[ Happy reading ]
Althan menghembuskan nafas kasar, pasalnya sudah lebih dari tiga jam cowok itu mengikuti Zea berbelanja keperluan rumah yang tak ada habis-habisnya.
"Zea, udah belum sih?" Althan yang sedari tadi diam tak bersuara, kini mulai bertanya.
Perempuan itu tampak berpikir, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Kayanya udah deh." ujarnya.
"Yaudah, ayo pulang. Kasian El nungguin di rumah Mama." cowok itu berucap dan langsung di angguki Zea.
Keduanya mulai berjalan menuju kasir untuk membayar semua belanjaan mereka. Namun, di tengah-tengah perjalanan Zea berhenti membuat Althan ikut berhenti juga.
"Kenapa berhenti?" tanya Althan.
"Al, liat deh lucu ya bonekanya?" Zea bertanya seraya menunjuk boneka dino.
Althan memutarkan bola mata malasnya, kalau sudah seperti ini pasti istrinya itu menginginkanya.
"Mau bonekanya, beli ya?" ujar Zea.
Cowok itu menggeleng cepat, benarkan tebakanya. "Nggak, udah ayo cepet kita pulang!"
Zea memanyunkan bibirnya kesal. "Mau itu dulu, boleh ya?" cewek itu kembali membujuk.
Althan tetap menggeleng membuat Zea kembali merengek, lalu memeluk tubuh cowok itu.
Diam-diam Althan tersenyum, sungguh saat ini istrinya benar-benar sangat mengemaskan sekali.
"Boleh ya?" pintanya lagi.
Cowok itu menghela nafas panjang, kemudian mengangguk saja. "Yaudah, ambil yang kamu mau." jawabnya, entah kenapa ia jadi sangat sulit menolak kemauan istrinya.
Zea tersenyum senang, cewek itu dengan cepat mengambil boneka dino yang sedari tadi sudah mencuri perhatianya.
"Bocah!" ledek Althan.
Perempuan itu mencibir. "Gak papa, yang penting dapet boneka dinonya!"
Althan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah laku istrinya. "Satu doang belinya?"
"Emang boleh lebih?" Zea bertanya balik.
Cowok itu mengangguk. "Apasih yang enggak buat istriku yang satu ini?"
"Emang istri kamu ada berapa? Lima?" tanya Zea seraya menatap suaminya dengan tatapan tajam.
Althan tersenyum jail, lantas mengangguk. "Maunya sih gitu, nambah boleh ya?"
"Althan!" sentak cewek itu, kemudian menginjak sebelah kaki Althan cukup keras.
"Argh! Bercanda Zea!" pekiknya kesakitan.
Zea mencibir pelan, lalu dengan perasaan kesal perempuan itu meninggalkan Althan begitu saja.
☆☆☆☆
Saat ini, Althan dan Zea sedang berada di rumah Gina dan Fano. Mereka tengah kumpul bersama di ruang tamu.
"Dikehamilan kedua ini, gimana sayang?" Gina memulai percakapan.
Tiba-tiba suasana mendadak menjadi sunyi, sebelum akhirnya Althan berucap. "Ini kehamilan pertama Zea, Mah."
Gina menaiki sebelah alis bingung, kemudian terkekeh ringan. "Jangan bercanda, Althan. Mama lagi serius."
"Althan juga serius kok, Mah."
"Althan." Zea menggelengkan kepalanya, tak mau Althan menceritakan semuanya sekarang, ia takut mendengar respon Gina dan Fano nantinya.
Althan menggenggam tangan perempuan itu, sepertinya ini saatnya untuk memberi tahu Mama dan Papanya tentang rahasia besar yang telah meraka simpan berdua sejak lama.
"Semuanya bakalan baik-baik aja." ujar Althan seperti mengetahui isi pikiran cewek itu.
Perlahan, Althan mulai menceritakan semua rahasia Elgara dan Zea kepada Mama dan Papanya. Sedangkan Zea hanya mendengarkanya saja, ia juga tak bisa menahan suaminya. Karna keluarga Althan juga berhak mengetahui siapa dirinya sebenarnya.
