MENTARI

By lalatsampah

499 145 121

[BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SETIAP CHAPTERNYA Ini adalah kisah seorang gadi... More

01.
02.
03.
04.
05.
06.
07.
08.
09.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.

19.

6 3 0
By lalatsampah

Mentari mengerjapkan matanya perlahan, ia melihat sekelilingnya dengan tatapan heran. Seingatnya tadi ia sedang melawan para penjahat, mengapa sekarang sudah berada di ruangan serba putih dengan aroma obat yang sangat menyengat.

Seketika ia mencari tahu siapa yang telah membawanya ke tempat ini, ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan namun tak menemukan siapapun.

Ia mencoba bangkit, namun seketika tengkuknya terasa begitu nyeri pun dengan dadanya, alhasil Mentari mengurungkan niatnya.

Saat sedang berusaha menjangkau handphone yang berada di nakas, tiba-tiba pintu terbuka dan menampilkan seseorang yang tidak asing bagi Mentari, 'Alpha?'

'Mengapa bisa laki-laki itu berada disini? siapa yang memanggilnya?' Seketika benak Mentari di penuhi banyak pertanyaan, namun semua di buyarkan oleh Alpha dengan suara bariton yang terdengar menginterupsi Mentari.

"Makan!"

Mendengar itu ada perasaan hangat berdesir di hati Mentari, ia merasa senang karena Alpha memberikan sedikit perhatian pada dirinya.

Seakan tau yang di dipikiran Mentari, Alpha dengan cepat kembali mengeluarkan suarnya. "Ga usah geer," ujarnya tegas.

Lalu dengan manja Mentari mengerjakan mata dan berseru lirih, "cuapin."

Alpha yang mendengar hal itu seketika berdebar tak karuan, jantungnya seperti ingin melompat.  Sungguh Mentari sangat imut jika seperti ini, bisa-bisa Alpha mati di tempat jika terus seperti ini.

Namun untuk menjaga segenap harkat dan martabat nya, Alpha justru meninggalkan Mentari begitu saja.  Bukan tanpa alasan, namun berdekatan dengan Mentari sungguh sangat tidak di sarankan, apalagi setelah melihat ekspresinya tadi.  Huuft.

Mentari yang melihat hal itupun langsung murung. Apa salahnya menyuapinya makan.  Lagi pula ia memang tidak bisa duduk, bagaimana ingin makan sendiri?

Tidak berselang lama pintu ruangan Mentari kembali terbuka, kali ini bukan Alpha melainkan ketiga sahabatnya dan bik Surti yang datang.

Bik Surti dan Farah yang notabenya adalah perempuan sedikit lebay, langsung berjalan menghampiri Mentari, dan melontarkan berbagai pertanyaan tidak penting pada Mentari.

"Ri, alis lo sakit ga?"

"Non ada yang hilang?"

"Lo ga amnesia kan Ri?"

"Non Tari amnesia?"

"Kaki lo butuh di amputasi ga sih?"

"Kenapa harus di penggal?"

Sementara Rangga dan Jonathan serta Mentari hanya mampu tersenyum pasrah dengan sesekali mengelus dada.

Sunggu sangat akward kelakuan kedua perempuan cantik ini.

Mentari yang sedikit prihatin akan kekhawatiran bik Surti pun mengeluarkan suara, "ga ada buk. Tari gapapa.  Alis tari juga ga sakit, cuma yang sakit ini aja," ujarnya tersenyum jahil sambil menunjuk dadanya dramatis.

Bukan bik Surti, malah sekarang Farah yang heboh, "jantung lo bocor Ri?"

"Lo serius Ri, jangan bikin gue takut," ujarnya lagi dengan tatapan penuh khawatir.

"Kaga ege gue cuma bercanda doang tai," kesal Mentari atas kealayan sahabatnya ini.  Sungguh mengapa Mentari bersahabat dengan makhluk astral seperti ini.

Setelah perbincangan panjang yang mereka berlima lakukan, Rangga pun mendekati Mentari secara pribadi.  Ia duduk di sisi brangkar Mentari sambil mengelus surai coklat sahabatnya itu. "Ada yang sakit ga?" Ujarnya pelan dengan tatapan khawatir.

"Ga ada kok, gue baik-baik aja.  Gausah khawatir," balas Mentari lembut sambil memejamkan mata menikmati elusan Rangga.

Dan tanpa mereka semua sadari, di luar sana ada Alpha yang menyaksikan interaksi antara Rangga dan Mentari, membuatnya mengurungkan niat untuk masuk kedalam.

