AMALA Istri Kontrak Sang CEO

By eista_

230K 9.6K 365

AMALA hanyalah wanita biasa hingga takdir merubah hidupnya . Amala rela menjadi wanita malam untuk menyelamat... More

1. Pertemuan Tak Terduga
2. Terbakar Gairah
3. Tawaran Pernikahan
4. Tak Ada Pilihan Lain
5. Rapat Pemegang Saham
6. Perasaan Apa Ini
7. Kemarahan Marvis
8. Aku Menginginkanmu
9. Satu Kamar Dengannya
10. Merasakan Sedikit Ketulusan
AMALA 11
AMALA 12
13. Maafkan Aku
14. Sulit Mengatakannya
15. Mantan Suamiku
16. Aku Mencintaimu
AMALA 17
AMALA 18
AMALA 19
AMALA 20
PENGUMUMAN
AMALA 21
Amala 22
AMALA 23
24. Hukuman Untukmu
PROMOSI
25. Jurang Kematian
26. I Promise Sweetie
28. Hidup & Mati
29. Belum Berakhir
30. Pilihan Terberat
31. Akhir Yang Bahagia

27. Only You Amala

1.7K 104 8
By eista_

Hai readers setia pembaca Amala. Sebelum mulai membaca part ini alangkah baiknya untuk follow penulisnya dulu yuk.
Penulis : eista_
Part-part terakhir menuju episode akhir ini cukup sulit ya readers, Aku harus ekstra mikir banget buat ngasih ending yang bagus buat kalian. Jadi kalau upnya cukup lama mohon dimaklumi. Xixixi. .




Amala duduk bersandar dipinggir ranjang, kedua tangannya berada didepan perut sambil tersenyum dengan rasa tak percaya. Benarkah sekarang dia sedang mengandung anak dari Marvis ? Satu tangannya terus mengusap-usap perut yang belum membesar dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Bahagia. Tentu saja, wanita mana yang tidak bahagia saat mendapati dirinya hamil. Tidak lama lagi keluarganya akan bertambah dan Amala sangat menantikan hal itu.

Pintu kamar mandi ruangan itu terbuka, Marvis keluar dengan setelan kemejanya menuju kearah istrinya bersandar.

"Mau ku pakaikan dasinya." Tawar Amala.

Hari ini adalah hari terakhirnya menginap dirumah sakit dan sore nanti dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Setelahnya wanita itu hanya perlu melakukan pemeriksaan rutin setiap satu bulan sekali.

"Tentu saja sweetie."

Marvis memilih duduk di ranjang rumah sakit menyamakan tingginya dengan Amala tapi tetap saja lebih tinggi pria itu.

Marvis terus memperhatikan istrinya, matanya tak dapat teralihkan dari bibir kecil yang menggoda itu. "Apa semua wanita saat hamil akan terlihat sangat cantik ?" Tanya Marvis.

"Mungkin tidak, hanya aku wanita yang paling cantik saat hamil."

Ucapan percaya diri yang dilontarkan Amala membuat Marvis tertawa. Tapi sepertinya memang benar, hanya Amala yang paling cantik.

"Selain cantik kamu juga bertambah gemuk."

Amala memegang kedua pipinya, melepaskan tangannya dari dasi yang sudah terpasang rapi pada kemeja Marvis.

"Apa iya? aku baru beberapa hari dirumah sakit dan aku bertambah gemuk. Sepertinya aku harus mengurangi makanku."

Marvis menyentuh tangan wanita itu dan menurunkannya. "Kamu takut bertambah gemuk."

Amala mengangguk. "Bukankah semua wanita yang hamil akan bertambah gemuk." Ujar Marvis.

"Aku bukan takut gemuk, yang aku takutkan saat aku gemuk dan tidak sexy lagi kamu akan mencari wanita lain."

Marvis menyentil jidat Amala. "Pemikiran macam apa itu. You're the only woman I want."

"Kamu yakin ?"

"Iya, jika tidak aku mungkin sudah meninggalkanmu sejak dulu."

"Perkataanmu jahat sekali."

Marvis merengkuh wanita itu hingga masuk kedalam dekapannya. "Aku hanya bercanda sweetie . Aku mencintaimu." Kalimat itu mengalun dari sela bibirnya. Membuat nafasnya yang panas berhembus ditelinga Amala.

"Hanya kamu satu-satunya wanita yang aku inginkan, jangan pernah ragukan cintaku lagi. Hanya kamu satu-satunya wanita yang akan menjadi ibu dari anak-anakku nantinya. Aku ingin bersamamu sampai maut yang memisahkan kita nantinya. Jadi please jangan pernah berfikir untuk meninggalkan aku lagi. Aku tidak bisa hidup tanpamu."

