The Villain

By arisainwonderland

12.7K 1.7K 610

Sini, kenalan sama Ardhanareswari. Boleh juga dipanggil Nenek Sihir, Pahit Lidah, Perempuan Dingin, Mata Duit... More

AUTHOR'S NOTE [BACA DULU]
1. Meet The Villain
2. Jangan Cari Cinta Disini
3. Too Good To Be True
4. A Bunch of Red Flags
5. Parade of the Freaks
6. Kadang-Kadang Baik
8. Pathetic Cinderella
9. Fairy Godmother
10. In Vino Veritas
11. Aucune Diffรฉrence
12. Misi Menyelamatkan Chanyeol
13. Welcome to the (Literal) Jungle
14. Revenge Best Served With Drama
15. On Track, Off Track
16. The Prince vs The Pauper
17. Partner In (Not Really A) Crime
18. Sarang Penyamun
19. Tension in the Air
20. Devil's Advocate
21. Another One Bites The Dust
22. Angry Feminist
23. Throwing Logic to the Wind
24. A Change of Perspective
25. Dangerous Liaisons
26. In Flagrante Delicto
27. This Means War
28. Storm in a Teacup
29. Biang Keributan
30. Public Enemy No.1
31. Mieux Que Rien
32. Si Vis Pacem, Para Bellum
33. Head Bitch In Charge
34. Rebuilding Bridges
35. And They Lived Happily Ever... After?
NEW BOOK - HAPPY EVER AFTER

7. Dengan Segala Cara

266 57 15
By arisainwonderland

TUJUH
Dengan Segala Cara

"I make my money and I write the checks,
So say my name with a little respect."

Don't Call Me Angel
Ariana Grande, Lana Del Rey, Miley Cyrus

⠀⠀Ketika aku naik ke lantai tiga lagi di hari itu, aku pasti terlihat sangat bimbang hingga Chanyeol langsung bertanya ada masalah apa. Aku menceritakan secara singkat padanya, sebelum bertanya-tanya apakah keputusanku salah.

⠀⠀Aku memang meminjamkan enam puluh juta itu pada Regha, dengan merogoh tabungan pribadiku—tidak mungkin aku berani mengutak-atik tabungan operasional butik. Kupikir, toh masih ada bunga bulanan dari deposito untukku hidup sehari-hari, walau memang tidak banyak. Setidaknya masih bisa untuk makan.

⠀⠀Sebagai manusia paling curigaan di dunia, tentu aku membuat surat perjanjian hutangnya. Lengkap dengan materai, fotokopi KTP, sampai dokumentasi. Regha sih berjanji akan membayar dalam tiga bulan setelah pinjamannya di-acc bank. Gali lubang tutup lubang namanya, tapi bodo amat. Itu urusan dia. Aku sih lebih khawatir pada ibunya.

⠀⠀Meski begitu, tetap saja aku merasa sedikit ragu. Orang-orang cenderung mengira Ardhanareswari adalah anak bos old money dengan privilege berlimpah. Aku memang punya privilege lebih, tapi tidak seheboh yang mereka pikirkan. Bisnis dan ruko ini memang kumulai dari hasil menjual rumah dari Eyang Kakung, tapi bukan berarti aku bisa menghamburkan 60 juta tanpa berpikir. Itu tetap termasuk duit gede bagiku.

⠀⠀Chanyeol meyakinkanku bahwa semuanya akan baik-baik saja, dan dia bilang aku hebat karena memiliki kepedulian tinggi pada orang lain. Padahal, saat itu perutku terasa bergolak karena feeling-ku mengatakan yang sebaliknya.

⠀⠀"Bos, furing udah mau abis nih," lapor Mas Aris yang baru keluar dari gudang.

⠀⠀"Udah mau abis? Bukannya kemaren baru abis beli lima roll?" Keningku berkerut.

⠀⠀"Ya kan kepake banyak buat bikin seragamnya Kak Sashi. Lagian hari-hari biasa aja lima roll cuma buat berapa bulan."

⠀⠀Aku memijat pelipis. Kenapa oh kenapa, saat aku tidak punya uang pegangan seperti ini, malah mendadak banyak sekali keperluan yang harus dibeli? "Yaudah, nanti aku pesen lagi. Apalagi yang udah mau abis? Dicatet aja biar sekalian."

⠀⠀Mas Aris manggut-manggut, mencari pulpen dan mencatat di sobekan kertas pola yang sudah lecek. Aku menerima catatan itu, mengantonginya dengan lesu dan masuk ke ruang finishing. Ruangan itu sudah penuh dengan begitu banyak anak-anak magang, termasuk Sas yang mengawasi pengerjaan gaun resepsinya.

