Severe Sectum [Hiatus]

By Scvrtm

34.7K 4.4K 1.3K

°° ORIGINAL PUBLISHED °° Start : 13 September 2020 Finish : - __________________________ "Semuanya harus te... More

-o0O0o-
•1 Ramuan Kabut Berpindah
•2 Di dalam Tenda
•3 Alat Makan Bukan Alat Dapur
•4 Kucing & Hippogrif
•5 Sangat Slytherin
•6 Ketua Murid Sementara
•7 Leaky Couldron
•8 Cruciatus
•9 Malfoy idiot
•10 Hogwarts : 1943
•11 Tom Riddle
•12 Gryffindor and Slytherin
•13 Menara Astronomi
•14 Apa dan Kenapa
•15 First Day
•16 Ruang kebutuhan
Half Blood Prince (ss)
•17 The Ring
•18 Hospital Wings
•19 Dramione Rescue Mission
•20 Already the Evil Prince
•21 They are sick
Info

•22 Never Exist

1.2K 122 48
By Scvrtm

Hay para Dramione dan Tomione Shipper...
Terima kasih sudah mampir ke cerita ini...

Dalam cerita ini aku berusaha untuk tetap mempertahankan sikap dan sifat masing-masing karakter..
Dan mohon maaf jika terdapat kesalahan seperti Typo, dan lainnya...

Jangan lupa ajak teman kalian untuk mampir...
Tinggalkan jejak berupa vote, dan koment ...


Happy Reading!!

-o0O0o-

Tom melangkahkan kaki menyusuri lorong menuju ruang kebutuhan untuk menghadiri pertemuan dengan para pengikutnya. Setelah sebelumnya ia terserang penyakit otak yaitu tidak bisa berfikir dengan baik, Madam Pitts sudah memastikan tidak ada yang salah dengan otaknya meski ia belum yakin dengan pernyataan itu. Terkadang pikirannya masih terganggu, tapi setidaknya ia memiliki hasil pemeriksaan Madam Pitts yang cukup kuat untuk meyakinkan dirinya agar tidak menjadi lebih bodoh dengan berlarian di lorong ST. Mungo dan memaksa dokter manapun untuk memeriksa isi kepalanya. Ini mengerikan, pikirnya sedikit menggeleng. Sepertinya bukan hanya pikirannya yang terganggu, kewarasannya juga mulai tidak dapat di harapkan. Maksudnya, dia baru saja membayangkan dirinya berlarian di koridor ST. Mungo? Oh, Salazar, dari mana sifat Dramatis ini menular?

Kabar baiknya— yang juga sangat mengejutkan, Denuev memang berasal dari masa depan. Setidaknya itu yang bisa ia simpulkan sejauh penelusuran— yang sebenarnya belum mengalami peningkatan sejak terakhir kali. Karena itu, ia memerlukan informasi lain dari para Ksatria Walpurgis. Bagaimanapun juga, dirinya adalah Tom Riddle yang membutuhkan sesuatu yang lain untuk membuat sesuatu lebih meyakinkan dan terbukti benar, dia berpegang pada data dan fakta. Ia tidak memiliki waktu untuk mengejar sesuatu yang tidak pasti, sangat membuang-buang semua hal dari terbesar hingga partikel terkecil. Bukti dan informasi yang akan didapatkanya dari para informan bisa menjadi senjata untuk menyerang gadis itu dan menyudutkannya. Apa yang akan ia lakukan jika gadis itu benar-benar terbukti dari masa depan? Bertanya tentang masa depan, itu pasti. Lalu apa lagi? Tom tidak pernah benar-benar memikirkan apa yang ia inginkan dari gadis itu dengan atau tanpa fakta Hermione Denuev adalah gadis masa depan.

Ia berbelok di koridor terakhir, jam ditangan kanannya menunjukkan sudah lebih dari tengah malam. Bagus sekali, ketusnya dalam kepala akan fakta mengenai dirinya sendiri yang beberapa hari ini menjadi sangat tidak disiplin. Dan salah siapa itu? Pikirnya kecut. Kakinya berjalan kesana kemari sebanyak tiga kali sambil memikirkan ruangan yang biasa ia gunakan untuk pertemuan. Tidak lama kemudian dinding batu memunculkan sebuah pintu yang sangat akrab baginya. Tom melangkahkan kakinya masuk dan setelah melangkahi ambang pintu, ia sudah bisa melihat para pengikutnya yang berdiri dalam posisi sempurna disekeliling meja berbentuk melingkar berserta kursi yang sudah ditetapkan pemiliknya.

"Kalian bisa meletakkan bokong masing-masing di kursi yang sudah di sediakan," ujarnya sedikit skeptis.

