Stay Alive || Claazora Transm...

By waabee__

4.5M 615K 67K

(LENGKAP) Kiana putri Mahardika, seorang gadis berusia 18 tahun yang lumpuh sejak kecil dan memiliki penyaki... More

PROLOG
~1~
~2~
~3~
~4~
~5~
~6~
~7~
~8~
~9~
~10~
~11~
~12~
~13~
~14~
~15~
~16~
~17~
~18~
~19~
TOKOH
~20~
~21~
~22~
~23~
~24~
~25~
~26~
~27~
~28~
~29~
~30~
~31~
~32~
~33~
~34~
~35~
~37~
~38~
~39~
~40~
Baca!
Hallo Guyss^^
Open PO (09-30 September)
PO ke 2 (25 November- 15 Desember)
EPILOG

~36~

73.3K 10.8K 1.3K
By waabee__

Cerita ini asli imajinasi doang anjir, nggak ada hubungannya sama pengalaman hidup gue. Buset dah, pacaran aja gue kagak pernah😁

~Meski saudara tapi memiliki sifat berbeda~

~H a p p y R e a d i n g~

"Kayaknya bakalan ada bekasnya deh, Zey." Zora menghembuskan napas pelan.

    Zeynar sedang membantu melepaskan helm yang dipakai oleh Zora. Ia ikut melirik dahi Zora yang tertempel plester kecil untuk menutupi luka jahitannya.

"Nggak papa, tetap cantik,"

   Mereka kini berada di tempat parkir sekolah. Zora memasang topi hitam yang biasa dia pakai. Ia juga memakai cardigan hitamnya. Sedangkan Zeynar seperti biasanya, pemuda itu selalu memakai hoodie hitamnya jika berada di sekolah.

   Keduanya menjadi pusat perhatian dari siswa-siswi yang lain. Zeynar menggenggam tangan Zora dan melangkah menuju kelas Zora.

"Zeynar perutku merah-merah, apa di kamarmu itu ada serangga yang suka menggigit?"

   Ditengah perjalanan menuju kelasnya, Zora bertanya soal perutnya yang memerah. Sedangkan Zeynar mencoba mempertahankan wajah datarnya seakan tidak tau apa-apa.

"Mungkin saja, nanti aku periksa."

"Iya, mending kamu periksa, takutnya nanti kamu digigit juga,"

   Zeynar menggigit pipi bagian dalamnya, mencoba menahan senyumnya.

"Serangga sialan! Beraninya dia menggigitmu. Nanti ku cincang kalau ketemu serangganya, cuman aku yang bisa menggigit mu, tidak ada yang lain entah itu serangga atau apapun."

   Tidak terasa, keduanya telah sampai didepan kelas Zora. Zeynar langsung menyuruh Zora untuk masuk, setelah memastikan Zora aman, Zeynar langsung berbalik dan meninggalkan kelas Zora lalu pergi menuju kelasnya.

-----

    Ditengah perjalanan, di koridor yang menjadi penghubung antar kelas. Zeynar melihat Reno yang melangkah berlawanan arah dengannya. Mereka saling menatap dingin, Zeynar mengepalkan tangannya kuat. Ketika keduanya semakin dekat, Reno berhenti tepat disamping Zeynar yang juga ikut menghentikan langkahnya.

"Nggak usah sembunyi, apalagi lo berulah lagi. Karena kalau lo berulah, itu berarti kematian lo nggak akan lama lagi." Reno menarik sudut bibirnya, pemuda itu masih bisa mendengus remeh mendengar ancaman tersebut.

"Gue mungkin bakalan mati ditangan lo, tapi kita lihat saja nanti." Setelah mengatakan itu, Reno melanjutkan langkahnya meninggalkan Zeynar.

   Sedangkan Zeynar menggertakkan giginya marah, mata tajam pemuda itu berkilat marah. Tangannya sudah terkepal sejak tadi. Dalam pikirannya, dia bersumpah akan membunuh orang yang telah membunuh sahabatnya.

-----

   Setelah semua pelajaran berakhir, siswa siswi Hanstanta School ada yang langsung pulang, ada juga yang tidak. Karena sebagian dari mereka berkumpul di lapangan basket indoor.

