Destiny Line [END]

By Harefa_Halu

806K 71.4K 1K

Cup Dari sanalah awal semua kehidupan gadis itu berubah... Dimana Sesha berciuman dengan mumi FIRAUN. More

🔹INTRO🔹
01🔹 KISS
02🔹 SESHA
03 🔹PERTEMUAN
04🔹 MAGANG
06🔹 Halu or Real?
07🔹TEROR
08🔹CLUB
09🔹TERTINGGAL
10🔹LUKISAN
11🔹MIMPI?
12🔹BERTAMU
13🔹ARES
14🔹RATU
15🔹LUKA
16🔹KESAL
17🔹MEET
18🔹INSIDEN
19🔹KEPERGOK
20🔹BOOK
21🔹Expression
22 🔹Dinner
23 🔹Esterlla
24 🔹Jenguk
25 🔹Punishment
26 🔹Shocked
27 🔹Dream
28 🔹Puzzle
29 🔹Something
30 🔹Kingdom
31 🔹Satire
32 🔹Candidate
33 🔹Amazement
34 🔹Tale
35 🔹Call
36 🔹Like?
37 🔹Disappear
38 🔹Found
39 🔹Destiny
40 🔹Acquaintance
41 🔹Leave
42 🔹Improve
43 🔹Memory
44🔹Reject
45🔹Fail
46 🔹Before.....
47 🔹Past
48 🔹Tandem
49 🔹Forget about
50 🔹Friend
51 🔹Incident
52 🔹END

05🔹ASISTEN

23.8K 2.4K 32
By Harefa_Halu

Stay Enjoy
Happy Reading
_______________________

Tok tok tok

Pintu besar itu langsung terbuka begitu saja setelah ketukan berakhir, dari karyawan yang mengantarkan siswa PKL hingga sampai di depan ruangan yang sudah terbuka lebar, memperlihatkan seorang lelaki yang masih muda, sedang duduk sambil memeriksa berkas penting.

"Kalian masuklah", ujar pria itu dengan ramah, setelah itu berlalu begitu saja setelah tugasnya selesai.

"Permisi Pak", ujar Esterlla yang lagi-lagi menggeser tubuh Sesha, memisahkan mereka berdua, yang menghalangi jalannya. Untung saja Devan salah satu temanya yang berdiri di belakang Sesha menahan bobot tubuh gadis itu, sebelum tersungkur ke belakang.

Esterlla berdiri paling depan di antara teman-temannya. Menatap ke arah tangan kanan sekaligus kepercayaan sang bos besar pemilik Alcand Company dengan tatapan berani.

Gadis dengan otak cantik itu tidak merasakan bersalah sedikitpun. Seakan tindakannya barusan memang hal yang tak berguna, menganggap itu adalah hal wajar yang tidak perlu diperpanjang. Sophia? Gadis itu sudah menggigit bibir melampiaskan kekesalannya. Jika saja ia tidak mengingat ucapan Sesha tadi, ia pasti sudah melakukan penganiayaan pada Esterlla.

"Makasih", ujar Sesha sambil memperbaiki penampilannya.

"Lain kali hati-hati", ujar Devan dengan senyum manisnya.

Advent sang tangan kanan beranjak dari tempat duduknya.
"Silahkan masuk", ujar Edvent mengarahkan mereka agar masuk ke dalam ruangan, yang dibuat khusus untuknya.

Selagi semua anak magang atau PKL itu memasuki ruangan miliknya, lelaki itu melangkah membuka lemari di sudur ruangan, mengeluarkan beberapa seragam beserta kartu pengenal.

"Saya tidak perlu menjelaskan lagi bukan? Saya rasa pak Agas sudah memberitahukannya pada kalian semua", ujar Advent.

"Iya pak", jawab serentak mereka.

"Bagus. Sebelum itu kalian harus memilih ketua untuk mengkoordinir kalian semua. Seorang ketua yang menjadi penanggung jawab kalian, dan tentunya setiap hari melapor pada tuan Antares, dan bisa juga dengan melalui saya saja", ujar Advent yang langsung membagi seragam berjumlah tiga pasang untuk setiap siswa, yang digunakan sesuai hari.

"Jadi siapa yang bersedia?", ujar Advent.

Esterlla maju satu langkah, mengangkat tangan dengan cepat.
"Saya pak, saya siap menjadi ketuanya", ujar Esterlla dengan mantap tanpa ragu di setiap ucapannya. Sophia meliriknya sinis.