Pembukaan yang indah sekali, pikirnya mencibir betapa luar biasa kata-kata yang dipilihnya untuk membuat suatu kalimat pembuka. Dan itu terlalu panjang, protesnya dalam kepala. Biasanya ia hanya akan mengangguk atau mengatakan 'selamat malam para ksatria ku' dan sebagainya. Ia merasa agak jengah dengan sikap pengikutnya yang bahkan untuk sekadar duduk pun harus di perintahkan dulu. Apakah mereka tidak punya inisiatif? Atau, suara dalam kepalanya menggantung, mereka menghormati mu dan takut jika duduk mendahului atau bahkan sampai mendahului mu. Sadar diri! Kau pimpinan mereka yang hanya untuk kesalahan— tidak, yang bisa mematahkan jari-jari mereka hanya karena kau tidak memiliki boneka untuk di pegang. Wonderful!

"Apa yang kalian dapatkan?" Tuntutnya langsung ke inti. Ambisi nya untuk saat ini adalah menyelesaikan rapat secepat yang ia bisa tanpa harus mengurangi kualitas atau kuantitas informasi yang bisa didapatkan nya.

Semua pengikut nya diam dalam bayang-bayang ketakutan dan hormat, seperti biasanya. Tom sangat menikmati ini, selalu. Tapi ia tidak tahu apa yang salah dengan kepalanya saat ini, tapi ia merasa semua ini seperti omong kosong. Mengapa ia tidak memerintahkan siapa saja yang memiliki informasi untuk merangkak ke dalam asrama Kepala Murid sehingga ia tidak perlu repot-repot membuang tenaga dan sibuk mengumpat untuk diri sendiri. Tidak, tentu saja tidak. Semua ini adalah keharusan. Tindakan sekecil apapun itu sangat berarti. Walaupun tak ada orang yang menyadari atau peduli. Ia adalah seorang pemimpin yang sangat jelas memiliki pasukan nyata. Pertemuan seperti ini sangat dibutuhkan terlepas dari semua anggota bersuara atau tidak.

Pergerakan dari Malfoy menariknya keluar dari pemikirannya yang acak. Dua buah surat diulurkan padanya. Tanpa perlu bertanya, ia langsung meraih surat itu dan membuka salah satu dari mereka. Kata pertama yang ditemuinya adalah nama dari gadis yang membuat ia hampir kehilangan warasnya. Memang, nama Hermione Denuev berada di akhir dan letaknya dibawah surat. Tapi sepertinya Tom memiliki kebiasaan untuk mengecek nama orang yang bersangkutan lebih dahulu, dan setelahnya barulah mengecek urusan terkait.

"Surat Denuev mengenai permohonan penerimaan dirinya sebagai murid Hogwarts untuk Dippet," Tom membaca dengan suara dalam, raut wajahnya masih setenang biasanya— meski pada faktanya ia tengah berperang dengan diri sendiri untuk sesuatu yang bahkan tidak jelas apa itu.

Abraxas Malfoy mengangguk singkat sebelum menyarankannya untuk membuka surat yang satunya. Isi surat itu tidak jauh berbeda, hanya saja kali ini milik Malfey. Alisnya berkerut menyadari adanya kejanggalan. Ia menarik pandangannya dari perkamen ke Abraxas.

"Dumstrang tidak berada di Rusia, melainkan Irlandia," ucap Abraxas menyuarakan apa yang Tom pikirkan.

Ia mendengus geli, tidak pernah terpikirkan olehnya kalau Malfey bisa sebodoh ini dalam pengetahuan umum. Malfey bisa dikatakan adalah murid yang memiliki kemampuan di kelas. Tapi, siapa sangka dia memiliki kolam yang sangat dangkal untuk pengetahuan umum mengenai sekolah sihir lain? Diantara semua sekolah sihir yang ada, Dumstrang adalah sekolah yang jaraknya lebih dekat dengan Hogwarts karena hanya lokasinya yang memang berdekatan. Lalu ada Beauxbatons di Perancis, Ilvermony di Amerika, Mahoutokoro di Jepang dan masih banyak lainnya. Kejanggalan mulai merayapi pikirannya. Apakah ini benar-benar surat yang Malfey kirimkan untuk Dippet? Karena sekali lagi, aksi laki-laki itu di kelas cukup bagus dan meyakinkan dalam pengetahuan.

"Darimana kau mendapatkan surat ini, Abraxas? Karena jika surat ini adalah palsu, kau mungkin harus membayar waktu ku yang terbuang untuk membacanya," Tom bertanya dengan nada yang dibuat berbahaya, sambil menggerakkan surat di tangannya dengan kasual.

"Aku bisa memastikan itu adalah asli. Beberapa waktu lalu paman ku mengunjungi Hogwarts atas undangan Dippet dan Dumbledore untuk sebuah kepentingan mengenai penerimaan Denuev yang merupakan korban kejahatan Grindelwald. Rupanya Dippet berfikir untuk menjadikan Denuev sebagai Headgirl," Abraxas berhenti sejenak untuk melihat reaksi Tom yang merupakan Headboy. "Hal itu diajukan sebagai bentuk kepedulian dan toleransi jika korban kejahatan Grindelwald meningkat dari kalangan murid, Hogwarts akan menerima para murid yang berkenan melanjutkan pendidikan di Hogwarts dengan tangan terbuka. Juga, nilai-nilai akademik dan keterampilan Denuev sangat mendukung pilihan Dippet."

