FLORA

Af dianakrismaya

174K 9.5K 183

⚠️ ⚠️ Terdapat kata - kata kasar dan Kekerasan. 🙏🏻 Follow sebelum baca Diharapkan Voted dan Comment setela... Mere

Prolog
CAST
BAB 1 : GADIS MALANG
BAB 2 : KELUARGA JONSHON
BAB 3 : MAXIMILLAN
Bab 4 : MY SWEET FIANCE
Bab 5 : FLORA
BAB 6 : AYAH
Bab 7 : TOXIC
Bab 8 : KASUS BULLYING
BAB 9 : KEADILAN
BAB 10 : CURIGA
BAB 11 : KELUARGA SMITH
BAB 12 : FEAR OF GOD
BAB 13 : GO HOME
Bab 15 : DATE
BAB 16 : KEJUTAN
Bab 17 : BERTUKAR JIWA
BAB 18 : KEHIDUPAN BARU
BAB 19 : MURID BARU
BAB 20 : KENANGAN
BAB 21 : MISI KITA
BAB 22 : MENJALANKAN
BAB 23 : KEMBALI KE RUMAH
BAB 24 : KALISTA
BAB 25 : FLORA ATAU JESSICA
BAB 26 : GOYAH
BAB 27 : PERASAAN BERSALAH
BAB 28 : BAHAGIANYA
BAB 29 : MULAI LAGI
BAB 30 : TERBONGKAR
BAB 31 : KETAHUAN
BAB 32 : MISI PERTAMA
BAB 33 : MERASAKAN
BAB 34 : MAKIN DEKAT
BAB 35 : SEBUAH DENDAM
BAB 36 : BENCI
BAB 37 : SAUDARA?
BAB 38 : MENEMUI KALISTA
BAB 39 : TEROR
BAB 40 : MEMBAHAS TEROR
BAB 41 : WAJAH ASLI KALISTA
BAB 42 : DALAM BAHAYA
BAB 43 : SI TUA BANGKA SIALAN
BAB 44 : MISI SELESAI
BAB 45 : TERLANJUR TERLUKA
BAB 46 : FLORA
BAB 47 : SUDAH KEMBALI PULIH
BAB 48 : TEMAN BARU
BAB 49 : TAK MENYANGKA
BAB 50 : MAAF KARENA EGOIS
BAB 51 : KELUARGA SEUTUHNYA

BAB 14 : RASA SAKIT

4.1K 292 1
Af dianakrismaya

Selamat Membaca ~~

.
.
.
.
.




Hari senin adalah hari yang paling tak disukai murid Jonshon internasional school. Karena di hari senin mereka masuk pukul 7 pagi, lebih pagi dari biasanya karena akan mengadakan upacara bendera.

Flora sedang mematut dirinya dikaca, wajah sembab dan pucatnya sudah berubah menjadi berseri, ya Flora bertekad untuk seminggu ini menyelesaikan misinya.

Lagi pula Max sudah kembali dari Amerika, lelaki itu selalu menghubunginya setiap malam hanya untuk menanyakan kabar, entahlah Flora bahkan sudah merasa lelah menjawabnya.

Tok tok tok

Flora menoleh ke sumber suara, dirinya yakin bahwa ini adalah Maid pengantar sarapan.

Ceklek.

Perkiraan Flora salah yang berada di depan pintu kamar nya adalah El. Kakak keduanya dengan wajah tengil memandangnya datar.

"Disuruh Ayah ke bawah."

"Ngapain?" Bukannya langsung menurut Flora malah bertanya.

"Banyak tanyak lo! Tinggal turun ribet amat. Buru, gue gak suka nunggu." Ketus El kemudian berjalan ke arah lift, Flora yang melihat Kakaknya menuju lift ikut berlari berdiri disamping El.

Selama di dalam lift Flora sesekali melirik El yang mempunyai tampang seperti bad boy - bad boy sekolah, tapi Flora tau bahwa El itu penyayang. Banyak hal yang di ketahui Flora bahwa kakaknya satu ini terkadang merespon keberadaannya di keluarga ini.

"Terimakasih Bang El." Ucap Flora dalam hati.

Setelah sampai diruang makan, Flora tampak kikuk melihat tatapan Evan, Gavin dan Ed di meja makan.

Mereka bertiga tampak seperti hendak mengulitinya, sedangkan El sudah duduk di kursinya seperti biasa.

