AMALA Istri Kontrak Sang CEO

By eista_

230K 9.6K 365

AMALA hanyalah wanita biasa hingga takdir merubah hidupnya . Amala rela menjadi wanita malam untuk menyelamat... More

1. Pertemuan Tak Terduga
2. Terbakar Gairah
3. Tawaran Pernikahan
4. Tak Ada Pilihan Lain
5. Rapat Pemegang Saham
6. Perasaan Apa Ini
7. Kemarahan Marvis
8. Aku Menginginkanmu
9. Satu Kamar Dengannya
10. Merasakan Sedikit Ketulusan
AMALA 11
AMALA 12
13. Maafkan Aku
14. Sulit Mengatakannya
15. Mantan Suamiku
16. Aku Mencintaimu
AMALA 17
AMALA 18
AMALA 19
PENGUMUMAN
AMALA 21
Amala 22
AMALA 23
24. Hukuman Untukmu
PROMOSI
25. Jurang Kematian
26. I Promise Sweetie
27. Only You Amala
28. Hidup & Mati
29. Belum Berakhir
30. Pilihan Terberat
31. Akhir Yang Bahagia

AMALA 20

1.8K 109 2
By eista_

Hai sebelum membaca part ini, alangkah baiknya follow author dulu. Berikan dukungan untuk author sebanyak banyaknya agar author lebih semangat lagi update part selanjutnya ya.

Penulis: eista_

Part ini berisikan full wanita ular hihi, yang nggak suka boleh skip ya. Eh jangan deh, masak udah nulis capek-capek di skip. Tetep baca dan jangan lupa tekan bintang dan komen.

Marvis kembali ke ruangannya diikuti oleh Varen asistennya.

"Aku harus meninjau keadaan dipabrik sekarang."

"Baik tuan saya akan siapkan mobil."

Saat Varen membuka pintu untuk keluar dari ruangan Marvis, salah satu wanita yang cukup familiar masuk dari pintu itu.

Dengan wajah datar pria itu menatap wanita yang ada didepannya. "Apa yang kau lakukan disini."

Violetta berjalan mendekati Marvis dan berkata "Aku merindukanmu sayang!".

""Shut up! Jangan memanggilku seperti itu, bahkan anjingpun tak sudi mendengar panggilan itu."

Sakit hati pasti iya, tapi wanita itu tidak menyerah. "Ruangan ini masih sama seperti dua tahun yang lalu." Matanya melirik kearah kanan kiri menelisik setiap sudut ruangan.

Dulu waktu mereka berpacaran, terkadang Vio datang menemui Marvis dikantornya, menemani pria itu bekerja ataupun mengantar makanan untuk Marvis.

"Pergi dari sini karena aku benar-benar sibuk."

Tak tinggal diam, tangan Vio bergerak menyentuh tubuh bagian bawah Marvis. "Maafkan aku Marvis, tapi aku benar benar masih mencintaimu." Ucapnya berusaha membuat Marvis terangsang.

Marvis mencengkram tangan Vio "Singkirkan tangan kotormu itu dan simpan saja cintamu untuk orang lain." Lalu mendorong Vio agar menjauh darinya. "Aku tidak mempunyai peraaan apapun lagi padamu Vio. Kita sudah berakhir dan itu karena kamu yang egois."

FLASHBACK

Wanita itu hanya memandang cangkir teh yang ada didepannya tanpa ingin menikmati rasa teh tersebut . Vio kembali pada lamunan saat jari telunjuknya bergerak menyentuh pinggiran cangkir.

"Apa yang harus aku katakan padanya nanti, mungkin dia tak akan setuju dengan keputusanku." Batin wanita itu.

Drap drap drap. . .suara langkah kaki dan bau parfum yang dia kenal.

"Maaf aku terlambat, ada meeting dadakan dan aku nggak bisa ninggalin meeting itu."