Ekspresi wajahnya berubah kecut dengan rahang mengeras, itu adalah fakta lain yang ia benci dari Denuev. Kepandaian, keterampilan, keaktifan gadis itu bahkan menandinginya. Dan kelas transfigurasi— satu-satunya kelas dimana Tom tidak akan berusaha keras, membuat Denuev semakin menonjol dibandingkan dirinya. Dan itu buruk, sangat buruk bagi Tom mengingat pengajar yang memegang peranan di mata pelajaran itu.

Ruangan itu seolah hanya diisi olehnya dan Abraxas. Tidak ada yang berbicara jika Tom belum menyuruhnya, memang seperti itu. Kedisiplinan dan cara bersikap jelas masuk dalam kriteria penilaiannya. Tapi terlepas dari itu, ia meyakini para pengikut terkejut atas apa yang Abraxas katakan.

Abraxas mengeluarkan sebuah perkamen yang berisi pengajuan ijin untuk menyortir murid yang merupakan korban kejahatan Grindelwald dari sekolah negara manapun yang menjadi medan bermain pasukan milik Grindelwald.

"Paman ku meminta ijin pada Dippet untuk bertemu dengan ku. Keluarga Malfoy jelas tidak ingin ada anggota yang tertinggal atas perkembangan atau pergerakan yang terjadi di sekitar. Dan itu dimulai dari yang jangkauannya terdekat saat itu juga, yaitu aku. Dan disitulah aku melihat surat Denuev yang ternyata masih tergeletak di meja kecil. Perkiraan ku ialah Dippet sama sekali belum memindahkan surat itu sejak terakhir kali."

Tom masih mendengarkan dalam diam meski pikirannya jelas-jelas mencibir kecerobohan yang terkadang memang sangat menguntungkannya.

"Jadi aku menawarkan diri merapihkan barang -berkas- yang dibawa paman ku sementara Dippet mengantarkannya keluar. Tidak ada Dumbledore, sepertinya laki-laki tua itu sedikit tidak setuju dengan gagasan Dippet. Jadi aku langsung menggandakan surat milik Denuev. Sebenarnya surat milik Malfey sudah berada di dalam amplop. Aku tidak tahu  itu milik Malfey, tapi karena di letakkan bersebelahan dengan surat Denuev, ku pikir itu mungkin akan menjadi berguna. Aku meng-Geminio nya dan baru mengetahui itu milik Malfey setelah mengeceknya ketika aku sampai di asrama."

Ia mengangguk kecil beberapa kali. Dilihatnya lagi surat milik Denuev yang tergeletak di meja serta surat Malfey yang ada ditangannya. Ia mengamati kedua surat tersebut.

"I got you," gumamnya pelan diiringi seringai pada kejanggalan lain dalam kedua surat itu. Kejanggalan lain, fakta mengenai kesalahan dalam lokasi Dumstrang memang merupakan kejanggalan, tapi itu bukan satu-satunya. Kemudian ia melipat kembali surat Malfey dan memasukkannya ke dalam amplop.

"Mengenai surat pengajuan ijin Dippet untuk Kementrian Sihir, tertera bahwa 'Hogwarts akan menerima murid dari sekolah negara manapun'. Apakah Grindelwald sudah benar-benar memperluas cangkupan kekuasaannya?"

Thenius Nott menegakkan dirinya di kursi. Ia menatap pada anggota yang lain sebelum berbicara, "menurut informasi yang sudah kami -aku dan Rosier- usut melalui beberapa sumber, Grindelwald rupanya sudah mulai mengurangi keaktifannya di Perancis. Seperti kabar yang terakhir kali kita dapatkan, dia dan sebagian pengikutnya mulai melebarkan sayap di Amerika."

"Tapi Kementrian Britania mendapat kabar bahwa Grindelwald berhasil di lumpuhkan," Lestrange menimpali perkataan Thenius.

Laki-laki itu mengangguk, "Grindelwald memang berhasil di amankan, atau setidaknya ku katakan dia sempat di tahan karena Grindelwald berhasil kabur beberapa waktu lalu."

"Mungkin berita itu meningkatkan kepercayaan Dippet untuk membentangkan jembatan bagi murid sekolah lain untuk menyebrang ke Hogwarts," kata Rosier menautkan jari-jarinya di atas meja.

Tom menautkan alis, sejak kapan, setelah bertahun-tahun lamanya ia mengenal Dippet, orang tua itu menjadi peduli pada hal-hal seperti ini? Dia adalah tipikal pria tua bodoh yang egois dan lebih suka menjilati tulang ayam daripada membuangnya untuk dimakan kucing atau hewan lainnya.

"Kebenaran lain yang berhasil di temukan adalah bahwa Dippet memiliki kerabat yang masih bersekolah di sekolah sihir Ilvermorny, di Amerika," sambung Rosier.