   Karena di sana akan ada pertandingan persahabatan antara Hanstanta School dengan Alritma School. Terlihat tempat duduk penonton sudah terisi penuh, semuanya terlihat sangat antusias karena mereka bukan hanya ingin melihat pertandingannya tapi juga ingin melihat penampilan dari anggota club dance yang akan menari sebagai pembukaan sebelum dimulainya pertandingan.

    Zila dan anggota yang lainnya termasuk Zora sudah bersiap dipinggir lapangan bersama para pemain basket yang akan bertanding. Zila menyiapkan enam anggota termasuk dirinya, baju yang mereka pakai hampir sama dengan pemain basket, dipadukan dengan rok pendek berwarna hitam. Para anggota club dance terlihat sangat cantik bahkan mereka mendapat pujian dari murid-murid sekolah Alritma.

   Terlihat juga Ganjil yang menjadi salah satu pemain basket kini tengah mengatur para anggotanya. Sebagai ketua OSIS dia juga menjabat sebagai ketua basket. Anggota yang akan ikut bermain rata-rata berasal dari angkatan Ganjil.

   Pemuda itu sesekali melirik pada tempat duduk yang berada dipinggir lapangan yang diduduki oleh Kiara. Yah, gadis itu kini selalu berada disekitar Ganjil.

   Semua penonton langsung bersorak melihat Zila dan kawan-kawan yang sudah berada ditengah lapangan. Ada satu pemuda yang duduk disalah satu bangku penonton yang hanya menunjukkan wajah datarnya sambil melipat tangan didepan dada. Matanya tidak lepas dari sang kekasih, siapa lagi kalau bukan Zeynar Gian Hanstanta.

-----

   Setelah semua persiapan sudah siap. Tidak lama kemudian, musik dari salah satu girl grup asal Korea yaitu GFRIEND dengan lagu Navillera mulai terdengar. Sorakan semakin kencang ketika Zila dan teman-temannya memulai aksi dancenya.

   Zeynar berdecak malas, ia sedikit tidak suka dengan tatapan murid laki-laki yang menatap gadisnya dengan binar dimata mereka. Dia seakan tidak rela kecantikan Zora dilihat oleh pemuda lain. Zeynar seperti ingin marah, dia ingin semua ini segera berakhir.

"Club dance itu harus dihilangkan."

   Mata Zeynar berkilat tajam, orang-orang yang berada di sekitarnya merinding mendengar ucapannya barusan.

   Di tempat lain yaitu dipinggir lapangan juga terdapat anggota pemain basket dari sekolah Alritma school.Mereka juga ikut menyaksikan penampilan Zila dan kawan-kawan.

"Buset, murid cewek di sekolah ini pada cantik-cantik."

"Iya, apalagi yang ada ditengah itu, imut banget anjirr, gemes gue."

"Ooh, itu, kalau nggak salah namanya Claazora. Tuh cewek emang terkenal di sekolah ini."

"Ntar gue ajak kenalan ah,"

   Pemuda lainnya yang berada dibelakang dua orang yang sedang berbincang tadi langsung memegang pundak orang yang ingin berkenalan dengan Zora.

"Kalau lo nggak mau masuk rumah sakit. Gue saranin lo nggak usah lanjutin niat lo buat kenalan sama tuh cewek."

"Lah, emang kenapa?"

"Tuh cewek pacar Bos gue, Ketua Venomous." Dua pemuda tadi langsung melotot kaget, mereka kembali mengalihkan pandangan mereka pada Zora.

"Anjing! nggak jadi. Bisa-bisa gue koma seperti rumor yang gue dengar kalau Ketua Venomous itu punya sifat tempramen dan selalu buat musuhnya masuk rumah sakit bahkan sampai koma."

-----

"Semuanya masih dalam penyelidikan, Pak. Masalahnya anak bapak juga ikut dalam tawuran malam itu. Dan kami dari pihak kepolisian masih mencari siapa-siapa saja yang terlibat dalam tawuran tersebut."

   Ayah Reza jatuh terduduk di tempat duduk yang berada didepan ruangan anaknya yang tengah terbaring koma. Lelaki tua itu memijit kepalanya yang terasa pusing.

"Kalau begitu, kami permisi dulu pak!"

   Ayah Reza mengangguk lemah dan kedua polisi tadi berlalu begitu saja. Tuan Dadnandja itu menghela napas lelah, perasaannya campur aduk. Anak semata wayangnya kini terbaring koma dan pelaku yang membuat anaknya seperti itu masih belum tertangkap.