"Ya sudah, kalian tunggu sebentar", ujar Advent sambil mengambil ponsel di atas meja kerjanya, menekan digit angka setelah itu terjadilah komunikasi dengan seseorang di seberang sana.

Tak lama setelah panggilan itu berakhir, seorang wanita dengan pakaian formal dengan lekuk tubuh idaman itu masuk, sambil menenteng beberapa berkas.

"Tuan Antares menitipkan ini untuk kau selesaikan dan segera kirim ke perusahaan Elyktro Company. Mulai saat ini perusahaan Alcand akan berkerja sama dengan Elyktro. Segera bereskan kontrak itu Advent", ujar wanita tersebut dengan santai.

Wajah Sophia melongo, mulutnya bahkan menganga lebar. Bukankah ini berita suka cita bagi perusahaan dan keluarganya. Bahkan Sesha sekarang menepuk bahunya sumriah, tentu saja setelah ini akan mendapatkan traktiran sepuasnya dari temannya itu.

"Yayaya. Antarkan mereka ke ruangan tempat mereka bekerja", ujar Advent yang langsung meraih berkas di tangan Sarah.

Sarah mengangguk, lalu menatap siswa PKL tersebut, yang masih diam dan menyimak.

"Ayo ikut saya. Ah tunggu, siapa di sini yang bernama Lucyasesha?", ujar Sarah.

Semua teman-teman sePKL Sesha, menatap pada gadis itu. Membuat Sarah langsung tau siapa gadis yang ia tanya itu. Mata wanita itu bahkan kini sedang meneliti detail penampilan Sesha, membuat gadis itu berdiri canggung.

"Ternyata kamu. Tuan Antares memanggil kamu di ruangannya", ujar Sarah dengan cepat.

Jder!

Apa ini akhirat? Belum beberapa jam ia menginjak perusahaan raksasa ini, ia sudah berhadapan dengan sang CEO? Bahkan Sesha rasa ia belum melakukan kesalahan di sini. Apakah CEO itu akan mencekiknya? Karena takut ia membuka rahasia besarnya? Bahwa ia seorang mumi? Memikirkan itu saja sudah membuat dirinya keringat dingin.

"Ada apa ya bu?", ujar gugup Sesha.

"Heh! Saya bukan ibu kamu. Saya tidak setua itu ya! Panggil saya Miss. Lagipun kenapa tanya saya? Sudah sana pergi", ujar Sarah tak suka, sedangkan Advent hanya menatap malas pada sekretaris bosnya itu.

"Tap-"

"Apa? ", potong Sarah.

"Saya nggak tau ruangan Tuan Antares bu- eh Miss", ujar jujur Sesha.

"Lantai 60. Ruangannya cari sendiri, mandiri kamu", ujar Sarah membuat Sesha melongo tak terkecuali anggota PKL lainnya.

"Kau serius Sarah? Ruang kerja bos ada di lantai 55", ujar Advent.

Sarah menatap malas pada Advent.
"Ini perintah dari bos"

"Yang lain ikut saya", ujar Sarah lagi yang mulai melangkah pergi, diikuti yang lain, meninggalkan Sesha yang masih berdiri, hingga tepukan dari bahunya yang berasal dari Sophia, yang mengangkat tangannya yang terkepal, sambil melanjutkan kata 'Semangat' menyadarkannya.

Setelah masuk ke dalam lift sendirian dan menekan angka menuju lantai 60, Sesha kini bersandar sambil mengipas wajahnya dengan kartu pengenal yang sudah menggantung di lehernya. Ia beberapa menit yang lalu memilih lebih dulu mengganti pakaiannya dengan seragam yang baru saja dibagi, sebelum menghadap ke ruangan sang CEO.

Kakinya bergerak gelisah, dengan gerakan tubuh yang ikut mengikuti ketidaktenangan kakinya.

"Huftt positif thinking Ses. Siapa tahu dia cuman minta bantuan. Iyakan? Lagipun dia pasti udah lupa sama wajah gue. Namanya aja pengusaha, pasti dia udah bertemu dengan ribuan orang setelah kejadian itu. Lagipun wajah gue kurang jelas waktu itu, kan lampunya padam", ujar bicara sendiri Sesha.