"Duduklah!"

"Ayah?" Flora merasa senang, hari ini Ayahnya mengizinkannya untuk ikut sarapan bersama. Entah ada angin apa dan semalam dirinya bermimpi apa, setahu Flora ia tak memimpikan apa - apa.

Para Maid memberikan potongan roti tawar yang sudah di panggang di masing - masing piring, namun untuk isian sendiri mereka membuatnya sendiri, dimeja terdapat berbagai macam selai.

Flora masih berbengong mendapati kesempatan langkah ini, dirinya hampir tidak pernah merasakan enaknya makan bersama. Terakhir saat usianya tiga belas tahun, itupun karena keluarga Max datang untuk melamarnya.

Entah kenapa Evan mengambil roti milik Flora dan tanpa bicara memoleskan selai coklat di roti gadis itu. Sebenarnya Evan juga tak mengerti tapi saat melihat binar di wajah putrinya membuat tangannya bergerak dengan sendirinya memoleskan selai di roti milik Flora.

"Terima kasih Ayah." Ucap Flora senang kemudiab dengan cepat mengunyah roti tersebut, Margaret yang ada disisi ruangan terkejut lantaran Nonanya langsung memakan roti itu tanpa berpikir lagi.

Jantung Evan berdetak tak karuan saat putrinya mengatakan hal seperti itu sesenang ini, hati nya merasa sakit dan juga sesak. Sesenang itukah? Sama halnya dengan ketiga Kakaknya. Mereka merasa momen ini mengandung sesuatu yang membuat degub jantung menjadi tak karuan. Senyum adiknya terasa asing dan menyakitkan.

Setelah menghabiskan sarapannya Flora langsung meminum susu coklat yang ada di depannya. Flora tau Kakaknya semua menyukai susu coklat, hanya dirinya yang tak suka tapi apa boleh buat ia harus berpura - pura menyukainya karena moment ini adalah kesempatan yang langkah untuknya.

"Ehem.." Evan berdehem sebentar sebelum memulai berbicara, semua mata seketika memandang laki - laki itu.

"Ayah disini ingin menyampaikan sesuatu. Hari sabtu malam minggu depan akan diadakan acara ulang tahun perusahan sekaligus ulang tahun Ayah." Mereka mengangguk mendengar perkataan Evan, lelaki paruh baya itu menatap satu persatu anak - anaknya, dan kali ini menatap Flora dengan datarnya kemudian berucap yang sukses membuat Flora terdiam membeku.

"Untuk Flora, seperti biasa kamu harus tinggal di loteng setelah pulang dari sekolah sampai acara Ayah selesai. "

"Acaranya dirumah Yah?"  Evan mengangguk menjawab pertayaan El. Remaja lelaki itu kemudian mengerti lalu melanjutkan mengunyah roti selai strawberrynya.

"Kenapa Ayah?"

Evan menaikkan satu alisnya mendengar pertanyaan Flora. "Kenapa? Bukan kah sudah sering kali saya katakan padamu alasannya."

"Ayah, Flora juga ingin di akui."

"Sudahlah Flora jangan bikin keributan di pagi hari." Celah Gavin memandang Flora tajam.

Wajah gadis itu tampak memerah, entah kenapa sangat merah tak seperti saat baru tiba tadi.
"Apa Flora masih gak di harapkan di keluarga ini?"

"Kamu sudah tau jawabannya Flora." Geram Ed saat mendengar nada senduh adiknya, Lelaki itu paling anti jika sarapannya di ganggu dan yang rutin sekali membuat keributan itu gadis disebelahnya ini.

"Ayah! Flora mau tanya emang salah Flora terlahir ke dunia?" Ucap Flora dengan nada bergetar, suaranya tercekat karena menahan tangis.

"Diamlah!" Desis Ed sekali lagi sembari menarik tangan adiknya agar tak menghadap Ayah mereka.

Evan hanya diam memandang dingin wajah Flora. "Jangan kamu kira saya mengundang kamu sarapan pagi ini karena kami menganggap dirimu Flora!"

"Trus untuk apa Ayah berlaku baik sama Flo tadi??" Tuntut Flora dengan tangisannya, airmatanya tak berhenti keluar. Bahkan dirinya sudah mengelap berulang kali menggunakan bahu tangannya.

"Saya tidak tau!" Jawab Evan sembari membuabg mukanya.