Pantas saja, pria tua itu jelas tidak bisa mengotori nama nya dan membuat ia bergeser bahkan sedikit saja dari jabatannya jika diketahui menjadi nepotisme dan mendahulukan kepentingan yang bersifat personal. Jujur saja ini keputusan yang sedikit— tidak, sangat ceroboh. Menerima semua murid sekolah lain di Hogwarts yang berniat melanjutkan pendidikan? Hal seperti itu bahkan tidak pernah terlintas di pikiran Tom. Meskipun itu memang cara yang cepat untuk melindungi 'barang' pribadi dan jabatan. Serta, bisa menyeret opini baik yang berakhir dengan pujian dan penghormatan. Tapi itu terjadi jika, dan hanya jika, semua berjalan lancar, bukan?

Tidak ada yang tahu apakah semua murid bersih dari tali boneka Grindelwald? Kemungkinan besar Kementrian dan Dumbledore akan mengadakan test— tunggu, Benarkah? Mengingat Denuev dan Malfey diterima dengan begitu mudah oleh Dippet yang bahkan Tom sangat meragukan bahwa pria tua itu membaca surat pengajuan penerimaan keduanya sebagai murid baru. Karena dirinya bisa langsung melihat kejanggalan dalam kedua surat tersebut.

Anggap saja ada beberapa murid dengan tali di tangan mereka yang dikendalikan oleh Grindelwald yang berhasil lolos masuk ke dalam kastil. Sebenarnya itu bukan hal yang harus Tom khawatirkan. Sebaliknya, mungkin itu hal yang bisa dimanfaatkan. Tapi tidak dalam waktu dekat, jujur saja. Ini bukan tentang jumlah pengikutnya, karena ia mendapat kabar kalau Grindelwald telah kehilangan atau lebih tepatnya menghilangkan hampir seluruh pengikutnya dengan api biru yang ia gunakan untuk menyeleksi kesetiaan para pengikutnya. Pemikiran yang cerdas, terlepas dari itu semua, Tom masih belum bisa sejajar dengan Grindelwald. Karena si-tua-Dumbledore saja bahkan memilih mengurung diri di balik meja mengajar dengan setumpuk perkamen berisi omong kosong tentang perhitungan Transfigurasi daripada menunjukkan dirinya dan melawan Grindelwald.

"Apakah itu sudah semua?" Tom bertanya dengan tatapan mengintimidasi ke arah Nott dan Rosier, atau tidak. Mengenai tatapannya, terkadang ia hanya benar-benar menatap dengan biasa, tapi sebagian yang 'mengenalnya' akan langsung menunduk. Itu menyenangkan.

Rosier berdehem sedikit, "pengangkatan Denuev sebagai Headgirl akan dilaksanakan tepat setelah surat pengajuan mendapatkan persetujuan dari Wizengamot."

"Riddle, apakah kita harus menghentikannya atau membiarkan saja? Mungkin kau punya rencana," Lestrange menginterupsi dengan mencondongkan tubuhnya ke sisi meja.

"Aku belum menempatkan pikiran ku di bagian itu, kurasa, aku bisa memutuskannya di akhir pertemuan atau setelahnya," kata Tom ringan. Itu bagus, pada Denuev yang akan berada di satu asrama dengannya. Hanya dengannya. Kejadian yang tidak terduga, namun menguntungkannya karena bisa meluaskan tiap gerakannya terhadap gadis itu.

Atau aku hanya senang pada kemungkinan aku bisa memaksanya melebarkan kaki sambil memohon dengan keras atas nama ku dimana pun didalam asrama ketua murid, sahut suara kecil dalam kepalanya. Bagus, ia akan mulai lagi dengan aktivitas berdebat-dengan-diri-sendiri. Tom mendengus, rasanya ia butuh sesuatu untuk menjadi pelampiasan emosi. Jika di ingat, itu sudah sangat lama sejak ia benar-benar mengutuk orang lain hanya karena dia ingin.

"Sepertinya itu sudah semua mengenai Grindelwald," tanyanya menatap Rosier dan Nott bergantian. Keduanya hanya mengangguk kecil.

"Nah, Black?" Tuntut Tom tanpa harus bertanya apa yang dimaksudkannya. Laporan dari Black adalah yang paling ia tunggu dari semuanya karena apa yang akan Black laporkan -ia berharap Black berhasil mendapatkannya- adalah sesuatu yang dekat, sesuatu yang bisa menjadi objek pertama mengenai Denuev dan masa depan.

Orion Black nampak menarik nafas dan bersikap sebaik mungkin tanpa mengurangi pesonannya. Laki-laki itu berada diantara tenang dan diantara serius.

"Kalung itu hanya kalung biasa," Black menyatakannya dengan cara yang tidak bagus sama sekali bagi Tom. Itu tidak mungkin kalung biasa.

"Tapi?" Tom mendesak lanjutannya meski ia tidak tahu apakah benar-benar ada lanjutannya atau tidak. Tapi itu akan bagus jika dia memilikinya atau Tom akan marah dan bisa mencongkel mata siapapun yang berada paling dekat dengan jangkauannya. Ia meyakini pengikutnya merasakan aura sihir hitam yang bergejolak disekitar mereka.