Pintu lift terbuka. Sesha langsung disuguhkan dengan pemandangan lorong besar dan terlihat berbeda dari lantai lain. Sesha tebak jika lantai ini adalah lantai pribadi yang tentunya privasi, khusus pemiliknya.

Tanpa banyak waktu gadis itu langsung melangkah. Namun hanya lima langkah kecil ia berjalan, tubuh Sesha langsung terpental menabrak pintu lift yang tertutup.

"T-tulang punggung gue", ujar terbata Sesha yang masih terbaring di atas lantai.

Sesha berusaha bangkit dengan pelan. Mata abu-abunya kini membola saat sebuah sinar merah tranparan menutup seluruh permukaan lorong. Sial, kenapa sinar itu baru muncul setelah ia mendapatkan ini semua. Jika saja tadi sudah ada, maka ia tak perlu repot-repot memberi umpan dirinya sendiri.

Pantas saja tadi Sesha sempat berpikir, ruangan privasi ini seharusnya diberi penjagaan ketat, bukan menbiarkan orang asing sepertinya masuk begitu saja. Jadi ini pelindungnya? Ah sial, punggung Sesha sunggu nyeri, itu tadi sentruman bukan?

"Gimana donk? Masa gue harus berdiri di sini? ", ujar Sesha dengan kebingungan.

Sesha hampir saja tersungkur kembali saat tiba-tiba ada sebuah holongram, muncul tanpa salam di depannya.

Sinarnya memunculkan simbol-simbol yang satupun tidak dipahami oleh otak mumet Sesha. Namun saat melihat gambar telapak tangan di sana, yang disertai dengan cahaya scan di dalamnya, membuat Sesha dengan ragu meletakan tangannya di sana.

Dalam sekejap, holongram yang tadinya mengeluarkan cahaya hijau berubah menjadi biru.

"Welcome Miss Andromeda!"

Sesha melongo saat hologram itu berubah menjadi robot dalam sekejap mata. Bahkan kakinya sudah mulai mundur sambil menutup mulutnya tak percaya. Seumur-umur, ia untuk pertama kalinya melihat robot tepat di depan matanya.

"Perkenalkan saya robot Ruby AA543, tuan Antares sudah menunggu anda. Silahkan ikut saya", ujar robot tersebut yang langsung berjalan dengan kaku dikuti Sesha dengan cepat.

"Heii Ruby, saya boleh memanggil kamu dengan itu?", ujar Sesha dengan ragu sambil mensejajarkan langkahnya dengan robot yang masih menatap ke depan.

"Senyaman anda saja Miss", ujar robot dengan pandangan masih ke depan.

"Emm Ruby.... 1+1=?", tanya Sesha ingin mengetes apakah robot tersebut sama dengan gosip yang ia dengar.

"2 Miss"

Mata Sesha berbinar cerah, lalu bertepuk tangan dengan heboh.

"89 x 54300 = ?"

"4.832.700 Miss", jawab sang robot dalam kurun waktu dua detik saja. Sesha bahkan menatap tak percaya pada sang robot.

"Kalau begitu heheh... Bagaimana dengan 43780 x 71800 : 2363737 x 4265 - 549800 + 1234567890 : 100 - 76 x 230978 = ?", ujar Sesha sambil mengetik di kalkulator ponselnya.

"-86,659.869641"

Sesha melotot. Untuk ketiga kalinya robot bernama Ruby tersebut menjawab dalam kurun waktu dua detik. Ia menatap kalkulatornya, semuanya benar!

"Baiklah aku menyerah Ruby. Tapi jika kau genius, maka siapa aku?", ujar Sesha dengan santai. Bukankah Ruby hanya pintar di teori seputar ilmu-ilmu sajakan?. Memikirkan itu saja Sesha sudah tersenyum lebar.

"Miss bernama Lucyasesha Andromeda Nugraha, anak bungsu dari keluarga Nugraha. Tinggi 160, berat badan 40 kg, lahir tanggal 3 april, bersekolah di SMK Angelos. Kesukaan berupa membaca novel, makan, traveling, dan menonton. Membenci kucing, udang, tomat, wortel. Kebiasaan buruk berupa suka menghayal hal-hal tak masuk akal, merecoki saudara sebelum tidur, mencuri buah strowberry milik tetangga. Ukuran celana dal-"

"STOP! STOP! STOP! Oke jangan diterusin", ujar Sesha dengan wajah memerah. Ruby terlalu jujur.

