Riana - Lepaskan Tali di Lehe...

By Ramdan_Nahdi

179K 15.4K 769

Sebuah kos-kosan berubah menjadi angker, saat salah satu penghuni melakukan bunuh diri. Namanya, Riana. Entah... More

Lepaskan Tali di Leher
Riana Mengikutiku
Kamar Petra
Mbak Cici
Kronologi Penemuan Jenazah
Sesak
Rencana Pengajian
Tali Yang Masih Tergantung
Sebelum Ada Korban Lain
Dapur
Riana Mengincar Petra
Alasan Riana
Do or Drink
Membersihkan Kamar Riana
Tali Tambang
Pesugihan Tali Gantung

Pergi ke Masjid Kampus

9.1K 836 19
By Ramdan_Nahdi

Tercium aroma minyak kayu putih. Diikuti rasa panas di sekitar hidung. Kesadaranku berangsur pulih, lalu membuka mata.

"Bal, lu gak apa-apa?" tanya Supri.

"Gua di mana?" Sepertinya ini bukan kamarku ataupun Petra.

"Di kamar Supri," sahut Petra.

Tidak hanya Supri dan Petra. Di kamar ada juga Mas Ilham dan Farel. "Kan kemaren gua dah bilang, ati-ati ketemu yang nyamar. Eh kejadian," ucap Mas Ilham.

"Minum dulu, Bal." Supri memberiku segelas air. "Gua juga sempet kena, tapi gak separah lu," imbuhnya.

Supri sedikit beruntung, Riana menyamar jadi Mbak Cici saat siang hari. "Waktu itu gua lagi mau ambil minuman di kulkas. Eh ketemu Mbak Cici lagi berdiri di depan kompor. Dipanggil diem aja. Gua perhatiin kompor juga gak nyala.

Gua positif thinking aja, mungkin Mbak Cici lagi males ngobrol. Jadi abis ambil minuman, gua langsung balik ke kamar. Pas di kamar, gua cek grup WA. Ternyata Mbak Cici lagi gak ada di kosan," ucap Supri.

Aku hanya diam saja, tak merespon cerita Supri. Masih syok dengan kejadian tadi.

"Bal?" Petra melambaikan tangan di depan wajahku. "Itu tangan lu sakit, gak?" tanyanya sambil menatap tangan kiriku, yang tadi dijilat Riana.

Aku melihat punggung tangan, terlihat ada bekas luka lebam berwarna biru. Kucoba menekannya, ternyata tidak terasa sakit sama sekali. "Nggak sakit, Pet," sahutku.

"Bener kata orang tua dulu. Kalau pas bangun tidur tiba-tiba ada luka lebam, berarti habis dijilatin setan," ucap Farel.

"Ah itu kebetulan doang kali, Rel," sahut Mas Ilham.

"Saya sama Supri liat sendiri kok. Riana lagi jilat-jilatin tangan Iqbal. Bener, kan, Bal?" timpal Petra.

Aku mengangguk.

"Yaudah, lain kali hati-hati. Kalau dirasa mencurigakan, jangan dideketin." Mas Ilham pamit, kembali ke kamarnya, disusul Farel.

"Terus sekarang kita ngapain?" tanya Supri.

"Mending kabur ke kampus, yuk!" usul Petra. "Gimana, Bal? Lu diem aja daritadi," imbuhnya.

"Percuma, Pet. Dia bakal terus ngejer gua, mau sembunyi di mana pun," sahutku.

"Gimana kalau ke masjid kampus aja?" usul Supri.

"Nah ide bagus tuh!" Petra tampak setuju.

"Lu berdua mau nemenin gua?" tanyaku.

"Boleh," sahut keduanya kompak.

"Lagian, gua takut juga malem ini tidur di kosan," imbuh Supri.

"Bener, apalagi abis ngeliat kejadian tadi. Hiy, gua masih merinding banget. Serem banget!" timpal Petra.

"Yuk, siap-siap!" Supri mengambil jaket dan tas selempang.

"Temenin gua dong," ucapku.

Supri dan Petra menemaniku ke kamar. Setelah itu, kami pergi ke kamar Petra dan menuju kampus.

__________

"Lu jalannya lambat amat, Pet," tegurku.

"Kekenyangan gua, Bal," sahutnya.

"Lagian tadi makan banyak banget sih."

"Kan, di deket masjid gak ada yang jual makanan."

Kami berjalan menyusuri jalan utama kampus. Ditemani lampu jalan berwarna kuning. "Pet, lu gak diomelin tidur di masjid?" tanya Supri.

"Santai aja. Soalnya kondisi darurat," sahut Petra. Aku baru ingat kalau ia bukan muslim. "Boleh, kan, Bal?" tanyanya.

"Boleh, kayanya," sahutku.

Di hadapan kami sudah ada danau kampus. "Mau ngeliling apa lewat danau?" tanya Supri yang berjalan paling depan.

Sebenarnya, lebih dekat melewati danau dibandingkan harus memutar melewati gedung Fakultas Ekonomi. Namun, perasaan ini mengatakan untuk mengambil jalan memutar.