"Well, ini bukan tentang kalungnya, ini lebih menjurus dengan spesifik pada liontin cincin itu," Black melanjutkan, tapi itu tidak membuat Tom melunak sedikitpun.

"Cincin itu merupakan salah satu barang Borgin, cincin yang bisa menyesuaikan ukuran dengan jari pemiliknya. Bukan cincin luar biasa, memang. Ada banyak penyihir yang memiliki cincin itu karena Borgin memang memproduksinya dalam jumlah cukup banyak. Tapi tidak, tidak dengan distribusinya. Umumnya Borgin hanya membuat cincin itu untuk suatu pesanan. Kebanyakan para young pureblood yang memesan dengan berbagai model yang sudah di tentukan."

Black meraih saku jubahnya, menarik keluar kalung dengan liontin cincin yang dimaksudkan. Ia menyodorkan tangannya, tempat dimana kaalung itu tergenggam pada Tom, "Salah satu kenalan Avery membantu kami dengan memeriksa cincin lebih detail. Dan dia menemukan bahwa cincin itu dimantrai dengan mantra yang masih belum diketahui. Namun di prediksikan, mantra itu berupa mantra yang bisa digunakan untuk komunikasi."

"Teman ku mengatakan ketika ia memeriksa, cincin itu bergetar dan mengirimkan rasa dingin di jarinya. Ia yakin selain untuk pemberitahuan singkat atau tanda dengan mengirimkan rasa dingin pada jari, cincin itu juga bisa digunakan untuk komunikasi," Avery menyambung penjelasan Black, "Hanya saja, untuk bisa berkomunikasi, harus mengucapkan mantra atau sejenis kata kunci. Setidaknya sejauh itu yang bisa didapatkan dari pemeriksaan cincin."

Menarik. Itu menjelaskan bahwa cincin itu memiliki pasangan. Pertanyaan nya, ada pada siapa? Teman masa depannya? Tidak, pasti salah satu dari teman Gryffindornya yang cukup dipercaya oleh Denuev untuk mengetahui tentang kehidupan masa depan gadis itu.

"Rosier? Nott? Aku ingin kalian mencari tahu siapa pemilik pasangan cincin itu karena kemungkinan besar pasangannya adalah salah satu murid disini. Mungkin Longbottom atau Lupin," Tom menautkaan jari-jarinya di atas meja sementara Nott dan Rosier mengangguk patuh.

Ia mengalihkan pandangannya pada Black dan Avery, "kalian bisa berusaha mendalami lagi cincinnya. Mungkin saja pasangan cincin itu bisa di identifikasi."

Tom terdiam dengan tatapan dan ekspresi datar, tapi tidak dengan otaknya yang berusaha memilah. Haruskah ia memberi tahu pengikutnya mengenai dari tahun berapa Denuev berasal? Itu paling tidak sekitar 55 tahun kedepan. Ia bahkan masih belum yakin dengan penemuannya berupa buku perpustakaan dengan kartu yang menunjukkan tanggal 2 November 1999. Baiklah, ia memutuskan untuk tidak mengatakannya sampai ia benar-benar tahu bagaimana konsep waktu.

"Malfoy, aku yakin kau bisa mencari beberapa sumber mengenai perjalanan waktu. Buku, mantra, sumber terpercaya yang bisa di tanyai, whatever. Dan Lestrange, dapatkan untuk ku detail bentuk bagin penyusun dan penciptaan Time Turner. Utamakan itu, dan kau bisa mencari benda lain yang berhubungan dengan bepergian dan waktu seperti bubuk Floo, Vanishing Cabinet. Jika kau mendapatkan sesuatu yang bagus, berikan penjelasan pada Malfoy. Aku ingin dia mencari tahu lebih tentang yang kau dapatkan."

Keduanya mengangguk hampir bersamaan. Ia memerintahkan Lestrange untuk memfokuskan pada Time Turner karena sejauh ini, Time Turner adalah satu-satunya benda yang benar-benar bisa digunakan untuk perjalanan waktu. Tom bisa  saja memerintahkan Lestrange ataupun Malfoy untuk mengambil Time Turner dari kementerian untuk nya. Tapi benda itu adalah sesuatu yang dijaga ketat. Oleh sebab itu ia tidak ingin menempatkan diri di atas es tipis.  Tapi bukan berarti dia tidak berniat mengambilnya. Hanya masalah waktu, Lestrange akan mendapatkan detail Time Turner dan dia akan menganalisis lalu memutuskan apakah akan mengambil Time Turner atau melanjutkan pada penelitian lain.

Ini sudah semua, setidaknya yang ia dapatkan.

"Aku rasa ini sudah semua. Kita bisa mengakhiri pertemuan yang sangat informatif ini. Aku berterimakasih atas kerja sama kalian," ucapnya ringan, "saat aku mengatakan kalian, itu berarti semua dari kalian," lanjutnya melihat bahwa sejak tadi Yaxley dan Mulciber hanya diam menyimak. Mereka berdua adalah pengeksekusi aksi. Jadi tidak banyak informasi yang bisa mereka berikan. Bukannya ia peduli, hanya saja penting untung membuat seseorang merasa dilihat daripada di abaikan.

