LOVE LIKE LEMONADE [TAMAT]

By lunetha_lu

486K 31.4K 1.3K

Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang dita... More

Prolog
#1 Vanta Lollyta
#2 Lapangan Basket
#3 Pembalasan Berikutnya
#4 Boyfriend?
#5 So Embarrassed
#6 Jealousy
#7 Rencana Alvin
#8 Hate You 3000!
#9 Semua Orang Punya Rahasia
#10 Unexpected
#11 Bahan Gosip
#12 Panas Dingin (1)
#13 Panas Dingin (2)
#14 Stay
#15 Sleep Well
#16 Last War
#17 Soft Drink
#18 Black Rose
#19 Hide and Seek?
#20 About Her
#21 Rest in Love
#22 Jaminan
#23 New Begin
#24 Past
#25 Cheer Up
Announce
#26 Who is He?
#27 Bala Bantuan
#28 Vodka Beryls
#29 Bukan Pacar
#30 First Attempt
#31 Bertemu Lagi
#32 Teman Baik
#33 Permintaan Sulit
#34 Tentangnya
#35 Pilihan Tepat
#36 Once More
#37 Mulai Berpikir
#38 Akhirnya Terucap
#39 - Move Forward
#40 Perkara Status
#41 Yours
#42 Ungkapan
#43 Benda Keramat
#45 Namanya Cemburu
#46 Hidden Truth
#47 Tell the Truth
#48 Bucin Detected!
#49 Dilema
#50 Trurth or Lie
#51 Berawal dari Akhir
#52 Reason
#53 Gamon?
#54 Identitas Black Rose
#55 Dumbfounded
#56 Memulai
#57 Yang Sebenarnya
#58 D-Day
#59 Dajjal Kesayangan (END)

#44 Momen Baru

1.9K 253 2
By lunetha_lu


Suasana lorong lantai lima dipenuhi mahasiswa jurusan DKV yang hendak mengumpulkan tugas. Sengaja dibuat satu jurusan berkumpul di satu lantai supaya jurusan lain nggak terganggu dengan berisiknya mereka.

Karena kalau ujiannya hanya pengumpulan tugas, pasti terjadi percakapan heboh di antara mereka. Belum lagi derap berlarian anak-anak DKV yang entah ngapain. Seperti orang-orang ini contohnya.

"Bro, lu tidur nggak?" tanya Hendri pada Arya.

"Tidur dua jam gue. Gila tugas banyak benget, kejar tayang!" Arya menyugar rambutnya dengan raut stres.

"Iya, gue sampe nggak sempet tidur jirrr. Ngantuk banget!"

"Eh, Aneth. Lo udah ngumpulin tugas?" tanya Arya melihat Ranetha di depan kelas.

Gadis itu menoleh. Menggenggam tali tas selempangnya. "Udah barusan," Dengan gaya tenang dan kalem khasnya dia menjawab.

Saat ketiga orang itu mengobrol di antara kerumunan mahasiswa yang lain, Vanta keluar dari kelas.

"Woi Ta! Lo tidur nggak?" Arya langsung menyambutnya dengan pertanyaan.

"Tidurlah, kenapa nggak tidur emang?"

"Wah, dewa sih. Tugas banyak gitu ...."

"Kerjainnya jangan SKS makanya, biar nggak keteteran," celetuk Vanta. "Ya kan, Neth?"

Ranetha hanya balas tersenyum simpul. Mereka kembali bercakap-cakap mengenai UTS selanjutnya. Di tengah obrolan, diam-diam Ranetha menatap ke arah lain. Vanta yang menyadarinya entah kenapa penasaran, mengikuti arah pandang gadis itu.

Kalau tebakannya benar, cowok yang berdiri dalam jangkauan pandang *Ranetha adalah *Valdi. Wajar sih, cowok itu juga sempat membuat kehebohan sewaktu pertama masuk kuliah karena ketampananannya. Mungkin dia akan menjadi The Next Alvin di kampus. Tapi ... kalau tidak salah, Valdi kan sudah punya pacar? Dan pacarnya itu teman Ranetha.

(Yuhuuu, iklan lewat. Baca juga kisah Aneth di cerita "Bukan Simpanan CEO" yaaa. Baru tamat dan trending di GN)

Yah, bukan urusan Vanta juga, sih. Toh semua orang punya rahasia. Sesuatu yang tidak akan selalu berakhir baik jika diberitahu. Lagi pula bisa aja dia yang salah paham.