-----

   Di sebuah gedung besar tepatnya disalah satu ruangan yang bertuliskan bahwa ruangan tersebut adalah ruangan Sang CEO. Terdapat dua pria yang sedang membicarakan suatu hal.

"Kalau dia selalu membuat masalah seperti ini, lebih baik kita mengirimnya ke luar negri, Kak."

   Alix menghembuskan napasnya kasar, ia selalu dibuat pusing dengan kelakuan pewarisnya. Siapa lagi kalau bukan Zeynar, dia baru saja mendapatkan laporan bahwa anaknya itu terlibat lagi dalam sebuah tawuran dan putranya itu bertanggung jawab atas komanya anak dari keturunan Dadnandja.

"Nama dari pewaris utama semakin tercoreng karena ulah anakmu itu, kalau seperti ini terus lebih baik dia menyelesaikan pendidikannya di luar negri saja." Rian masih berusaha meyakinkan.

"Tenanglah Rian, itu semua masih bisa kita tutupi kan."

   Kali ini Rian yang menghela napas, "yah itu karena kekuasaan kakak. Tapi kalau dia berulah lebih dari ini lagi, sebaiknya kakak mempertimbangkan usulanku tadi."

"Ck, baiklah. Tapi Rian?"

"Iya, Kak?"

"Akan lebih baik kalau kamu jangan menceritakan masa laluku kepada anak-anakku atau kamu tidak akan mendapatkan libur dari pekerjaanmu."

   Rian memaksakan tawanya, "aku janji tidak akan menceritakannya lagi. Jangan mengancam seperti itulah, Kak. Aku juga butuh libur untuk mencari calon istriku nanti. Adikmu ini ingin berumahtangga juga, Kak."

   Alix memutar bola matanya malas, "keluar dari ruanganku!"

Rian mengangguk patuh, tapi sebelum keluar dari ruangan tersebut, ia sempat menanyakan sesuatu pada kakaknya itu.

"Apa kakak tidak ingin memiliki istri lagi?"

"Keluar!!!"

   Rian tersentak dan segera keluar, sebelum mendapatkan amukan dari kakaknya itu.

-----

   Para anggota club dance menyelesaikan tampilan mereka dengan sempurna, Zila dan teman-temannya mendapatkan sorakan dan tepukan tangan yang sangat meriah. Zora yang melihat itu semua tersenyum senang, rasanya sangat membahagiakan memperlihatkan bakat sendiri ke semua orang.

   Cici yang berada dipinggir lapangan dan menjadi salah satu pengurus berjalannya kegiatan ini tersenyum bangga pada Zora. Gadis berpenampilan cupu itu memberikan dua jempolnya pada Zora dan Zora membalasnya dengan menunjukkan jempolnya juga.

   Zila dan kawan-kawan menepi dipinggir lapangan yang sudah disediakan tempat duduk untuk mereka istrahat. Sedangkan pertandingan bola basket akan segera dimulai.

   Zora tidak sengaja melirik Kiara yang duduk disalah satu bangku yang disiapkan. Gadis itu berniat mendekati Kiara dan duduk disampingnya. Kiara menyadari itu dan dia langsung bergeser agar tidak terlalu dekat dengan Zora.

"Kiara,"

"Lo sama pacar monster lo itu nggak usah dekat-dekat sama gue!" Ketus Kiara tanpa melihat ke arah Zora.

"Wajar Zeynar marah sama kamu, Kiara. Dia kehilangan sahabatnya." Kiara langsung menoleh pada Zora.

"Memangnya cuman dia yang merasa kehilangan? Gue pacarnya, gue juga merasa kehilangan. Pacar gue mati tepat di depan gue. Lo nggak mikir gimana perasaan gue juga?" Kiara mencoba menahan tangisnya.

   Zora menatap sendu Kiara, "lalu kenapa kamu selingkuh dari Ben, Kiara?"

"Itu lagi, itu lagi. Gue udah ngaku salah sama Ben, gue juga udah minta maaf sama dia. Tapi walaupun gue nggak selingkuh sama Reno, laki-laki brengsek itu bakal tetap ngincar Ben."

"Kiara, kenapa kamu tidak mengakui kesalahanmu tanpa kata tapi! Perselingkuhanmu memperburuk semuanya Kiara!"

"Terus lo mau apa!!?" Kiara ikut meninggikan nada suaranya. Hal itu membuat Zila dan yang lainnya menoleh ke arah mereka.

