ALTHAN: Best Papa ! [ TERBIT ]

By Rienlita

9.4M 953K 71.9K

[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] [ END ] Dia itu Althan Nio Agrana. Nakal, kaku, cuek, dan arogan. Bagaimana j... More

[Prolog]
01 | Cowok Gila
02 | Mulai Berani
03 | Calon Pacar!
04 | Penganggung
05 | Minta Restu?
06 | Balapan ?
07 | Balapan
08 | Elgara Demam
09 | Salah Paham
10 | Rumah Althan
11 | Menikah?
12 | Kebahagiaan Atau Kesedihan?
13 | SAH !
14 | Status Baru
15 | With Althan
16 | Cemburu
17 | Terbiasa
18 | Bayi Besar
19 | Orang Asing
20 | Althan Manja
22 | Rencana Liburan
23 | Liburan
24 | Rusuh
25 | Menyesal?
26 | Langsung jadi?
27 | Althan Nyebelin
28 | Pulang
29 | Istriku
30 | Dua Garis?
31 | Kejutan
32 | Ngidam Pertama
33 | Terungkap
34 | Sedikit Tentang Alia
35 | Cek Kandungan
36 | Tak percaya
37 | Kemarahan Zea
38 | Baikan
39 | Janji Althan
40 | Seblak
41 | Kabar Duka
42 | Mimpi buruk Elgara
43 | Dia, kembali lagi
44 | Misi Althan
45 | Keberhasilan, dan akhir
INFO NOVEL ALTHAN
MASIH TERSEDIA

21 | Ungkapan Zea

191K 20.3K 2.3K
By Rienlita

[ Happy reading ]







Saat ini Althan dan Zea tengah berada di jalan menuju rumah orang tua Zea. Tentu saja itu semua karna kemauan istrinya.

Mimpi buruk yang terjadi beberapa waktu yang lalu, membuat Zea ingin berkunjung kerumah Mama dan Papanya.

Kini pasangan suami-istri itu sudah berada didepan pintu utama rumah Arini dan Ardi.

Cewek itu menatap rumahnya lekat. Ia sangat rindu suasana di rumah ini. Zea bahkan tak pernah melupakan betapa bahagianya ia dulu ketika Papanya mengajarinya bermain sepeda di halaman rumah ini.

Althan merangkul pundak Zea. Laki-laki itu seperti mengetahui isi pikiran Zea, mungkin karna raut wajah Zea yang mendadak menjadi murung.

Tok! Tok! Tok!

Zea mengetuk pintu utama rumahnya. Pintu itu langsung terbuka lebar, pandangannya yang pertama kali ia liat bukan lah mamah-papanya melainkan ART rumahnya.

"Bi, Mama sama Papa ada?" Zea bertanya pada Art itu.

Art itu menggeleng pelan. "Maaf Non. Ibu sama Bapa lagi keluar kota," jawabnya.

Zea semakin terlihat murung. Ia bahkan tak mengetahui itu. Apakah memang mamah-papahnya itu lupa kalau mereka masih memiliki anak? Entahlah.

Zea hanya tersenyum kecil kepada Art itu seraya menyodorkan paper bag kecil yang ia bawa tadi. Niatnya, ia akan memberikanya langsung kepada orang tuanya. Tapi karna mereka sedang ada urusan di luar kota. Jadi, ia akan menitipkanya saja.

"Kalo Mama sama Papa pulang, tolong kasih ini ya Bi, bilangin juga kalo Zea dateng kesini." Zea berujar.

Art itu mengangguk patuh. "Baik Non, nanti Bibi sampaikan."

Perempuan itu mengangguk. Lalu, berjalan pergi dari rumah itu, baru saja ia akan masuk kedalam mobil. Namun, seseorang menghentikan langkahnya.

"Zea!" seseorang itu berteriak.

Zea menoleh, mendapati Adara yang tengah berlarian kearahnya. "Adara?" beonya.

Adara mengangguk, dengan cepat ia memeluk sahabatnya. "Lo kemana aja sih, gue kangen tau!"

Mereka berdua sekarang memang sudah jarang bertemu, di sekolah pun keduanya sibuk dengan urusan masing-masing.

Adara mengerutkan dahinya bingung, ketika menyadari Zea tengah bersama dengan seorang pria yang ia kenal.

"Althan?"

Ya, Adara mengenal Althan. Memangnya siapa yang tidak mengenal cowok itu? Ia pikir satu sekolah juga pasti mengenalnya.