⠀⠀Biasanya, mood-ku akan membaik kalau mendengar cewek-cewek ABG ini saling bercanda atau mengobrol lucu, jadi aku memutuskan untuk ikut mengerubungi gaun Sashi. Untuk gaun resepsi berwarna champagne itu, aku membuat motif khusus yang digambar dengan tangan, lalu motif itu dipayet satu persatu. Apalagi, aku berusaha menonjolkan detail khas Ar Adiwirja yang tidak hanya terdiri dari butiran payet dan kristal, tapi juga bahan tulle yang dirempel, sulam pita, bordiran, mutiara, hingga detail tiga dimensi lainnya. Tak lupa tulisan 'And they live happily ever after...' di tengah belakang yang sekarang kukerjakan dengan tanganku sendiri.

⠀⠀"Jangan dipikirin, Ar." Sas menepuk-nepuk bahuku, seolah tahu apa yang membuatku gelisah dari kemarin. "Kan emang buat ibunya Regha. Kalo dia minjem ke gue, pasti gue juga bakal ngasih. Gak tega coy, ibunya kan emang ringkih gitu ya dari dulu."

⠀⠀"Iya, makanya itu." Aku mengangguk. "Tapi gue tetep mesti mikir sih gimana nambah orderan lagi. Lumayan kan buat beli furing-furing."

⠀⠀"Bukannya bulan ini nikahan sepupunya si Jessie? Lu dateng kan kesana? Promote sebanyak-banyaknya, Ar!"

⠀⠀"Oh iya!" Aku menepuk jidat. "Kok gue bisa lupa, ya? Gue kesana kok, handcarry gaunnya. Berarti gue mesti aktifin mode social climber, nih."

⠀⠀Kepalaku langsung bergerak cepat, merencanakan outfit yang akan kukenakan untuk acara itu. Harus direncanakan sebaik-baiknya, agar aku tidak terlihat gembel di antara para undangan. Kedengarannya memang remeh, kan? Memikirkan penampilan sampai segitunya. Tapi percayalah, ini sangat krusial.

⠀⠀"Coy, gue pinjem si Boy boleh gak?" tanyaku pada Sas yang mengangkat alis.

⠀⠀"Boleh sih, tapi jangan sampe lecet ya, coy. Mau gue jual lagi."

⠀⠀"Siap," anggukku puas.

⠀⠀Bukan, Si Boy yang kumaksud bukan yang di Catatan Si Boy. Tapi crossbody bag Boy Chanel warna putih dengan hiasan mutiara bermotif chevron yang Sas beli tahun lalu. Dibanding aku, koleksi tas dan sepatu mahal Sas lebih banyak, jadi beberapa kali aku meminjam miliknya kalau harus pergi ke pesta-pesta.

⠀⠀Kalian boleh menertawakanku sepuas hati. Liat tuh si Ardhanareswari, segitunya biar keliatan keren sampe pinjem sana-sini. Apakah itu artinya aku palsu? Mungkin. Entahlah, aku juga tidak peduli. Yang jelas, bisnisku memang ditopang oleh para klien yang datang dari kategori berada. Dan untuk mendapat klien yang rela mengeluarkan puluhan hingga ratusan juta untuk sebuah gaun, tentu aku harus bisa masuk ke dalam pergaulan mereka, yang berarti aku harus terlihat cukup mahal untuk ada di sana. Wawasanku harus cukup luas untuk mengimbangi obrolan mereka. Kepercayaan diriku harus setinggi-tingginya, agar tidak menunjukkan bahwa sebenarnya aku tidak ada apa-apanya, hanya seorang social climber nomor satu.

⠀⠀Terserah, yang penting aku dan para karyawan yang menggantungkan hidup pada workshop-ku masih bisa makan bulan ini.

⠀⠀Untuk melengkapi outfit, mungkin aku akan mencari heels seratus ribuan dari local brand di Shopee. Harus hati-hati memilihnya—yang kelihatan mahal, tapi juga bukan knock off alias tiruan dari brand-brand besar. Para crazy rich bisa mendeteksi barang branded palsu bahkan dari jarak satu kilometer. Mereka hafal serinya, tahun berapa dirilis dan untuk koleksi apa. Dan menggunakan barang palsu tentu akan membuat pamorku terjun bebas. Social suicide. Masih lebih bagus memakai local brand atau malah yang tidak ada mereknya.

⠀⠀"...kalo menurut Kak Ar, gimana?"

⠀⠀"Hah?" Aku mengerjap bego pada Bila yang sepertinya menunggu jawabanku. "Kenapa?"

⠀⠀"Ya ampun, dari tadi aku ngomong panjang lebar gak didengeriiiiiin?!" pekik gadis itu frustasi.

⠀⠀Aku turun dari taksi, menyeret koper kabin dengan satu tangan dan mengangkat garment bag dengan tangan lain. Berjalan terseok-seok ke lobby hotel yang akan kutempati selama dua hari di Singapura.

⠀⠀Jangan bayangkan hotel mewah dengan bathtub dan jacuzzi. Kalau aku harus mendeskripsikannya, itu adalah hotel paling B aja di daerah Kampong Gelam. Rate-nya B aja, kamarnya pun B aja. Tipe-tipe kamar budget hotel pada umumnya.

