Hari ini Nasyah masuk kuliah setelah beberapa hari tidak masuk dengan alasan sakit. Untung saja pak Ridwan mengerti, biasanya dosen botak itu akan mewawancarai Nasyah panjang lebar membuat siapapun yang mendengarnya akan jengah.
Namun kali ini Nasyah sama sekali tidak fokus, karena sejak tadi hanya bolak-balik kamar mandi membuat pak Ridwan risih dengan permintaan Izin Nasyah yang sering keluar.
Hoekk...Hoekk.. Hoek...
Seperti biasanya hanya cairan bening yang keluar.
"Huh astaga" Ucap nya membasuh mukanya
Saat keluar dari kamar mandi Nasyah terkejut melihat seseorang yang bersandar di tembok dekat pintu kamar mandi.
Mungkin sedari tadi dia udah denger gue mual, nggak jijik emang?- batinnya heran
"Ngapain Lo"
"Nih, gue pikir nya Lo masuk angin" Ucap nya tanpa ekspresi dengan menyodorkan minyak angin
Nasyah menerima minyak angin tersebut dengan senyum tipis "thanks" singkat nya dan pergi meninggalkan cowok tersebut
"Menarik" gumamnya cowok itu
Saat masuk dalam kelas Nasyah melihat aura permusuhan dari pak Ridwan yang dia yakini sebentar lagi akan mendapatkan Omelan dari dosen botak itu
"Kalo masih sakit nggak usah datang,bikin repot aja" Ujarnya sengit
Nasyah yang baru duduk di kursi langsung menaikan alisnya sebelah "emang saya nyusahin bapak? Nggak kan?!" Ucapnya tak kalah sengit
Entah mengapa sejak hamil, Nasyah lebih mudah cepat terpancing emosi bahkan dirinya sulit mengontrol itu.
" Dasar!! Dari tadi kamu keluar masuk buat teman kamu yang lain nggak fokus" Pak Ridwan memijit keningnya capek menghadapi Nasyah dengan tingkah anehnya
"Ya mau gimana lagi, nggak mungkin kan saya muntah disini. Ntar malah tambah repot lagi"
" Kamu itu menjawab aja kerjanya"
"Ya bapak tau sendiri kan kalo saya lagi masuk angin jadi muntah-muntah"
" Kalo tau lagi sakit nggak usah masuk"
Nasyah memutar bola matanya malas " kalo saya nggak masuk, saya ketinggalan mata kuliah dong. Emang bapak mau tanggung jawab?"
"Tidak penting bagi saya, emang kamu siapa saya"
Mahasiswa lain hanya menonton perdebatan antara Nasyah dan pak Ridwan yang sama sekali tidak ada yang ingin mengalah padahal hanya masalah sepeleh
"Justru itu saya harus masuk pak, supaya saya tidak ketinggalan mata kuliah dan cepat lulus supaya saya tenang tanpa ocehan bapak setiap hari" jelasnya
"Keluar Nasyah" tegas pak Ridwan
Keningnya Nasyah mengkerut tak suka "ko saya di suruh keluar pak?"
Pak Ridwan menghembus nafas berat "pake nanya lagi, kamu mengganggu saya mengajar"
"Anda tidak bisa mengeluarkan mahasiswa seperti itu jika hanya menyangkut masalah sepele seperti ini. Apalagi alasannya masuk akal" bukan Nasyah yang menjawab melainkan cowok di belakang Nasyah yang menatap pak Ridwan tanpa ekspresi apapun
Nasyah menoleh dan mendapati cowok yang bertemu dengan nya di depan kamar mandi tadi
"Kamu diam aja!! Ini urusan bapak sama anak bandel satu ini" kata pak Ridwan dengan menunjuk ke arah Nasyah
Tanpa berpikir terlalu lama Nasyah langsung keluar membawa tas nya dan menatap sinis si botak.