-o0O0o-

"Aku rasa itu tidak perlu," Hermione menolak sehalus yang bisa ia lakukan.

Teman-temannya menjadi sedikit menganggu, ia tekankan sekali lagi, hanya sedikit. Mereka semua orang baik. Kejadian beberapa waktu lalu yang menimpanya, membuat ia menjadi seperti orang yang baru saja di kecup Dementor, rupanya membuat teman-teman Gryffindornya menjadi terlalu peduli dan berlebihan. Misalnya saja seperti Daniel yang bertanya 'Hermione, apa kau nyaman?' di setiap pergantian topik pembicaraan atau Louis yang ingin menghiburnya dengan 'aku tau aku tampan, kau tidak perlu ragu untuk tersenyum' dan Adrymus yang selalu memanggilnya setiap ia tidak bergerak. Maksudnya, kadang di beberapa percakapan hal yang menjadi pembicaraan adalah sesuatu yang cukup menarik perhatian untuk di pikiran. Dan saat ia sedang memikirkan sesuatu, seperti biasa, ia akan tenggelam dalam kepalanya. Disaat seperti itulah Adrymus akan memanggil nya dan mengubah topik karena mengira membuat ia kembali bersedih atau teringat sesuatu.

"Hermione?"

"Apa? Oh.. " seperti yang baru saja ia katakan, Adrymus memanggilnya.

"Kami serius bisa mengantar mu," Daniel menawarkan, "dengan berbagai cara jika kau tahu."

Ia mengerutkan alisnya.

"Menaiki sapu, berjalan menyelinap dibawah jubah gaib misalnya," Louis menyambung sambil menaik turunkan alisnya dan berakhir dengan Hi-five dengan Daniel.

"Tidak, tidak perlu, teman-teman. Aku hanya akan bertemu Malfey."

Daniel mencibir, "aku selalu tidak suka dengan para Slytherin."

"Bagaimana bisa kau mempercayai salah satu dari mereka?" Tanya Louis yang kemudian menoleh pada Daniel, meminta dukungan.

"Kita sudah membicarakannya," Adrymus mendesah. Dia selalu menjadi yang paling netral, meski pada faktanya ia juga tidak menyukai beberapa murid dari asrama bawah tanah.

"Apa? Malfey adalah temannya?" Daniel menjawab dengan telunjuk mengarah pada Hermione. "Tetap saja, dia bagian dari ular berlendir."

"Mengapa kau harus bertemu Malfey? Kami bukan teman mu lagi sekarang?"

"Tidak!" Hermione hampir berteriak, "kalian teman ku, Malfey juga teman ku. Aku tidak ingin salah satu dari kalian dan dia berfikir aku mengabaikan dan memihak satu sisi atau hanya datang ketika membutuhkan."

Adrymus berdiri dari tempatnya, "berhenti menjadi skeptis, rasis dan egois. Dia memiliki hidupnya sendiri. Dia punya hak untuk memilih temannya sendiri. Kita harus percaya padanya. Dia bisa menjaga diri. Bukan begitu?"

Ia cepat-cepat mengangguk pada pernyataan Adrymus lalu tersenyum manis berharap perdebatan ini berakhir secepatnya karena merasa kasian untuk Draco Malfoy yang menunggunya di menara astronomi yang dingin.

"Tetap saja dia—"

"Daniel, serius. Aku tau kau membenci para Slytherin hingga ke inti tongkat mu. Tapi itu kan kau, bukan dia. Jadi hentikan omong kosong ini dan silahkan temui Malfey, Hermione," Alisya tiba-tiba sana muncul di Common Room tepatnya di belakang Louis dengan tangan yaang terlipat di dada.

Daniel meskipun begitu terlihat tidak senang, "aku tidak pernah bisa mengerti bagaimana perempuan menilai sesuatu."

"Perempuan menilai dengan melibatkan perasaan, bukan logika diiringi ketidakmampuan untuk memberikan pengertian," jawab Adrymus ringan dan mendapat tatapan mematikan dari Daniel.

"Baiklah, aku pergi. Aku akan baik-baik saja," kata Hermione seraya berdiri dari tempatnya. "Dan terima kasih."

Ia berjalan menjauh dari temannya dan mulai memanjat lubang lukisan. Bagus, ia telat 20 menit dari jam yang dijanjikan.

-o0O0o-

"Kau tau, Granger? Ada penemuan yang dinamakan jam."

Suara dengan nada kesal langsung menyambut Hermione ketika ia melangkahi ambang pintu masuk menara astronomi.

"Aku tau," jawabnya sambil memeluk dirinya sendiri, berharap bisa mengurangi angin dingin yang menusuk kulit, "aku minta maaf. Kau pasti kedinginan."