Vio tersenyum "its oke baby. Aku ngerti kok, aku juga baru sampai." Bohongnya, karena sejujurnya sudah hampir satu jam lebih Vio menunggu di tempat itu.

"Mau kopi atau teh." Tawar wanita itu.

"Kopi aja."

"Satu cappucino less sugar." Ucap mereka bersamaan.

"Kamu masih inget kopi kesukaanku." Ucap Marvis.

"Tentu, kamu dengan cappucino dan aku dengan teh . ."

"Teh Chamomile." Jawab Marvis

"Betul sekali."

Walaupun hanya bertemu beberapa kali dalam setahun tak disangka kini usia pacaran mereka sudah mencapai tiga tahun lamanya. Vio dengan kesibukannya sekolah designer dan Marvis juga dengan kesibukannya menjalankan bisnis ayahnya.

"Sebenarnya . ." Ucap mereka bersamaan.

"Kamu dulu aja." Suruh Vio.

Marvis menolak. "Ladies first, kamu duluan baru aku, oke ."

"Baiklah, sebenarnya mama memintaku untuk pergi keParis untuk melanjutkan sekolah designer disana " Bohongnya, karena itu adalah kemauannya sendiri.

"Mendadak ?".

"Bukan mendadak, tapi ini sudah dibicarakan satu bulan yang lalu. Aku lupa memberitahumu karena kamu sibuk."

"Lalu." Tanya Marvis.

"Dua tahun, aku mau kita break dua tahun."

Marvis terkejut kotak cincin yang ada ditangannya terjatuh.

"Apa itu?" Vio mengambil kotak cincin itu yang ada didekat kakinya. "Cincin untuk apa ?" Tanya wanita itu sebelum dirinya paham.

"Jangan bilang . ."

"Ya, aku berniat melamar mu hari ini." Jawab Marvis dengan raut wajah yang sangat kecewa.

"Kenapa baru sekarang ?"

"Maaf Vio, seperti yang kamu tahu aku harus menyingkirkan kakakku dulu dan sekarang dia sudah pergi keParis. Aku bisa melamarmu sekarang."

"Tapi aku tidak bisa menerima lamaranmu, aku harus pergi keParis."

"Apa sebegitu pentingnya sekolah diParis, jika kamu mau aku bisa mendatangkan guru yang sangat profesional untukmu, aku juga bisa membiayahi semua kebutuhanmu disini, aku juga sanggup . . "

"Marvis hentikan !" Vio kini menaikan nada bicaranya. "Kamu nggak bisa melarang ku, karena itu semua keinginan yang paling aku nantikan. Aku nggak bisa bergantung denganmu, karir dan kesuksesan aku juga menginginkannya sama halnya denganmu."

"Baiklah jika itu keputusanmu Vio." Marvis berniat pergi.

"Tunggu aku dua tahun saja ya." Mohon Vio memegang satu tangan Marvis.

"Lepaskan! !" Menatap Vio dengan tatapan tajam. "Kamu tadi bilang break kan, oke sekalian kita putus saja." Setelah mengucapkan kalimat itu Marvis benar-benar pergi meninggalkan Vio sendiri.

Wanita itu menangis, "Marvis bukan itu yang ku mau."

***

"Semuanya sudah berlalu Vio, saat kita putus aku sudah menutup hatiku untukmu."

"Andai saja kau tau Marvis, itu semua keinginan orang tuaku." Ucapnya berbohong lagi, wanita itu penuh dengan kebohongan dan tipu muslihat.

"Aku tidak peduli, sekarang keluar dari sini."

"Istrimu." Ucap vio perlahan. "Dia cuma p*lacur."

Marvis terkejut, bagai mana wanita itu tahu ?

"Tutup mulutmu ! Jaga sikapmu atau aku. ." Marvis geram tangannya ingin menampar mulut wanita itu tapi dia mengurungkan niatnya.

"Atau apa, aku hanya mengatakan yang sesungguhnya. Dia memang seorang pelacur disalah satu bar kan, dan kamu terpaksa menikahinya karena kakakmu Janied."