Sementara itu ketika selesai mengobrol dan mereka hendak turun ke lantai dasar, dari depan lift Vanta mendengar suara berisik beberapa orang. Rusuh, gaduh, bercampur suara tawa.

"Nih bawain tas gue." Hingga suara tidak asing itu terdengar semakin jelas.

"Punya gue juga dong!"

Setibanya rombongan tersebut di pecahan lorong, Vanta menoleh. Berdehem dengan raut jutek, namun buang muka pura-pura tak melihat. Beberapa orang dari kumpulan mahasiswa dan mahasiswi itu sontak menoleh ke sumber deheman.

Dengan salah tingkah Alvin buru-buru menarik tasnya dari Nathan. "Eh, Vanta ...." Tersenyum lebar ke arahnya.

Resek memang si Alvin ini. Begitu dia sedang tidak ada kerjaan atau saat sedang bosan, saraf-saraf kejahilannya seolah bergerak cepat ke posisi 'on'. Usilnya nggak ada obat, harus ada penawarnya. Dan itu Vanta.

Vanta menoleh sedikit, melirik malas. "Nggak tobat-tobat," desisnya datar.

Tentu saja sebagai cowok sejati yang baik dan penyayang, Alvin nggak mau pacarnya marah. Dia menghampiri sang kekasih. Berdiri di belakangnya mengacak pelan rambut Vanta.

"Becanda doang, kok. Becandaaa ...," kilah cowok itu menyeringai lagi.

Teman-teman Vanta dan para kating yang ada di sana memerhatikan mereka dengan tatapan terkesima. Kebanyakan anak semester satu melongo, karena tahu betul siapa Alvin.

"Woghh ... apa ini?? Jadi bener, Vanta doi lo Vin?"

Lihat, bahkan kakak tingkat cowok yang tidak Vanta kenal saja tahu namanya. Semua karena pertempuran sengit mereka di masa lalu.

"Mana mungkin sih!" Cia, gadis yang pernah menertawakannya perkara tabrakkan dengan Alvin dulu dan roti Jepang bersejarahnya, ikut menimpali.

Alvin hanya diam, menoleh pada teman-temannya. Bingung mau menjawab apa. Takut salah lagi di depan Vanta. Bisa kombo kena omel dia nanti kalau asal jawab.

Saat itu pintu lift terbuka. Sedangkan Cia menarik lengan Alvin.

"Vin, ikut lagi dong nanti malem!" bujuk gadis itu.

Diliriknya Vanta dan lengannya yang digandeng oleh Cia bergantian. Merasa sangat tidak nyaman, dia menyentaknya pelan.

"Gue ada janji sama cewek gue."

"Mau masuk nggak? Kalo nggak gue tutup pintu lift-nya," Vanta yang sudah masuk ke lift menyela dengan ketus.

Padahal, lift hampir penuh oleh anak-anak semester satu. Padahal, Vanta tidak menggunakan subjek untuk pertanyaannya barusan. Tetapi, Alvin paham betul dengan maksud pertanyaan itu.

"Gue duluan ya." Setelah mengucapkan kalimat singkat pada teman-temannya, dia ikut masuk.

Sebelum pintu lift tertutup sepenuhnya, salah seorang cowok berseru, "Vin, kalo bisa ntar malem kabarin!"

***

Belakangan ini, rumah Alvin menjadi pilihan tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas. Vanta tidak lagi merasa canggung saat cowok itu mengajaknya ke rumah. Toh, mereka cuma mengerjakan tugas masing-masing bersama. Saat menjelang sore, biasanya Alvin mengantarnya pulang. Vanta juga merasa lebih terbiasa dengan hubungan mereka yang seperti ini.

"Van," panggil Alvin tiba-tiba. "Gue udah lama loh add lo di efbi. Follow ige juga. Tapi dari jaman purba kala belom ada satu pun yang di-approve. Udah kayak dosen meriksa skripsi lo, pelit ACC."

"Eh? Masa? Gue nggak ngeh. Coba deh yang mana efbi lo, confirm sendiri. Gue masih ngerjain buat UTS Tipografi, nih." Vanta mendorong laptopnya di meja kepada Alvin. Sedang serius-seriusnya menarik garis dari titik yang satu ke satunya. Nggak sempat kalau harus buka-buka media sosial sekarang.