Ia lebih memilih menunggu di luar sampai mereka berempat keluar.  Ada sedikit perasaan sesak saat melihat Mentari dan rangga sedekat itu. 'ya sedikit.'

Sambil menunggu, Alpha pun memutuskan untuk tidur di luar.

Sementara di dalam sana mereka berlima kembali berbincang hangat sampai sore menjelang.

Hingga tiba dimana Rangga menepuk pundak Alpha, berniat membangunkan laki-laki itu sambil memberi tahu bahwa ia, bik Surti, serta kedua sahabatnya akan pulang sebentar.

Setelah sedikit berbincang akhirnya mereka pulang, dan Alpha pun langsung masuk kedalam ruangan Mentari.

"Maaf," ujar Mentari tanpa rasa penyesalan.

Entah untuk apa maafnya itu, namun Alpha mengabaikan dan fokus pada kegiatannya, mengemas perlengkapan sekolah yang sempat ia letakkan di atas meja dekat dengan ranjang Mentari.

Tadi ia sempat belajar sekaligus menjaga Mentari yang belum siuman.

"Kenapa lo bisa ada disini," tanya Mentari, mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi ia coba tahan.

"Gue liat lo ga sadarkan diri, dan mau di bawa sama beberapa cowo di jalanan.  Karena gue punya rasa kemanusiaan jadi gue tolong. Daripada si murahan makin keliatan ga berharga nantinya," jawabnya dengan sedikit penghinaan di akhir.

"Oke, thanks udah nolongin gue.  Maaf kelakuan gue tadi pagi terkesan murahan di mata lo," sesal Mentari di akhir kalimatnya.

"Ga masalah, gue pulang dulu," pamit Alpha pada Mentari.

Dengan sedikit ke tidak relaan, Mentari menawarkan sesuatu pada Alpha. "Ga niat jagain gue sampe Rangga Dateng?"

Alpha yang mendengar itu langsung menoleh menatap Mentari, ada sedikit rasa prihatin.  Namun ia takut bundanya akan khawatir jika ia belum pulang hingga sore begini.

"Bunda nyariin gue," jawabnya singkat dan langsung keluar dari ruangan Mentari, sementara itu Mentari hanya menatap sendu punggung Alpha yang mulai menjauh dari padannya.

🍃🍃🍃

"Ayo makan Ri," ajak Rangga pada Mentari yang di tanggapi dengan girang oleh gadis itu.

Melihat Mentari girang seperti ini membuat perasaan Rangga menghangat, ia teringat akan hal-hal dimasa lalu, saat belum ada kesedihan di mata gadis itu. 

Rangga pun menyuapi Mentari dengan bersemangat, sementara di sudut ruangan itu  terdapat Jonathan dan Farah yang tidur lelap.

Mereka tertidur ketika perdebatan tidak penting yang mereka lakukan usai.

"Ri, bener ga ada yang sakit?" Tanya Rangga memastikan lagi, ia takut sahabatnya ini menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ga ada Angga, gue udah baik-baik aja besok juga bisa pulang," jawabnya meyakinkan perasaan Rangga yang sangat khawatir.

Setelah itu Rangga pun kembali menyuapi Mentari hingga makanan nya habis tak bersisa.

Setelah selesai makan detik itu juga pintu terbuka menampakkan seorang wanita cantik berjalan mendekati Mentari, ia adalah Devina ibu Mentari.

"Sayang maafin mama, mama ga bisa jenguk kamu cepet, mama baru pulang sayang," ujarnya yang sama sekali tak di hiraukan oleh Mentari.

"Keluar ma," jawabannya dengan suara bergetar.  Devina hanya akan menambah luka jika berdekatan dengan Mentari seperti ini.

"Ri," desis Rangga pelan berniat menasehati sahabatnya ini.

Namun, kali ini Devina tidak ingin kalah, ia malah mendekat ke arah Mentari.  Mengelus surai coklat putrinya itu sambil berkata, "mama tau kamu kecewa sama mama, maafin mama.  Mama gabisa bantah papa," terangnya mencoba memberi pengertian padan Mentari nya ini.

Mentari hanya diam tidak menanggapi ucapan Devina, sampai dimana Devina mengecup pelan kening putrinya.

Mentari kembali berdesis samar, "keluar ma."

Dengan air yang menggenang di pelupuk matanya, Devina menggeleng pelan tanda tak mau.

Continue Reading

You'll Also Like

835K 63.3K 31
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
255K 11.7K 17
Level tertinggi dalam cinta adalah ketika kamu melihat seseorang dengan keadaan terburuknya dan tetap memutuskan untuk mencintainya. -𝓽𝓾𝓵𝓲𝓼𝓪𝓷�...
495K 18.6K 33
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...