Violetta membuka kancing kemejanya dari atas hingga kancing ketiga, mendekat kearah Marvis dan mulai menggoda pria itu.

Marvis membuang muka ke arah lain. "Vio jangan bertindak gila !"

"Aku rela melakukannya untukmu, mari kita lakukan Marvis." Vio memegang dagu Marvis agar melihat kearahnya. "Ini bukti jika aku benar-benar mencintaimu."

"Kamu bilang istriku pelacurkan."

"Ya dia memang p*lacur." Jawab Vio dengan antusias. "Akhirnya kamu paham Marvis."

"Tapi tindakanmu ini menunjukkan bahwa kamu lebih rendah dari p*lacur." Satu tamparan keras mendarat dipipinya.

Plakkkkk . . .

"Perkataanmu memang benar. Tapi itu dulu, sekarang dia bukan pelacur. Dia istriku orang yang paling kucintai."

Vio tak terima dengan perkataan Marvis. "Kamu menamparku ! ". Liriknya tajam, dia memegangi pipinya yang panas. "Kamu nggak boleh mencintai dia !".

Tamparan itu tak terlalu keras, mungkin jika Marvis menamparnya dengan sekuat tenaga wajahnya sudah terbalik kebelakang.

"Why, kenapa tidak. Suami istri memang harus saling mencintai. Lebih baik kamu melupakanku dan mencari pria lain."

"Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu Marvis, saat aku disini masih mencintaimu, kamu malah. . "

"Cukup Vio lebih baik kamu pergi sekarang, aku tidak berniat mendengarkan ocehan mu lagi."

Wanita itu tetap berdiri di depan Marvis.

"Oke aku akan memanggil security untuk mengusirmu."

Marvis memanggil pihak keamanan security, dua orang security dan dan menarik Vio paksa.

"Lepaskan aku ! aku bisa jalan sendiri." Berontaknya sembari membenarkan penampilannya. "Ingat Marvis aku tidak akan membiarkan kamu bahagia dengan wanita itu ! Aku akan merebut kamu kembali ! !".

Setelah Vio pergi, Varen masuk dan memberitahu Marvis mobilnya sudah siap.

"Batalkan saja peninjauannya sampai besok, aku harus pulang." Melihat keadaan yang mulai sore dan juga pikirannya sedang kacau Marvis memilih pulang. Dia tak mungkin meninjau pabrik dalam keadaan emosi.

"Saya antar tuan."

"Tidak Varen, kamu tolong suruh orang untuk mengawasi Vio kemungkinan dia akan melakukan sesuatu pada istriku."

"Baik pak akan saya laksanakan." Varen keluar dari ruangan Marvis.

Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, mengawasi Vio adalah jalan yang terbaik.


Kira kira apa yang bakal dilakukan Vio pada Amala yaa, ada yang bisa nebak nggak atau sekalian bantu author kasih referensi untuk part selanjutnya.

Tulis dikolom komentar ya . .

Continue Reading

You'll Also Like

188K 5.7K 19
Lena, seorang mahasiswi yang diharuskan menikah dengan seseorang yang bahkan tak ia kenal oleh sang kakak. Diusianya yang hampir menginjak 23 bahkan...
29.7K 4.1K 53
Bagi yang penasaran langsung baca aja yaa 😜 , sengaja gak di bikin sinopsis nya.. biar yang penasaran dengan kelanjutan cerita nya mereka makin pe...
126K 12K 33
[#6 Wiratama's] Diandra merasa beruntung bisa menjadi sekretaris seorang Reza Wiratama. Bukan karena bos-nya itu tampan, melainkan gaji yang sangat m...
1.1M 32.5K 58
⚠️FOLLOW TERLEBIH DAHULU 🔞 Adult Seusai menyelesaikan pendidikannya di ibu kota, Nara gadis berusia 22 tahun itu kini telah kembali ke kampung halam...