"Lewat Fakultas Ekonomi aja," sahutku.

"Setuju gua. Setidaknya lewat sana lebih terang dibanding lewat pinggir danau. Kalau tiba-tiba ada si Nganu, bisa bahaya," timpal Petra.

"Oke." Supri berbelok ke arah gedung Fakultas Ekonomi.

Kami melangkah dengan cepat, melalui ruangan kelas yang kosong dan gelap. Beruntung, semua lampu koridornya dinyalakan.

Supri menghentikan langkah. Sontak aku dan Petra yang berjalan di belakangnya ikut menghentikan langkah. "Ada apa, Pri?" tanya Petra.

"Bukannya di samping kiri itu gedung Fakultas Manajemen?" tanya Supri.

"Iya, terus?"

"Kemaren Mbak Cici kecelakaan deket sana, kan?"

"Stop! Nggak usah bahas di sini! Mending sekarang buruan ke Mesjid," selaku, karena takut kalau percakapan itu akan mengundang kehadiran Riana.

"Bener juga kata si Iqbal. Lu jangan mancing-mancing, Pri!" sahut Petra.

Kami pun melanjutkan perjalanan. Kini hanya tinggal satu belokan saja, masjid kampus sudah langsung terlihat. Setelah berbelok, kami di hadapkan dengan jalan lurus, dengan pepohonan di kanan dan kiri.

Supri mempercepat langkah. Spontan, aku dan Petra pun menyusulnya, hingga kami berjalan sejajar. Tak ada sedikitpun obrolan. Fokus menatap Masjid Kampus yang sudah semakin dekat.

Srek! Srek!

Terdengar bunyi gesekan antara dedaunan. Padahal aku tidak merasakan ada angin yang berhembus. Tak ada satupun dari kami yang berani mengecek sumber suara itu.

"Lu nyium sesuatu, gak?" tanya Petra.

"Kagak. Dah buruan jalannya! Gua udah merinding," sahutku, semakin mempercepat langkah.

"Bal," panggil Suara yang entah berasal dari mana.

"Lu denger, gak?" tanya Petra.

"Denger!" sahutku dan Supri bersamaan. Lalu, kami pun berlari kencang.

"Bal, itu depan apaan!" teriak Supri yang berlari paling depan.

Aku melihat ada kain putih yang melayang-layang di salah satu pohon, di ujung jalan. Semakin mendekat, bentuknya semakin jelas.

"RIANA!" teriak Supri, lalu berlari sangat kencang.

Jelas sekali itu memang Riana. Ia sedang memperagakan adegan gantung diri di salah satu batang pohon. Sambil tertawa cekikikan dan bergerak tak beraturan.

HUA!

Aku dan Petra pun berlari sekuat tenaga, mengejar Supri. Hingga kami tiba di area Masjid Kampus. Lalu, merebahkan diri di pelataran, sambil mengatur napas.

"Asli serem banget!" ucap Petra.

"Iya. Bisa-bisanya dia ketawa sambil gelantungan," sahut Supri.

"Sebenernya lu ada masalah apa sih sama dia, Bal?" tanya Petra.

Lagi-lagi pertanyaan itu! Rasanya lelah sekali harus menjawab pertanyaan yang sama berulang kali. Padahal, aku sendiri pun tak tau alasan Riana terus mengikutiku.

Aku sangat yakin tak pernah ada masalah dengannya. Hubungan kami pun tidak begitu dekat. Bahkan malam sebelum ia gantung diri, itu pertama kalinya aku makan dengannya.

"Bal?" panggil Supri.

"Oit," sahutku. "Gua juga gak tau kenapa dia ngikutin gua terus!"

"Jangan-jangan dia suka sama lu?" terka Petra.

"Kayanya begitu," timpal Supri.

"Kalau dia beneran suka sama gua. Harusnya gak ganggu gua terus. Biarin gua hidup tenang," balasku, seraya bangkit. Lalu berjalan ke arah kamar mandi.

"Mau ke mana lu?" tanya Petra.

"Kencing!" sahutku.

BERSAMBUNG

Continue Reading

You'll Also Like

369K 3.3K 18
18++ Bukan konsumsi anak2 Sekian lama menjanda, kau mendapatkan kabar jika ibumu akan menikah. Mungkin bagi sebagian anak. Ia akan bahagia. Namun tid...
89.2K 7.3K 87
[COMPLETED] Kematian seorang Guru di SMP GENTAWIRA membawa Zuna dan Diana kembali ke sekolah lama mereka. Awalnya hanya Zuna yang ditugaskan untuk me...
36.8K 1.5K 36
Cerita ini menceritakan aku , teman - temanku, serta kekasihku yang melakukan pendakian. Pendakian kali ini hanya untuk hiburan, tapi karena kecerobo...
25.5K 736 40
•BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA• Setelah meninggalkan tempat dirinya di lahirkan, Erlang pergi nge-kost. Tidak di sangka juga, Tetangga nya adala...