"Jadi Elgara?" Gina bertanya kebingungan.
"Ya, dia adalah anak dari kakak perempuan Zea yang sudah lama meninggal dunia."
Gina dan Fano mengangguk mengerti. "Bagaimana dengan ayah kandung Elgara?" tanya Fano.
Althan menggeleng. "Kita berdua masih belum bisa nemuin cowok brengsek itu, Pah."
Zea semakin menunduk sedih, entah kenapa jika sudah mendengar cerita tentang kakaknya dia selalu saja menangis.
Gina mendekat kearah Zea, dan langsung memeluk tubuh perempuan itu seakan memberi kekuatan dalam pelukan itu.
"Maaf, Zea baru bisa cerita sekarang."
"Enggak papa sayang, Mama ngerti kok."
"Kamu jangan khawatir ya, Mama sama Papa pasti bakalan bantu kalian cari dalang dari semua masalah ini."
Zea mengangguk. "Makasih, Mah, Pah."
Gina tersenyum lalu mengangguk. "Setelah ini jangan pernah nyembunyiin semuanya sendirian lagi ya, sekarang kamu bisa cerita ke Mama, Althan, atau pun Papa. Ingat kita ini keluarga."
Zea semakin mengeratkan pelukanya pada Gina, sungguh ia tak pernah mendapatkan perlakuan sehangat ini dari keluarganya.
☆☆☆☆
"Zea?" panggil Althan pada perempuan yang tengah asik menonton drama korea kesukaannya.
Zea menoleh. "Kenapa?" tanyanya.
"Udahan nontonya ini udah malem, kamu juga belum minun susu kan?" Althan bertanya.
"Nanggung Al, bentar lagi ya?"
"Besok kan bisa nonton lagi, sekarang waktunya istirahat." Althan membalas.
"Lima menit lagi deh, please. Boleh ya?"
"Gak bisa Arzea, cepet minum susu dulu." balas Althan masih berusaha selembut mungkin.
"Gak mau, Althan!" kekeuh cewek itu.
Althan berdecak kesal, lalu menarik pergelangan tangan cewek itu begitu saja. "Keras kepala!"
Cowok itu membawa Zea menuju dapur, kemudian tanpa berbicara apapun lagi ia mulai membuatkan susu ibu hamil itu untuk istrinya.
Setelah selesai dengan kegiatanya, Althan langsung menyodorkan minuman itu pada Zea. "Cepet minum."
Karna tak mau membuat Althan marah kepadanya, dengan cepat Zea meminum minumannya hingga tandas.
Althan tersenyum tipis melihatnya, lalu tangan cowok itu bergerak mengusap pipi Zea lembut. "Jangan suka ngeyel kalo di bilangin, ini jugakan demi kebaikan kamu dan calon anak kita."
Zea menunduk merasa bersalah. "Maaf."
Althan menghembuskan nafas panjang, kemudian memeluk tubuh cewek itu. "Nggak papa, lain kali jangan di biasain ya?"
Zea mengangguk saja, perempuan itu mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Althan. "Kamu pasti cape ya ngurusin aku?"
Althan mengulas senyuman tipisnya. "Nggak, itu kan udah jadi tanggung jawab aku sebagai seorang suami."
"Tapi kan, akhir-akhir ini aku sering ngerepotin kamu, gara-gara ngidam aku yang nggak wajar ini."
Althan mengusap surai panjang milik cewek itu. "Siapa bilang gak wajar? Menurut aku wajar-wajar aja kok, namanya juga lagi hamil kan?"
"Aku gak suka kamu bilang gitu."
"Selagi kamu sama calon anak kita sehat, aku gak pernah ngerasa di bebanin sama sekali." lanjut laki-laki itu lagi.
Althan merendahkan tubuhnya agar bisa berhadapan langsung dengan perut istrinya, cowok itu perlahan mulai mengusap-ngusap perut Zea lembut lalu mengecupnya cukup lama.
Tbc ..
Happy 5M pembaca, terimakasih luv 💗
Jangan lupa kasih bintang ☆ dan berkomentar 💬, see u di next chapter luv!