"Kita sudah sampai Miss. Sampai jumpa, semoga hari anda menyenangkan" ujar robot Ruby sebelum berubah menjadi hologram, dan detik berikutnya hilang begitu saja.

Sesha menatap pintu di depannya dengan ragu.
"Apakah akan kesentrum lagi? ", ujar Sesha tak berani melangkah, karena sudah cukup trauma.

"Ehh eh eh"

Sesha tersentak saat pintu besar itu terbuka lebar. Kakinya tanpa sadar melangkah. Sejauh ini dirinya masih baik-baik saja. Akhirnya ia sampai juga setelah menghabiskan waktu cukup banyak.

"Emm Pak?", ujar sopan Sesha yang sudah mengontrol dirinya, menganggap mereka hanyalah orang asing. Tapi mereka memang orang asing bukan? Sesha saja yang terlalu banyak protes.

Punggung berbalut kemeja putih yang membelakanginya itu, masih setia menatap ke luar gedung dengan pembatas kaca.

Karena tak kunjung mendapatkan sahutan, Sesha malahan asik menatap dekorasi sebuah kamar milik sang CEO. Apakah tidak masalah masuk ke dalam kamar orang lain? Bukankah ini termaksud lancang?

"Ekhem pak?", panggil Sesha dengan bosan. Apakah lelaki itu tidak bisa mengerti jikadirinya yang membutuhkan keberanian besar menghadap dirinya? Ah sungguh sial.

Punggung itu akhirnya berbalik, memperlihatkan wajah surgawi dengan pahatan sempurna, dengan mata hitam elang dipadukan dengan surai merah. Kaki panjang itu semakin berjalan mempersempit jarak antara mereka, hingga kini Sesha ketakutan sendiri saat jarak mereka hanya satu langkah saja.

"Panggil Saya Sky, nona Nugraha"

Sesha melebarkan matanya, apa-apaan ini. Bagaimana dengan santainya lelaki itu mengapit dagunya dengan tangan besarnya. Sesha mundur, membuat sentuhan menyengat di dagunya itu terlepas.

"Maaf pak. Saya menghadap bapak untuk mempertanyakan apa alasan saya berdiri di sini", ujar Sesha memberanikan diri.

Sky meletakan kedua tangannya ke saku celana hitamnya.
"Bersihkan kamar saya", ujar santai Sky.

"Pak, saya siswa PKL, bukan seorang office girl. Jurusan saya TKJ, bukan jurusan bersih-bersih", ujar emosi Sesha yang sudah memelototi Sky.

Sky terkekeh ringan, membungkuk agar bisa menatap lebih dekat wajah memerah Sesha yang sedang menahan amarah. Bagaimana gadis itu tidak emosi, baginya ini sebuah penghinaan. Ia disamakan dengan seorang pembantu.

"Saya sedang tidak bertanya jurusan kamu Lucyasesha. Saya sedang memerintahkan kamu. Terserah kamu saja kalau begitu, tapi jangan harap bisa keluar dari kamar saya", ujar Sky dengan wajah tanpa beban, yang kini berjalan tanpa dosa untuk duduk di atas sofa dengan nyaman.

"Ahh iyaa. Mulai sekarang kamu akan menjadi asisten pribadi saya".

'BAJINGAN SIALAN!!!! GUE SUMPAHIN LO KENA AZAB!!!! ANJING!'

"Jangan mengumpat dan mengutuk saya Lucyasesha. Kamu terlalu polos untuk saya cium"

'BAJINGAN MESUM!!! BUNDAA TOLONG SESHA'

***

Holaaa
Vote! Hehe:)

Salam Halu

Continue Reading

You'll Also Like

Amora (END) By Mia

General Fiction

4.1M 193K 72
Amora Lendari terbangun di sebuah kelas dengan orang-orang asing di sekitarnya. Kepanikanya bertambah saat mendapati wajahnya dan tubuhnya yang beru...
2.3M 206K 38
Aurora tersenyum tipis, menatap Aric tanpa benci sedikitpun. "Aku harus apa, Ar?" Lirihnya. Aric tertegun. "Aku harus apa untuk benci kamu, Ar?" Tany...
888K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
3.6M 270K 63
Diana Anggita Dwitama, gadis dengan kondisi tubuh sakit-sakitan bahkan untuk berjalan saja dia kesulitan. Kecewa pada diri sendiri ditambah dengan ke...