"AYAH JAHAT, AYAH EGOIS!! HANYA GARA - GARA EGO AYAH AKU SEPERTI INI!"

"FLORA!!"

"KALIAN SEMUA JAHAT!! KENAPA FLO DIPERLAKUKAN SEPERTI INI, FLO BAHKAN GAK TAU JIKA IBU BERTARUH DENGAN NYAWANYA DEMI MELAHIRKAN FLO, KALAU BISA MEMILIH PUN FLORA TIDAK INGIN DI LAHIRKAN DI KELUARGA INI!" Teriak Flora lantang yang lansung di beri tamparan keras dari Evan, gadis itu langsung terjerembab ke bawah lantai sangking kerasnya pria yang ia sebut Ayah itu memukulnya. Untuk pertama kali Evan kehilangan kendali.

Plak

Prang

Piring yang ada di hadapan Flora tadi juga ikut terjatuh lantaran senggolan tangan Flora. Tubuhnya gemetar menahan peri dan juga sakit  apalagi sekarang kulitnya terasa seperti terbakar. Ia terlalu berharap, sampai kapanpun keluarganya tak pernah menganggapnya ada, meskipun pagi ini begitu manis bagi Flora tapi Ayahnya tidak tau bahwa Flora alergi coklat. Ia rasa Ayahnya seakan membunuhnya pelan - pelan.

Rasa peri dan juga panas membuat Flora merasa pening, darah segar tiba - tiba mengalir dari lubang hidungnya. Rasa hangat dan besi darah terasa hingga masuk ke dalam mulutnya. Flora tak ingin tumbang, ia takut keluarganya makin mengkasihaninya.

"Berdiri!" Perintah Gavin yang kini sudah berada di hadapan Flora yang terduduk. Flora hanya diam, suara tangis tadi sudah lenyap di makan detik jam yang bersautan.

"FLORA! Jangan membuat kesabaran saya habis!"  Suara Bass Gavin membuat tubuh Flora menegang, saat tangan besar lelaki itu yang hendak meraih tubuhnya dengan cepat Flora berdiri dan berlari menghindari tatapan setiap mata yang berada diruangan tersebut.

Melihat kepergian Flora yang secepat itu membuat Evan duduk termenung menahan sesak di hatinya, tangannya gemetaran setelah menampar putrinya. Tangan ini, tangan yang dengan mudahnya menyakiti putrinya.
Evan beralih menatap lantai tempat Flora terduduk tadi, terdapat beberapa tetes darah kental disana.

Deg

Jantung Evan serasa diremas saat melihat darah tersebut, apakah itu darah anaknya.

Sedangkan Gavin dan kedua remaja lelaki disana terdiam mendapati Flora yang berlari tergesa - gesa keluar rumah.

"Dia kenapa?" Gumam Edgar setelah melihat kepergian Flora.

-----------

Setelah merasa cukup jauh dari rumahnya, Flora kembali merasakan sakit di tubuhnya serta napas yang tersendat akibat alerginya. Baju seragamnya kini terdapat beberapa titik darah akibat dirinya berlari kencang tadi, merogoh tisu di dalam tasnya Flora menyekah darah di hidungnya. Oa yakin ini karena kepalanya yang pening, ditambah efek alergi dan tamparan Ayahnya.

'Seetttt ... " Ringis Flora sepanjang jalan menuju sekolah. Flora sudah tidak peduli lagi dengan sakit yang ia rasakan sekarang, dirinya hanya ingin melihat Max.

Sampai di sekolah, terlihat anak - anak sudah menempati barisan masing - masing berdasarkan kelas. Tapi, langkah Flora tidak memasuki barisan. Gadis itu malah melangkah ke arah uks dan membaringkan dirinya disana setelah meminta obat pereda pusing kepada dokter yang bertugas.

Di sisi lain Max terlihat baru memarkirkan motornya di parkiran sekolah, hari ini dirinya membawa motor kesayangannya karena mobilnya kemarin ada dirumah, sedangkan lelaki itu pulang dari Amerika langsung ke Basecamp jadilah dirinya membawa motor saja.

"Max!!" Teriak Gracia saat matanya menangkap sosok yang sudah seminggu ini izin.

Max menaikkan alisnya aneh, bukankah pertemuan terakhir mereka sedikit berselisih. Entahlah Max tidak pernah paham sifat Gracia sahabatnya ini.