"Minta maaf dengan benar pada Zeynar sama teman-temannya. Ini juga demi kebaikanmu, Kiara."

   Zora bangkit dari duduknya, ia melirik Zeynar yang duduk disalah satu bangku penonton. Pemuda itu sejak tadi memperhatikan Zora dan Kiara.

"Lo kira hubungan lo sama pacar lo itu bakal berjalan mulus? Cowok lo bisa saja terpesona sama cewek lain atau lo yang bisa saja jatuh cinta sama laki-laki lain. Nggak ada yang tau seperti apa kedepannya nanti."

   Ekspresi Zora berubah, ia sedikit tidak suka dengan perkataan Kiara. Zora tidak menyangka Kiara akan mengatakan hal seperti itu. Rasanya Zora ingin marah tapi dia bisa menahannya.

"Sebelum kehidupan ini mungkin saja kita adalah saudara, tapi jangan samakan aku denganmu Kiara, kita berbeda. Kami saling percaya dan apa yang kamu bicarakan tadi tidak akan pernah terjadi." Setelah mengatakan itu, Zora langsung pergi meninggalkan Kiara yang terdiam.

-----

   Zora datang menghampiri Zeynar dan duduk disamping kekasihnya itu. Zeynar tanpa pikir panjang langsung meraih jemari mungil Zora lalu menggenggamnya erat.

"Mau langsung pulang?"

"Aku masih mau nonton pertandingannya," Zeynar mengangguk mengerti, keduanya mengalihkan pandangannya ke arah lapangan.

"Tadi kamu nonton penampilan kita kan? Gimana? Bagus kan?" Zora menantikan respon Zeynar.

"Hm, lumayan,"

"Kok jutek banget."

   Zeynar menghela napas kasar, "aku suka melihatmu tapi tidak suka dengan orang lain yang ikut memperhatikanmu."

   Zora sedikit meringis mendengarnya, sepertinya Zeynar tengah cemburu. Gadis itu berdehem kecil. Karena terlalu sibuk berbincang, keduanya tidak sadar dengan lemparan bola basket yang mengarah tepat ke arah Zora.

"Zora awas!!" Teriak Ganjil dari arah lapangan.

   Zeynar langsung menoleh begitupun dengan Zora. Gadis itu sudah memejamkan matanya karena bola basket yang mengarah kepadanya. Tapi setelah beberapa detik dia tidak merasakan apapun. Zora dapat mendengar suara penonton yang menghela napas lega. Gadis itu membuka pejaman matanya secara perlahan ingin melihat apa yang terjadi.

   Zeynar menatap tajam seseorang yang berdiri di depan Zora, orang itu yang menangkis bola basket yang hampir mengenai kepala Zora. Dia adalah Rendra.

"Lo nggak papa, kan?" Tanya Rendra pada Zora.

   Sedangkan Zora hanya bisa mengangguk, ia melirik Zeynar yang kini mengeluarkan aura yang berbeda seperti tidak suka dengan kehadiran Rendra.

"Perhatiin sama sekitar lo, Bro. Jangan sampai kecolongan." Rendra pergi dari hadapan Zora dan juga Zeynar.

   Zeynar mengepalkan tangannya, ia melirik tajam punggung Rendra yang menjauh.

-----

   Di rumah sakit, kali ini Ginan mendapatkan sebuah paket berupa kotak hitam. Ginan menatap bingung kotak hitam yang tidak terlalu besar di depannya.

   Pemuda dengan satu tangan yang digips tersebut membuka perlahan kotak hitam tersebut. Ia penasaran dengan isinya. Mata Ginan melebar setelah berhasil membukanya dan melihat apa isinya.

Pistol?

   Dengan tangan yang gemetar iya meraih pistol tersebut. Ini benar-benar sebuah pistol dan itu asli. Ginan kembali melirik isi kotaknya yang ternyata ada sebuah surat di sana. Ginan langsung meletakkan kembali pistol tadi dan mengambil suratnya.

~Nyawa harus dibalas nyawa kan? Jika adikmu yang mati berarti adiknya juga harus mati~

.
.
.
.
.
Next Chapter 37

Kita sudahi dulu yang manis, bersiaplah untuk hal yang mungkin saja sedikit menegangkan 🌚

Continue Reading

You'll Also Like

552K 26.9K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
1.3M 120K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
849K 64.2K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.5M 28.6K 12
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...