⠀⠀Setelah check in dan terseok-seok lagi ke kamar di lantai tiga, tangan kiriku yang memegangi garment bag sudah nyut-nyutan. Aku menggantung garment bag berwarna dongker dengan logo Ar Adiwirja itu, lalu menghempaskan diri di kasur yang... Empuk, sih. Tapi ya itu. B aja.

⠀⠀Seperti biasa, aku langsung membuka ponsel. Scroll-scroll Instagram tanpa tujuan, hingga menemukan satu berita menarik. Fotonya sih Chanyeol yang mengenakan koleksi terbaru Prada dari ujung rambut hingga ujung kaki, melambaikan tangan dengan senyum tipis. Tapi caption-nya itu yang menarik untukku. Karena, ternyata foto ini diambil tadi malam dalam store Prada di Marina Bay Sands. Yang artinya, Chanyeol juga sedang di Singapura!

⠀⠀Detik berikutnya, aku baru tersadar. Terus kenapa kalau Chanyeol ada di Singapura? Tidak ada urusannya denganku. Dia datang untuk kerja, begitu juga aku.

⠀⠀Fokus, Ar. Fokus.

⠀⠀Aku mengecek jam. Pihak wedding organizer yang mengurus pernikahan Kevin dan Elora sudah menghubungiku tadi, janjian untuk serah terima gaun nanti sore. Semoga tidak ada yang perlu diperbaiki lagi.

⠀⠀Sambil menunggu waktu, aku menyeduh Pop Mie sebagai makan siang. Entahlah, sepertinya perutku sudah benar-benar mengkhawatirkan. Bagaimana mungkin aku sudah kenyang hanya dengan satu cup Pop Mie? Apalagi, aku semakin jarang makan. Rasanya tidak bernafsu, atau tidak sempat. Padahal Mama dan Sas sudah berkali-kali bilang kalau aku semakin kurus sampai tulang-tulangku pun mulai menonjol.

⠀⠀Mau bagaimana lagi? Dipaksa makan banyak pun aku malah muntah.

⠀⠀Setelah menghabiskan Pop Mie itu, aku mandi dan berganti baju. Si WO sudah mengirimi chat beberapa kali, memastikan aku akan muncul di Ritz-Carlton sesuai waktu yang dijanjikan.

⠀⠀Iya, iya. Sabar dong, Mbak.

⠀⠀Aku memakai legging dan crop sweatshirt—warna apa lagi kalau bukan hitam—lalu mengenakan Converse. Memasukkan ponsel, dompet, dan key card ke dalam tote bag hitam yang bisa dijadikan sling bag. Aku membelinya seharga lima belas ribu di marketplace, tapi sejauh ini tote itu sangat fungsional.

⠀⠀Karena aku tidak paham Singapur dan transportasi umumnya, aku memilih naik taksi saja. Toh aku disini hanya dua hari, dan paling-paling hanya berkutat di sekitar Kampong Glam dan Marina Bay.

⠀⠀Serah terima gaunnya sangat cepat. Aku hanya perlu turun dari taksi tidak sampai lima menit, menyerahkan pada PIC yang merepet tentang bagaimana dia berterima kasih dan akan menghubungiku kalau ada kendala, menggunakan aksen Singlish yang sangat kuat hingga aku tidak yakin dia sedang bicara bahasa Inggris atau Hokkian. Kemudian, aku melompat lagi ke dalam taksi yang sama, mengatakan pada Pakciknya untuk mengantarku kembali ke hotel.

⠀⠀Sesampainya di hotel, aku mulai bersiap-siap untuk acara malam. Luluran, pakai sheet mask agar wajah glowing, juga eye mask karena kantung mataku sedang tidak bersahabat. Memakai skincare dan primer, hingga akhirnya mulai makeup. Orang-orang Singapura tidak akan sadar kan ya berapa harga lipstik Implora yang kupakai ini?

⠀⠀Berikutnya adalah rambut. Dengan catokan yang kubawa, aku menggelombang rambut merah kebanggaanku, seperti rambut mermaid. Tak lupa ekstra leave-in-conditioner agar tidak mengembang seperti singa. Kukenakan dress berwarna steel blue yang kujahit sendiri minggu lalu dengan bahan 20 ribuan dari Tanah Abang. Ditambah anting-anting silver yang menggantung, Boy Chanel pinjaman dari Sas, serta heels dari local brand itu, aku sudah siap untuk panjat-memanjat malam ini.

Continue Reading

You'll Also Like

175K 26.2K 28
Swipe right. Dua kata yang tidak asing untuk pengguna dating apps. Bermula saat Liora merasa iri dengan teman-temannya yang sudah punya pacar, akhirn...
178K 11K 55
Niat hati kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan duda anak 1 yang sialnya masih tampan itu, Herna malah harus terjebak menikahi pria k...
25.8K 4.5K 40
[Cakrawala Mandala Series #4] Hayam Wuruk tak rela melepas putri kesayangannya untuk memerintah di Kabalan, mengurung sang putri mahkota selama tujuh...
1.5M 119K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...