Tujuannya Sekarang adalah kantin, untuk mengisi perut dan mengisi kembali tenaganya yang habis terkuras akibat berdebat tak jelas dengan pak Ridwan alias pak BL (Botak Licin). Dari kejauhan Nasyah melihat sahabatnya yang menikmati makanan mereka.
Brukk!!!
Nasyah menjatuhkan tas nya dan duduk di samping Anin dan Aura.
"Astoge!! Demi Alex gue kaget" teriak Anin
"Sama anjir!!" Sahut Aura yang mengelus pelan dadanya
Srurtttt..
Nasyah menyeruput jus apel milik Shakira hingga tandas. Melihat itu Shakira langsung melayangkan tatapan kesal kepada Nasyah "Lo haus apa gimana sih?! Jus sedingin itu Lo habisin" ujar Shakira kesal
"Diam" sinis Nasyah
"Lo kenapa sih?!,, Coba cerita" ujar Klarisa yang seakan mengerti pikiran Nasyah
"Pasti Gara-gara pak BL kan?" Tanya Anin yang diangguki benar oleh Nasyah
Klarisa mengerutkan keningnya heran "pak BL tuh siapa? Baru dengar gue kalo di kampus ini ada dosen namanya kayak gitu"
Shakira memutar bola matanya malas "gimana sih Lo! Siapa lagi musuh Nasyah di kampus ini kalo bukan pak Ridwan"
"Pak BL artinya Botak Licin" tekan Aura kesal
"Masa gitu aja nggak tau sih" sambung Aura
" Ya kalo gue tau nggak mungkin gue nanya bego"
Bram!!!!
Nasyah memukul meja dan kembali membuat sahabat nya terlonjak kaget "Gue cabut" ujar nya yang kemudian berlalu pergi
"Tuh anak mau bikin kita jantungan kali yah" ujar Anin yang menatap punggung Nasyah yang mulai menghilang
"Astoge!! Ko habis sih?! Padahal gue belum makan Anjirt" Histeris Aura yang membalikkan mangkok nya yang terlihat kosong
"NASYAH!!!!!" teriak ke empatnya karena makanan mereka habis tak tersisa sedikit pun
****
"Nasyah pulang!!" Teriak nya saat memasuki rumahnya
Melangkah kaki nya ke ruang tamu dan duduk memijit kakinya karena terasa sangat keram. Bi Inah selaku pelayan di rumah itu membawakan Nasyah segelas air putih "ini neng minum dulu pasti capek yah"
"Maksih yah bi" kata Nasyah yang diangguki Bi Inah
Bi Inah duduk di bawah kaki Nasyah dan memijit kaki Nasyah dengan lembut.
"Astaga bi nggak usah!! Saya nggak enak jadinya sama bibi"
"Bibi duduknya disini aja" Nasyah menepuk tempat di sampingnya
"Astaga nggak usah neng, bibi di lantai aja nggak apa-apa"
"Jangan bi, udah ayo" Nasyah menarik tangan bi Inah dan duduk di sampingnya
Pelayan di rumah Wijaya sangat senang bekerja dengan tuan rumah yang begitu ramah, jarang-jarang mereka mendapat tuan seperti pak Anton dan istrinya. Apalagi kedua anaknya yang begitu ramah tanpa membedakan status mereka sebagai pelayan.
Bi Inah sudah lama berkerja di kediaman rumah Wijaya, dengan keramahan tuan rumah membuat nya betah bekerja pada keluarga Wijaya.
Terlihat Nisa dari dapur membawa sepiring kukis di tangannya "loh ko udah pulang sih nak" Ucap nya menyimpan sepiring kukis di meja hadapan Nasyah
Nasyah yang tengah memainkan handphone nya menoleh pada Nisa dengan cemberut tanpa membalas pertanyaan Nisa.