Mendengar perkataan Marvis yang begitu lembut membuat wanita itu jadi menitihkan air mata. "Aku berjanji tidak akan meninggalkan kamu Marvis."

Sesaat kemudian wanita itu merasakan sesuatu yang empuk menyentuh bibirnya. Marvis sedang menc!umnya, bukan ciuman kasar yang mengebu-gebu melainkan ciuman yang lembut seolah tak ingin melukai bibir Amala.

Amala menikmati itu, dia membuka mulutnya memberikan Marvis akses untuk menjelajahi setiap sudut bibirnya.

Marvis berhenti, melepaskan panggutan pada bibir wanita itu. "Jika aku meneruskannya, aku tak yakin kita hanya berakhir dengan ciuman saja."

"Kamu tidak mau melakukannya disini."

"Bukan begitu sweetie. Sejujurnya saat aku menyentuh bibirmu, aku seperti kehilangan akal sehatku. Aku menginginkan lebih dari itu. Tapi kondisimu belum sepenuhnya pulih."

Raut wajah Amala berubah menjadi kecewa.

"Kita bisa melakukannya berulang kali saat kamu benar-benar sudah sehat. Daripada itu, kamu harus makan sekarang." Perintah Marvis.

Amala menggeleng. "Aku nggak mau, masakan rumah sakit rasanya hambar."

"Makan saja walau sedikit."

"Enggak, aku mau makan yang lain."

Marvis mengalah pria itu lalu mengambil ponselnya diatas nakas. "Oke, aku akan menelpon Varen untuk membawa makanan kesini."

Lagi-lagi Amala menggeleng. Apa yang di mau oleh istrinya?

"Aku mau kamu yang beli ya."

Marvis menarik nafas panjang. "Tapi aku harus pergi kekantor dan hari inipun aku harus meninjau pabrik."

Amala memanyunkan bibirnya dan bersedekap. "Aku mau kamu yang beli langsung kalau tidak aku tidak mau makan."

Marvispun mengalah, mood wanita hamil sering kali berubah-ubah. Apa ini yang dinamakan ngidam. "Oke oke biar aku yang beli." Pria itu keluar dari kamar Amala.

Satu jam lebih menunggu dengan rasa bosan akhirnya Marvis kembali kedalam kamar dengan membawa banyak kantung kresek yang ada di tangan kanan dan kirinya.

"Apa itu sayang ?"

Marvis menaruh semua itu keatas meja yang ada dikamar Amala. "Aku nggak tau, makanan apa yang mau, makanan apa yang kamu inginkan. Aku ingin menelponmu untuk bertanya tapi ternyata ponselku tertinggal disana." Tunjuknya pada nakas. "Jadi aku membeli semua makanan yang berada disepanjang jalan rumah sakit."

"Oh my god." Amala memekik ngeri. "Sayang kamu beneran beli semuanya?"

"Iya. Sekarang turun dari ranjang dan makanlah karena aku harus pergi. Sore nanti aku akan menjemputmu untuk pulang kerumah kita."

"Iya pergilah, aku akan makan nanti."

"Bukan nanti sweetie tapi sekarang." Marvis menggendong wanitanya turun dari ranjang.

Mau tak mau Amala harus memakan semua makanan itu. Marvis sudah susah payah membeli semua makanan itu dan Amala harus menghargai kerja keras suaminya.

***

Apa ada makanan yang kamu inginkan ?

Setelah Marvis mengirim pesan itu, kemudian dia berusaha mengembalikan fokusnya lagi tapi beberapa menit kemudian benda pipih itu kembali bergetar.

Mysweetie
Tidak ada.

Istrinya menjawab dengan kalimat yang sangat singkat padat dan jelas tapi pria itu malah terkekeh geli.

Kalau gitu apa ada sesuatu yang kamu inginkan?

Mysweetie
Tidak ada.

Sweetie, bisakah kamu mengetik sesuatu selain tidak ada.

Tiba-tiba layar ponsel Marvis berubah menjadi panggilan vidio dari istrinya.

"Ada satu, aku ingin makan burger dengan onion ring ditengahnya dan aku tidak mau ada mayonaise diburgerku."

"Hanya itu."

Amala mengangguk.

"Oke siap bos. Satu burger dengan onion ring dan tanpa mayonaise akan segera meluncur kesana."

"Cepatlah, sebelum aku berubah pikiran dan menginginkan yang lain."

"Iya sweetie, hanya tinggal satu berkas lagi dan aku akan segera menjemputmu."

"Aku menunggumu sayang." Ucapnya manja setelah itu mengakhiri panggilan vidio itu.

Dengan semangat yang menggebu-gebu pria itu langsung kembali fokus lagi pada berkas terakhir yang ada ditangannya tapi asistennya Varen masuk dan mengatakan sesuatu.