Draco sama sekali tidak mengubah eskpresinya yang menatap kesal, "tidak. Aku tidak kedinginan meski ini sudah pukul 8.20 malam dan aku berdiri di menara astronomi. Kau tau kenapa? Itu karena kekesalan ku yang mendidih di kepala membuat ku lupa dengan dingin dan menjadi panas."

"Tidak mudah untuk melalui teman-teman ku. Lagipula ini tidak sepenuhnya salah ku. Kau memerintahkan mereka untuk—"

"Oh, bagus. Ini kembali menjadi salah ku. Semua salah ku. Kau selalu menyalahkan ku. Dan seperti itulah awal mula kita terjebak di periode ini," Draco memotong dengan skeptis, merasa tidak terima karena atas semua hal yang terjadi, Hermione selalu menyalahkannya terlepas dari itu benar atau salah, gadis itu selalu saja sanksi terhadapnya.

"Baiklah, apa yang bisa aku lakukan untuk menebus 20 menit mu yang membeku karena aku telat?"

"Hug!"

Hermione memutar matanya, "apakah ini dia? Draco Malfoy manja yang kekanakan? Aku lebih suka satunya yang pengertian dan sangat dewasa."

"Kau tau aku memikirkan arti lain saat kau mengatakan dewasa," sahut Draco dengan seringai yang melebar.

"Yap, dan satu lagi. Pervert. Manja, kekanakkan dan pervert. Ada sesuatu yang aku lupakan?" Tanya Hermione berjalan mendekat.

"Banyak. Sangat banyak. Tampan, pandai, luar biasa, tidak tertahankan—"

"Dan blablabla. Akhiri saja," potong Hermione. Ia melingkarkan tangannya di pinggang Draco dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. "Aku mulai berfikir kau memiliki kepribadian ganda."

Tidak menjawab, Draco memilih menyembunyikan wajahnya di leher Hermione dan mulai menciumi itu dengan hidungnya, "aku tidak. Semua ini membuat ku stress dan tertekan. Dan lalu itu mempengaruhi mood ku. Kau juga suka begitu, jadi jangan berbicara seolah aku satu-satunya."

"Anggap saja begitu— ouch! Malfoy! Perhatikan keseimbangan mu! Ku ingatkan saja, kau memiliki tubuh besar!" Protesnya karena Daco sepertinya mulai mengantuk dan membuat dirinya sendiri kehilangan keseimbangan.

Malfoy mencibir di kulit leher Hermione, "bukan salah ku jika aku mengantuk, ku ingatkan saja, aku menunggu disini selama 20 menit dan anginnya sangat mendukung untuk mengutuk seseorang."

"Itu hanya mengenai 20 menit dan kau masih membahasnya? Dan apa hubungan antara angin dengan keinginan mengutuk?"

Tidak ada suara dari Draco yang menjawab perkataan Hermione. Hanya ada gelengan kepala kecil yang ia rasakan di tengkuknya.

"Malfoy..." Hermione mendesah keras sambil berusaha menyingkirkan kepala pirang itu dari lehernya, "kau adalah berat. Ku pikir kau lelah, kan? Itu seharusnya kita duduk, bukannya berdiri dengan kau yang bersandar pada ku seolah tidak memiliki tulang!"

"Kau adalah telat, anggap saja ini hukuman."

"Malfoy...!"

"Granger..."

Ia berdecak kesal, "Merlin, tolong tukar versi musang ini dengan versi yang selalu aku sukai," Hermione berbicara pada udara kosong, matanya menatap ke langit-langit, "aku tidak bisa membahas apapun jika bersama dengan Si-Bocah-Pirang."

Draco langsung menarik kepalanya dari posisi bersembunyi dileher Hermione. Ia menatap mata hazel itu selama beberapa waktu tanpa emosi dan yang di tatap menaikkan alis dengan bingung.

"Baiklah," kata Draco dengan suara dalam, "kali ini apa?"

Mata Hermione berbinar geli dan memasang senyum geli, "apakah 'Malfoy favorit ku' kembali? Apakah bocah pirang sudah pergi?"

Draco memutar matanya jengah, "Ya, Granger. Bocah itu sudah ku usir. Hanya ada 'Aku favorit mu'. Dan berhenti membahas ini sebelum bocah itu berubah pikiran dan kembali," ia menambahkaan kalimat terakhirnya dengan cepat dan sedikit geram.

Hermione menghembuskan nafas panjang. Kakinya berputar dan berjalan ke sisi menara untuk duduk.

"Ini tentang Unbreakable Vow," ucapnya menggantung. Mendengar itu Draco melangkahkaan kakinya mendekat pada Hermione. "Ini seperti perjanjian itu mendadak saja lenyap. Maksud ku, saat di Leaky Couldron kita hanya sekadar mengejek dan akan langsung mendapat pukulan Cruciatus. Kau tidak diam-diam mengetahui cara membatalkan Unbreakable Vow, kan?"

"Tidak, tentu saja tidak!" Draco berseru dengan tegas, bertujuan agar Hermione percaya padanya. "Umbrealable Vow tidak bisa di batalkan dan—"

"Dan?" Tanya Hermione penasaran karena Draco menggantung ucapnnya, "dan apa?!"