"Ko cemberut gitu? Ada apa sih bi?" Tanya Nisa yang beralih menatap bi Inah
Bi Inah menggeleng-gelengkan kepalanya tak tau permasalahan apa yang membuat nona mudanya sampai cemberut "saya permisi nyonya mau ke belakang"
"Ehh nggak mau makan kukis dulu?! Enak loh bi" tawar Nisa dengan menyodorkan piring kukis
Bi Inah hanya mengambil satu dan berterima kasih pada Nisa lalu menunduk sopan dan berlalu ke dapur.
Nisa beralih menatap Nasyah yang masih fokus pada ponsel nya "Mama tanya loh, ko nggak di jawab"
Apa mungkin hormon nya kali yah yang bikin dia kayak gini. Hadehh-batin Nisa
Nasyah menyimpan handphone nya di meja dan bersandar di sofa "Nasyah tadi di keluarin dari kelas karena keluar masuk, Nasyah kan mual tadi"
"Nggak apa-apa yang penting kandungan kamu baik-baik saja, kalo urusan kampus serahkan saja ke mama"
"Hm" singkat nya
Terlihat Anton yang menuruni tangga dan melangkah menuju keduanya. Melihat putrinya dengan wajah yang tidak bersahabat justru melewatinya dan duduk di samping Nisa
"Itu mukanya kenapa jutek gitu" bisiknya pada Nisa
"Di keluarin dari kelas karena mual"
Jika menyangkut tentang perkuliahan, Nasyah tidak mempermasalahkan hal tersebut justru menyerahkan pada Nisa untuk menyelesaikan nya. Anton melirik sejenak sebelum memulai pembicaraan nya pada sang anak
"Nasyah" panggil nya
"Iya pah_ eh sejak kapan papa datang" sahutnya tanpa menyadari keberadaan Anton
"Barusan. Ada hal yang papa pengen omongin sama kamu"
"Apa?"
"Malam ini kita akan kedatangan tamu penting, jadi kamu harus berpakaian yang sopan dan dandan cantik juga" jelas Anton
"Mau bahas apa?" Tanya dengan polos
"Adalah, papa dan mama udah urus semuanya jadi kamu nggak usah khawatir untuk kedepannya dan bayi kamu"
Oh my God!? Rencana apa lagi ini-batin Nasyah
"It's okay, yaudah Nasyah mau ke kamar soalnya kecebong kecil udah ngantuk"
Anton dan Nisa saling pandang tak mengerti dengan perkataan Nasyah yang mengatakan 'kecebong kecil'
"Maksudnya?" Tanya keduanya
"Ini loh" jawabnya menunjuk perutnya dan berlalu meninggalkan kedunya
"Astaga! Penerus Wijaya ko di bilang kecebong. Makin aneh tuh anak" ujar Anton geleng-geleng kepala
Nisa hanya terkekeh menanggapi nya.
****
Di sisi lain Arga terlihat frustasi memikirkan Nasyah yang selalu menghantui pikiran nya dengan rasa bersalah, apalagi Nasyah yang sedang mengandung anaknya.
"Arghh sialan" teriak nya
Padahal dirinya dan Nasyah bertemu sekali saja saat di club', namun Nasyah sudah membuat Arga menderita dengan memikirkan nya. Setelah Arga telusuri tentang identitas Nasyah, ternyata wanita yang dia hamili berasal dari keluarga yang bukan sembarangan untuk di sentuh. Anton dan Rio yang sukses mendirikan Wijaya Company mampu menyaingi perusahaan lain termaksud perusahaan Arga.
Apalagi Wijaya Company yang telah resmi bekerja sama dengan Khanza Group membuat kedua perusahaan tersebut memiliki cabang sampai ke luar Negeri. Melukai salah satu anggota keluarga Wijaya sama saja membuat diri sendiri menjadi menderita dan Arga takut akan itu. Karena sekali jentikan jari perusahaan dan dirinya akan hancur di tangan Anton dan Rio yang memang terkenal garang saat marah.
Membutuhkan waktu yang lama untuk mengatur strategi menghadapi keduanya. Menurut Rio menjauh dari keluarga Wijaya adalah jalan terbaik untuknya.
- YustifaVa -