"Kok lo bisa sama Zea, Ngapain lo kerumah Zea?" lanjut wanita itu semakin kebingungan.

"Dia istri gue." ceplos Althan.

Kedua cewek itu sama-sama terkejut mendengar ucapan dari Althan. "Istri lo?" tanya Adara.

Adara terkekeh pelan. "Lo kelamaan gak punya cewek kayanya, jadi kebanyakan halu."

"Tanya aja sama Zea." ucap cowok itu.

Adara semakin tertawa mendengarnya. "Mana mungkin, iya kan Ze?"

Zea menggeleng. "Althan bener, Ra. Kita berdua emang udah nikah." lanjut wanita itu membenarkan.

Adara kini menatap Zea serius, sungguh situasi saat ini sangat membingungkan baginya. "Lo berdua bercanda ya?"

Zea dan Althan menggeleng kompak. "Lo liat, ini cincin pernikahan kita." Zea kembali berucap seraya menunjukan cincin pernikahan yang tengah mereka pakai.

"SERIUS? KOK BISA?"

Zea menghela nafas panjang, lalu perlahan perempuan itu mulai menceritakan semuanya pada Adara, mulai dari awal pertemuanya dengan Althan. Hingga bisa menikah dengan cowok itu.

"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue?" tanya perempuan itu ketika Zea selesai bercerita.

"Maaf Ra, waktu itu gue belum siap cerita semuanya sama lo." Zea menjawab.

Adara mengangguk menggerti, walaupun ia sedikit kecewa mendengarnya. "Kenapa waktu itu lo gak tinggal di rumah gue aja?"

"Gue gak ada pikiran sampe sana, Ra."

"Sekarang lo sama Althan udah nikah?" tanyanya kembali, ia masih tak percaya.

Zea mengangguk. "Iya, Ra."

Adara tersenyum pada Zea, lalu kembali memeluk sahabatnya. Seakan memberi kekuatan dalam pelukan itu.

"Maaf, gue baru cerita sekarang. Ra." Zea berujar, sungguh ia merasa sangat bersalah pada Adara.

Adara melepaskan pelukanya dari Zea. "Gak papa, sekarang yang paling penting lo sama Elgara bisa hidup bahagia."

Perempuan itu mengangguk lega, untung saja Adara bisa mengerti. "Oh iya. Al, kenalin ini sahabat gue. Adara." Zea memperkenalkan.

"Dia juga kenal Elgara?" tanya Althan sedikit berbisik.

Zea mengangguk cepat. "Adara juga yang udah bantu gue ngurusin Elgara."

Althan mengangguk saja, ia juga sebenarnya sudah mengenal Adara dari kedua sahabatnya. Karna cewek itu sudah lama di incar Zyan.

"Kalo gitu gue pulang dulu Ra, kasian Elgara di tinggalin di rumah Mama." pamit cewek itu pada sahabatnya.

Adara mengangguk. "Hati-hati Ze, jangan lupa titipin salam buat Elgara juga ya!"

Zea mengangguk. Keduanya langsung masuk kedalam mobil, lalu Althan melajukan mobilnya meninggalkan Adara.

☆☆☆☆

Setelah dari kerumah orang tua Zea, kini giliran mereka berkunjung kerumah Gina.

"Kalian baru sadar kalo masih punya Mama?" Tanya Gina ketika melihat tamu yang datang adalah anak dan menantunya.

Althan memutarkan bola mata malasnya. "Padahal setiap hari ketemu." balas Althan.

Gina mencubit pelan lengan anaknya. "Tapi gak setiap hari kamu mampir, udah jemput Elgara langsung pulang gitu aja kan?"

Althan menghembuskan nafas panjang. "Itu namanya sama aja Mama."

Zea terkekeh pelan melihat interaksi ibu dan anak itu. Lalu, perempuan itu mendekati Gina seraya menciumi punggung tangan mertuanya.

"Kamu ini. Baru dateng itu salim Althan, bukan malah ngebales omongan orang tua terus." gerutuk Gina.

Althan menjauh dari sana, sudah ia pastikan berdebat dengan perempuan itu akan kalah, laki-laki memilih ikut bergabung bermain bersama Elgara saja.

"Mama apa kabar?" Zea bertanya.

Gina tersenyum tipis. "Baik sayang, kamu gimana?" tanya balik wanita itu, Zea hanya tersenyum kemudian mengangguk.