"Ku rasa kita tidak pernah benar-benar membuat Umbreakable Vow," gumam Draco tidak benar-benar yakin. Matanya menatap lantai batu, bergerak kesana kemari, berfikir.

"Bagaimana?" Herannya.

"Umbreakable Vow tidak bisa dibatalkan dan hanya kematian akibatnya. Juga, harus membutuhkan saksi."

Hermione terdiam di tempat, ia merasa sangat payah karena baru mengingat ini. Saat itu ia terlalu fokus dengan kekesalannya sampai tidak bisa berfikir dan— Godric! After all this time?!

"J-jadi, selama ini? Cruciatus— Apa?"

Ia melihat wajah Draco seperti orang yang baru saja di paksa menggigit lemon.

Kepala pirang itu berdehem kecil, "Ku rasa.. Ku rasa kita hanya membuat perjanjian biasa."

Masuk akal, tapi tidak dengan akibat yang mereka pilih. Cruciatus?! Dari semua yang bisa menjadi akibat dari melanggar sumpah— atau perjanjian karena.. seperti yang dijelaskan oleh Draco yang mereka lakukan bukanlah Sumpah Tak Terlanggar.

"Meskipun masuk akal dan mungkin saja. Tetap, itu tidak menjawab pertanyaan ku mengenai perjanjin yang sepertinya sudah dibatalkan."

Hermione melihat dengan penasaran saat Draco mengangguk-anggukkan kepalanya bersamaan dengan jari yang mengelus dagu runcingnya sendiri.

"Jujur saja, Granger. Aku tidak ingat," ungkap Draco ringan membuat Hermione yang sudah penasaran hingga ke ujung kaki menjadi geram.

"Aku—"

"Wait!" Potong Draco menutup mulut Hermione dengan telapak tangannya, "saat membuat perjanjian, apakah kita menyebutkan alasan atau sesuatu yang bisa mengakhiri, membatalkan, menghilangkan, whatever, perjanjian?"

Ia melepaskan tangan besar yang hangat itu dari mulutnya dengan sedikit lebih kencang dari yang dimaksudkam, "sesuatu mengenai Hogwarts—... Oh!"

"Apa?!" Tuntut Draco penasaran, "tidak bisakah kau langsung mengatakan saja? Aku benci menjadi penasaran."

"Lucu sekali kau berkata seperti itu mengingat kau yang sejak tadi selalu membuat ku penasaran."

"Baiklah! Aku minta maaf, terserah. Apa tadi?"

Hermione mencibir tapi sesaat kemudian raut wajahnya berubah, "kau mengatakan jika perjanjian ini akan berakhir saat kita kembali ke Hogwarts. Dan kita kembali ke Hogwarts! Maksud ku, kau tidak mengatakan detail Hogwarts seperti tahunnya atau periodenya. Kau hanya mengatakan Hogwarts. Dan secara harfiah, kita sudah kembali ke Hogwarts. Jadi, perjanjian itu sudah tidak berlaku sejak kita menginjakkan kaki disini."

Tidak ada jawaban. Baik Draco atau dirinya sendiri merasa terkejut dengan apa yang baru saja Hermione ungkapkan. Tapi, jujur saja, bagi Draco apa yang diasumsikan Hermione adalah masuk akal dan kemungkinan besarnya memang fakta.

"Jadi— selama ini.. selama ini kita saling menjaga hanya karena saling menjaga?" Gumam Draco pelan.

"Err.. ya," Hermione menyahuti.

Astaga Merlin! Godric! Gryffindor! Salazar! Slytherin! Ini awkward.

"Dan, Malfoy.. jangan mengutuk ku meski aku yakin aku bisa menangkisnya."

Ekspresi wajah Draco seperti baru saja mencium kaos kaki troll, "apa? Mengapa aku ingin mengutuk mu?"

"Dumstrang ada di Irlandia, bukan Rusia," jawab Hermione pelan, namun masih bisa di dengar.

"Aku tahu, kau fikir pengetahuan ku dangkal?"

"Tidak— bukan! A-aku... Di surat mu. Ketika kita baru mendaftar, aku menuliskan bahwa kau berasal dari sekolah Dumstrang yang ada di Rusia."

Bahu Draco nampak merosot, "Granger, aku sungguh-sungguh mulai meragukan pengetahuan mu."

Hermione menggigit bibirnya sendiri, merasa bersalah. Ia juga tidak tahu bagaimana bisa salah menulis lokasi Dumstrang. Mungkin karena saat itu dia tengah memikirkan dirinya yang berencana berlibur dengan orang tuanya di Rusia.

-o0O0o-

:)
Oke Next aja
Seperti biasa aku cuma bisa bilang Thanks buat yg masih nungguin cerita ini
Dan sorry karena slow up

Continue Reading

You'll Also Like

102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
58.9K 9K 61
Rahasia dibalik semuanya
53.7K 3.9K 53
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
201K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...