Kurang mandiri apa coba si Alvin jadi cowok? Menambah pertemanan ke akun pacar sendiri, menerima pertemanan untuk akunnya sendiri. Padahal gadis lain saja mem-follow Alvin lebih dulu. Coba kalau ada yang di-follow duluan sama dia, pasti nggak ada sedetik langsung follow back. Atau yang akunnya diprivat terus di-follow Alvin, cuma selang satu kedipan juga sudah diterima. Nasib kok gini amat, punya cewek kelewat cuek.

Saat sedang asyik menggerak-gerakkan scroll ke bawah, sisi kepo Alvin kembali muncul. Dia menjelajahi profil media sosial akun milik Vanta. Menemukan sesuatu yang membuatnya membatu sejenak.

"Van, gue mau nanya dong," ujar Alvin kemudian.

"Hm?" Tanpa mengalihkan pandangan dari lembar tugasnya, Vanta menyahut.

"Lo orangnya emang selalu nyimpen foto lama ya?"

Gadis itu kontan mengangkat kepala. Bingung. "Ha?"

Alvin mendorong dan memutar sedikit laptop Vanta agar layarnya mengarah pada gadis itu. Pandangan Vanta beralih pada halaman media sosial yang terpampang di layar. Dia lalu sedikit terkejut.

"E-eh, sorry! Gue jarang buka efbi soalnya." Menggeser kertas tugasnya dan menarik laptopnya kembali.

Album foto lama dengan Leo masih ada di sana. Dia sadar, kalau dia jadi Alvin juga nggak bakal senang melihat yang seperti ini. Oleh sebab itu, tanpa pikir panjang Vanta langsung menghapus semua album yang sekiranya ada foto Leo. Dari media sosial maupun dari laptopnya.

Bukan karena takut Alvin marah. Bukan. Lagi pula buat apa juga menyimpan foto mantan? Mereka sudah nggak mungkin balikan. Keadaan tidak seperti dulu lagi. Jadi, buanglah foto mantan pada tempatnya.

"Apa nggak pa-pa lo hapus semua?" tanya Alvin memerhatikan.

Alis Vanta berkerut. Kalau dia nggak minta Vanta menghapusnya, lantas buat apa dia tunjukkan itu padanya? Buat cari ribut, iya?

"Ya terus harus gue apain? Lo mau gue cetak ini foto semua, terus gue pajang di kamar?"

Cowok itu mendengkus. "Ya nggaklah ... gue lebih ikhlas kalo lo cetak foto Samy taroh di kamar lo."

Makhluk berbulu coklat keemasan yang kebetulan saat itu sedang tertidur di ruang belajarnya kontan membuka mata ketika merasa namanya disebut. Ekornya mengibas-ngibas pelan dengan malas karena mengantuk.

"Nah, ya udah. Lagian itu udah lewat. Sini, sini ...," Vanta lalu melambaikan tangannya, meminta Alvin mendekat.

Cowok itu menurut. Menggeser bangku tepat ke sebelahnya. Vanta kemudian meraih ponselnya yang ada di meja. Membuka aplikasi kamera.

"Smile!" serunya, kemudian mengambil gambar beberapa kali. "Mulai sekarang album gue bakal terisi penuh sama lo."

Sudut-sudut bibir Alvin pun mengembang. Dia tarik kembali kata-katanya barusan. Mungkin Vanta tidak secuek itu. Dia sebetulnya manis dan perhatian, dengan caranya sendiri. 

=== BERSAMBUNG ===

Adem banget ya mereka.

Alvin emang jail kadang godain Vanta, tapi dia nggak sembarangan nyentuh pacarnya.

Sedangkan Vanta ga nanya soal ajakan temen-temen Alvin karena percaya Alvin bakal ngelapor sendiri kalo dia mau pergi.

Tapi ...

Continue Reading

You'll Also Like

258K 29.4K 36
"Kalo gue nggak salah inget, lo udah ada cewek kan pas pertama kali kita ketemu?" "Baru putus kemaren, " Jelasnya tanpa ku minta "Wow. lancar banget...
1.8M 193K 69
|| CERITA INI JANGAN DI JIPLAK || "Aku tidak berniat mengekangmu, tapi aku juga tidak ingin laki-laki lain dekat denganmu, ini menyakitiku, Sayang, k...
1.5M 74K 52
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
2.2M 220K 36
Bagi Lala, Ilham itu nyaris sempurna. Ganteng, soleh, mapan, sayang sama orangtua. Satu-satunya yang kurang adalah sifat juteknya. Jika melihat Lala...