"Tuan, ada yang ingin bertemu dengan anda."

"Siapa?"

"Kakak anda, Tuan Janied."

Marvis yang tadinya sibuk dengan berkas yang ada ditangannya mendongak kearah pria yang sudah masuk kedalam ruangannya.

"Apa kabar adik ?" Sapa pria itu.

Suasana seketika menjadi canggung, mengingat hubungan terakhir kali mereka yang tidak baik waktu itu.

"Apa yang kamu lakukan di Indonesia. Bukankah seharusnya kamu berada di Paris."

"Pertama-tama tolong biarkan aku duduk." Pinta Janied.

Marvis tersenyum tipis berjalan kearah sofa. "Silakan duduk dan cepat katakan apa tujuanmu kemari karena aku tak punya banyak waktu untuk meladenimu." Ucapnya dingin.

"Aku datang ingin memberitahumu satu hal yang sangat penting."

"Apa itu berhubungan denganku? Apakah soal harta lagi?"

"Bukan itu. Ini tentang istrimu."

Marvis mulai tertarik dengan pembicaraan Janied jika memang ini menyangkut dengan istrinya.

"Violetta. Dia mantan kekasihmu kan."

"Ya benar. Apa hubungan dengan istriku."

"Beberapa hari yang lalu dia meneleponku, menawarkan kerja sama untuk mencelakai istrimu."

Marvis murka mendengar omong kosong yang dilontarkan kakaknya. Jelas saja, jika memang Vio mengajak kakaknya untuk mencelakai istrinya kenapa pria itu datang dan mengatakannya langsung pada Marvis.

"Aku tidak semudah itu percaya dengan perkataanmu."

"Terserah kamu mau percaya atau tidak tapi memang itulah faktanya."

"Jika Vio memintamu bekerja sama dengannya untuk apa kamu mengatakan hal itu padaku. Bukankah aku adikmu yang paling kau benci."

"Itu dulu, tetapi sekarang aku sadar. Kita berdua adalah sebuah keluarga, untuk apa saling membenci adik dan aku ingin memperbaiki hubunganku denganmu. Lalu awalnya aku tertarik dengan apa yang Vio tawarkan. Semua keuntungan itu terlihat menggiurkan."

Marvis tak sepenuhnya, bertahun-tahun Janied membencinya dan sekarang dia ingin memperbaiki hubungannya dengan Marvis. Itu terdengar mustahil. Marvis percaya pasti ada sesuatu yang di inginkan Janied.

"Keuntungan apa yang kau dapat."

"Pertama saham. Dia akan memberikan saham dari perusahaan ayahnya sebesar 20 persen. Lalu yang kedua perusahaan ini. Setelah dia bisa menyingkirkan istrimu dia berniat membiusmu dan membawamu keluar negeri dengan begitu perusahaan ini akan menjadi milikku."

Ck. Keparat ! Dia benar-benar wanita sinting.

"Lalu kenapa kau mengatakan semua itu padaku ? Apa maumu?" Jawab Marvis yang langsung to the point.

"Aku tidak menginginkan semua itu, aku hanya ingin saham dari perusahaanmu sebesar 60 persen dan aku akan membantumu menggagalkan rencana mantan kekasihmu itu."

Damn it ! Dugaannya benar. Tak mungkin Janied datang kemari tanpa menginginkan sesuatu.

Marvis menyeringai. "Tidak akan, aku tidak akan memberikannya kepadamu."

Suara dari ponselnya yang ada di atas meja kerjanya berdering. Marvis berdiri meninggalkan Janied, ternyata telepon itu dari pihak rumah sakit dimana istrinya dirawat.

"Halo.. "

"Halo pak Marvis. Tolong anda segera kerumah sakit, karena istri anda menghilang."





Kira-kira ada yang bisa nebak nggak Amala kemana ?

Ini tinggal dua sampai tiga part lagi udah tamat. Kalian maunya Sad ending atau Happy ending nih ?

Semua tergantung jawaban kalian dikomentar yaa.

Jangan lupa vote ⭐ &coment.

Continue Reading

You'll Also Like

551K 18K 57
Duda series#2 Jatuh cinta dengan mantan kakak ipar sendiri? Itulah yang dirasakan oleh Haira, bahkan dirinya mulai terjebak dengan duda tampan itu...
443K 19.8K 35
21+ Aku bisa menyentuh tubuhnya, tetapi tidak dengan hatinya? Brendon Nareswara kehilangan rasa terhadap cinta karena pengkhianatan sang kekasih, pri...
141K 3.9K 18
Menikahi berondong disaat status kita janda? Rasanya..... ada di cerita ini. #1 nakes 29/10/22 #1 ceritacinta 25/12/22 #1 suami 14/01/23