lagi. "Hahhaahahah!! Makasih loh udah khawatir sama gue.." Ucapnya.

"Maksudnya? Kakak pura pura doang?"

Jaedan mengangguk.

"Beneran enggak sakit kan??" Jeff memastikan.

Namun Nana yang berdiri di hadapannya—tatapan khawatir nya berubah menjadi tatapan marah. Dia berdecak malas kemudian berbalik dan berlalu dari ruang makan, pergi begitu saja dengan menghentakkan kakinya sampai menggema.

"Eh, Na—tunggu dulu!" Jaedan bangkit dari posisi duduknya dan berlari mengejar saudaranya yang melangkah menuju pintu halaman belakang rumah. Anak itu sama sekali tidak menggubris panggilan dari Jaedan.

"Heh! Budeg ya lu? Di amin in malaikat terus beneran budeg tau rasa ya lo!" Jaedan memekik, berusaha sebisa mungkin untuk membuat Nana berhenti melangkah dan menoleh.

"What?!" Anak itu akhirnya berbalik, menatap Jaedan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jaedan menatap balik saudaranya dengan tatapan bingung.

"Lo.. nangis?"

"Ya menurut lo aja!"

"Gue kan cuman... bercanda, gue—"

"Bercanda lo nggak lucu!" Nana membentak, membuat Jaedan sontak terkejut.

"Yaudah deh maaf, lo kenapa segininya deh.. tumben banget."

"Jangan kayak gitu lagi. Gue takut.." Nana mengaku.

"Hah? Takut.. takut kenap—"

"Lo nggak tahu gimana rasanya waktu gue lihat lo kepental keluar dari mobil waktu kecelakaan itu, lo nggak tahu gimana takutnya gue waktu lihat lo nggak bergerak abis jatuh, lo nggak akan tahu gimana bingungnya gue waktu denger lo butuh transplantasi jantung, kita hampir kehilangan harapan, kita bahkan hampir kehilangan daddy. Lo nggak tahu Je gimana takutnya gue waktu itu... gue takut, gue takut kalau.. kalau lo beneran pergi..."

Jaedan tercekat, dia diam terpaku. Entah respon apa yang seharusnya ia tunjukan ketika dia melihat Nana menangis sesenggukan, Jaedan juga tidak tahu kalau ternyata Jeff hampir memberikan jantungnya untuk dirinya. Mungkin.. kalau itu terjadi, Jaedan tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri karena telah merenggut hidup ayahnya.

Ia berjalan mendekat menghampiri Nana dan membawanya ke dalam rengkuhannya. "Iya, iya.. maaf ya udah bikin lo takut, gue nggak bermaksud kaya gitu, gue cuman.. cari perhatian Daddy aja. Makasih ya udah khawatir sama gue, gue kira omongan lo yang di mobil waktu itu beneran, gue kira lo bakal seneng kalau gue nggak ada, ternyata malah nangis hahahaha!!"

"Je!!"

"Iyaaaa bercanda..."

Sementara itu Jeff yang sudah memperhatikan kedua anaknya sejak tadi—ia mengangkat hp nya dan mengambil foto dua anak itu. "Tumben banget akur.."

**

ALTERNATIVE ENDING — SELESAI

Jadi gimana? Kalian lebih suka ending yang ini atau ending yang asli? Wkwkwwk

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 793 10
" Kemarilah, dunia terlalu mengerikan untukmu putraku "
788 84 7
Ini cerita keluarganya Ayah Melva bareng Mas Noah dan Adek Chilo
52.4K 6.5K 29
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
137K 20.8K 110
Alternative θ’«ζ ‘ιœΈηœ‹δΈŠδΊ†ζ€ŽδΉˆεŠž Author(s) ζ—Άι—² Deskripsi: Ji Liao sangat tertekan belakangan ini. Dia telah 'dilecehkan secara seksual' tanpa alasan. Apalagi, p...