"Weyyy Upacara kagak lo?" Samber Damar yang melihat gelagat Max yang enggan bergabung sama mereka. Lelaki itu nenggeleng, dirinya malah memasuki Uks untuk mengistirahatkan diri. Wajar saja jika ia baru tiba di Indonesia puku 3 malam, dan baru tertidur jam 5 setelah sholat subuh. Jadinya ia terlalu mengantuk untuk mengikuti pelajaran hari ini, yang penting absen dulu. Daripada bolos pikir Max.

Di Uks elit ini terdapat tirai - tirai pemisah antara ranjang satu dengan yang lainnya. Terdapat lima ranjang berkualitas baik untuk istirahat bagi yang sakit. Max merebahkan dirinya setelah menaruh tasnya di kursi sebelah ranjang miliknya.

Sepuluh menit berlalu Max tak kunjung tertidur dan malah merasa terganggu karena suara napas seseorang yang terasa begitu menyakitkan, apakah ada orang sakit disebelahnya benak Max.

Dengan rasa penasaran yang tinggi lelaki itu sedikit mengintip seseorang disampingnya.

Setelah melihat siapa gerangan disana, Max membulatkan matanya ketika melihat wajah memerah Flora dengan bibir pucat yang bergetar serta napas gadis itu yang putus - putus. Keringat dingin trus mengalir dari pelipis gadis itu.

"Flo? Flora? Hey you hear me? Flo bangun!" Max Menguncang tubuh Flo membuat sang empuh berkedip sadar, gadis itu tak sanggup bangun karena kepalanya terrasa begitu berat.

"Flora!" Panggil Max sekali lagi.

"Max!" Flora membuka matanya lebar - lebar kala mendengar suara Max yang memanggilnya lembut.

"Yes Baby?" Max memeluk Flora erat, rasa rindunya terhadap Flora terbayarkan.

"Max! Hiks..hiks.. sakit Max!"

"Flora whats wrong with you?" Max mengernyitkan dahinya bingung saat melihat Flora yang kembali sesak napas.

"Flora! Flora!" Panggil Max sekian kalinya karena Flora tak kunjung mejawab membuat lelaki itu merenggangkan pelukkanya. Benar saja Flora pingsan.

Dengan cepat Max memanggil Dokter yang berjaga, sang dokter yang memang dipekerjakan di sekolah ini memeriksa Flora dengan hati - hati, lantaran tatapan Tuan muda Smith itu sungguh menakutkan baginya.

"Dia baik - baik saja, hanya saja alergi nya lambat ditangani akibatnya menyerang sistem pernapasan namun sudah saya suntikan obat. Selebihnya hanya butuh istirahat. " Max mengangguk lalu berterima kasih kepada sang Dokter.

Lima menit kemudian Flora terbangun, gadis itu sudah di suntik obat sehingga wajahnya sudah lumayan membaik. Flora tersenyum saat mendapati Max disampingnya, lelaki itu menyambut senyuman Flora tulus, lesung pipi sebelah itu tampak manis terlihat.

"Max? Bagaimana kalau kita pergi berlibur?" Ajak Flora tiba - tiba membuat Max menatapnya bingung.

"Tumben?"

"Hanya kita berdua."

"Emang selama ini kita tidak pergi berdua?" Flora menggeleng, gadis itu membalas genggaman tangan Max dengab erat.

"Hanya aku dan kamu tanpa bodyguard." Max menatap mata abu milik Flora lekat, hati nya merasa ada sesuatu yang tak ia ketahui yang disembunyikan Flora. Tapi apa?

"Ayo kita pergi berlibur minggu depan." Balas Max dengan yakin.

Flora menggeleng lagi, gadis itu menatap mata coklat tajam milik Max dengan lekat. Tanpa di duga setetes airmata mengalir dari matanya.
Max semakin bingung akan diri Flora yang seperti ini, ada kesedihan di mata teduh itu.

"Kalo hari biasa boleh?" Saran Flora yang membuat Max semakin gak karuan hatinya merasa tak enak dan berpirasat buruk. Namun tak urung mengangguk mengabulkan permintaan gadisnya.

.
.
.
.


*tobe continued*

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

611K 64.5K 39
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
MARSELANA Af kiaa

Teenage Fiktion

480K 22.9K 48
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
572K 21.2K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
little ace Af 🐮🐺

Teenage Fiktion

509K 40.3K 26
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...