"Kalian belum makan kan? Kalo gitu ayo makan dulu!"

Althan menggeleng keras. "Althan makan malem dirumah aja. Masakan Zea lebih enak!"

Gina memutarkan bola mata malasnya. "Sana kamu pulang sendiri aja, biar Zea sama Mama aja. Iya kan sayang?"

Zea mengangguk pelan membalasnya. "Iya Mah, Zea makan malem di sini aja."

Althan menghembuskan nafas kasar. Mau tidak mau laki-laki itu juga harus ikut makan malam bersama Mamanya.

Gina tersenyum penuh kemenangan, setelah itu ia menarik pergelangan tangan Zea untuk duduk di meja makan.

Althan dan Elgara juga ikut duduk di meja makan itu, "Gimana sama pekerjaan kamu Althan?" tanya Gina disela-sela makan malam mereka.

"Baik mah." balas Althan singkat.

Wajah Althan terlihat murung. Laki-laki itu kesal karna Zea tak dapat menyuapinya, perempuan itu menolak menyuapi suaminya dengan alasan malu dilihat mertuanya.

Gina beralih menatap Zea yang sedang sibuk menyuapi Elgara. "Zea, pasti kamu kesulitan ngurusin Althan kan?"

Zea terbengun. Perempuan itu mengakat wajahnya untuk melihat Gina. "Itu kan udah kewajiban istri buat ngurusim suaminya, Mah."

Gina mengangguk meng-iyahkan. "Mamah seneng kalian udah sedeket ini, dulu waktu pacaran mamah liat kalian gak sedeket ini." jelas Gina.

Pacaran? kapan? dengan siapa?
Zea seakan-akan bingung, perempuan itu hanya tersenyum canggung membalasnya.

☆☆☆☆

Sekarang mereka sudah kembali kerumahnya, kini keduanya sedang sibuk dengan urusan masing-masing.

"Zea sini!" panggil Althan.

"Zea!"

"Arzea Agrana!"

Zea langsung menoleh kearah Althan. "Kenapa?" perempuan itu tak mendekati Althan sama sekali. Padahal Althan memintanya untuk mendekat, tapi ia malah sibuk dengan tugas-tugasnya.

"Sini dulu Zea." panggil Althan lagi.

Dengan malas Zea mendekat kearah Althan, perempuan itu langsung duduk di samping Althan. "Kenapa lagi?"

Althan meraih black card, laki-laki itu menyodorkan black card nya kepada Zea.

"B-buat apa?" tanya Zea, perempuan itu benar-benar tak mengerti apa maksud Althan.

"Simpen, buat keperluan lo dan juga Elgara, ini hasil kerja keras gue, seratus persen halal." jelas Althan, Zea masih menganga tak percaya.

Cewek itu mengembalikan black card-nya pada Althan. "Ini terlalu berlebihan Al, gue masih punya uang simpenan kok."

"Gue suami lo, dan gue wajib buat nafkahi istri sama anak gue." ucap Althan seraya mengusap sebelah pipi Zea.

Zea memalingkan wajahnya malu, jantungnya benar-benar menggila. Ini tidak normal.

Perempuan itu langsung memeluk Althan erat, seakan Althan memang miliknya seorang.

"Makasih, untuk semuanya Althan." lirih Zea di dada bidang cowok itu.

Ia bahkan tak pernah mengira akan jatuh cinta kepada Althan. Nyatanya perempuan itu salah besar. Althan berhasil meluluhkan hatinya dalam waktu yang bisa dibilang cukup singkat, untuk wanita seperti Zea yang jarang sekali dekat dengan seorang laki-laki.

Zea memukul dada bidang Althan, perempuan itu menangis didalam sana. "Lo berhasil buat gue jatuh cinta Al." entah kenapa Zea tak bisa menahan ungkapan itu.






Tbc ...







Jangan lupa follow wattpad Rienlita sama instagram @rienlita.wp supaya kalian bisa dapetin informasi dari cerita-cerita aku!

Spam emoji warna merah ❤🍓🍎🍉 di sini !

Target 2k komen ya!

Jangan lupa kasih bintang ☆ dan komentarnya 💬, see you di next chapter luvey !

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 148K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
1.4M 139K 49
Katanya, psikopat bersifat genetik. Katanya, seorang anak yang tumbuh besar dengan orang tua yang memiliki gangguan tersebut berpotensi tumbuh serupa...
691K 32.6K 53
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
3.4M 202K 55
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...