My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.2K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
23. Cherry Lips
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
🥳[MY DAY] TERBIT🎉🎉🎉💖

32. Bad Boy

321 70 254
By HyunsukID

Hello i'm Comeback ^^
.... Voment cuseyeo ....

Jangan ada Silent Reader diantara kita

Happy Reading!
.

.

.

.

Di sinilah Hyunsuk mendudukkan diri. Untuk otaknya yang sedang bekerja dan jemarinya sibuk menulis, Hyunsuk memerlukan ketenangan berkonsentrasi.

Tempat ini sangat mendukung, ruangannya kedap suara di tambah nuansa pink kamar itu membuat terlihat elegan dan nyaman. Kamar ini seperti di desain khusus untuk Tuan Putri di negeri dongeng

Warna golden rose pada bed cover, membuat hiasan dan aksesoris di sana cukup menarik perhatian. Kombinasi warna pink dengan warna lain semakin memperlihatkan suasana ruang yang terlihat lebih kalem dan menenangkan.

Sangat menggambarkan kepribadian si pemilik.

Beberapa detik setelah bunyi pintu tertutup, tercium semerbak wangi lilin aroma terapi yang menyusul masuk di ruangan itu. Hyunsuk menoleh, mendapati seorang gadis berdiri di ambang pintu sambil membawa nampan yang berisikan biskuit dan secangkir kopi.

“Jangan dibawa tegang, Hyunsuk. Rileks saja, rileks .... “ Gadis itu meletakkan nampannya di atas meja. “Minumlah, aku tahu berhadapan dengan ayahku membuatmu gugup,” ucapnya merangkul Hyunsuk yang lebih rendah.

“Tentu saja, aku baru saja berhadapan dengan orang penting di perusahaan.” Hyunsuk mengembuskan napas lega, dia menggigit satu biskuit sebelum melanjutkan lagi mengisi lembaran itu.

Tiba-tiba Sungjin duduk di kursi yang sama. Kursi yang mereka duduki terlalu kecil, jadi Hyunsuk sedikit maju agar memberikan ruang untuk Sungjin di belakangnya.

“Hyunsuk-ah, Ayahku bilang jangan terlalu buru-buru. Jika masih ada yang bingung, tanyakan saja.” Sarannya sangat membantu.

Tak luput dari tulisannya Hyunsuk menjawab, “Bukannya ayahmu sedang ada tamu?”

Itulah mengapa Hyunsuk sekarang ada di kamar Sungjin. Awalnya Hyunsuk dan Tuan Seo berbincang-bincang di ruang tengah sampai 30 menit.

Tapi saat Hyunsuk sedang melengkapi beberapa data, tiba-tiba ada kunjungan lain dari rekan Tuan Seo yang mengharuskan Hyunsuk berpindah ke ruangan lain.

Karena ia belum selesai melengkapi formulir, Tuan Seo meminta Hyunsuk untuk menunggu sambil ditemani Sungjin. Di saat itulah, Sungjin meminta Hyunsuk menyelesaikan di kamarnya saja agar tak terganggu oleh obrolan tamu-tamu ayahnya.

“Sebentar lagi juga mereka akan pergi.”

Hyunsuk menyambung aktivitasnya lagi. “Baiklah, aku akan mencatat dulu beberapa yang kutahu.”

Sungjin terus memperhatikan Hyunsuk, senyumnya mengulum tipis. ‘Jika dilihat lebih dekat, Hyunsuk tampak lebih mempesona,’ katanya dalam hati.

Tangan Sungjin yang awalnya merangkul tiba-tiba berubah jalur, gadis itu menurunkan tangannya sampai berhenti di pinggang lelaki itu. Ditambah lagi ia menjatuhkan dagunya di bahu kiri Hyunsuk, menghela napasnya lembut.

“Hyunsuk-ah .... “

“Hm?”

“Kenapa kita tak menjalin hubungan saja?”

Hyunsuk bahkan tak menyadari apa pun jika Sungjin tak berkata demikian. Seketika jemarinya berhenti menulis, “Maksudmu?” pemuda itu enggan menoleh karena jika melakukan itu wajah mereka akan bersinggungan.

“Maksudku kita sudah sedekat ini, kau tidak ada masalah jika kita tak memiliki status apa pun?”

Sebenarnya ini menjadi ucapan paling sensitif untuk Hyunsuk dengar. Menurut Hyunsuk tak apa sedekat apa pun dengan seseorang. Tapi, jika orang itu mengharap hal lain, Hyunsuk lebih baik undur diri.

Wait wait wait.” Hyunsuk menjauh dan berdiri. Ucapan Sungjin membuatnya sedikit bingung.

Gadis itu tersentak tapi malah tersenyum, berpikir bahwa Hyunsuk sedang mengajaknya bercanda. “Apa aku perlu menjelaskan perkataanku? Ayolah Hyunsuk ... Kau tak selugu itu karena hidup di Kota.”

“Tidak ... Aku perlu memastikan.”

Sungjin bangkit, kini keduanya berdiri saling berhadapan. “Kau bahkan sudah main ke kamarku, kapan giliranmu mengajakku main di kamarmu?”

Mendengar hal itu mulut Hyunsuk sedikit terbuka. Namun beberapa detik selanjutnya tawanya menyambar keras. “Jadi, apa karna aku masuk ke kamarmu ini makannya kau berkata demikian?”

“Tidak. Lebih dari itu!”

“ ... Kita satu frekuensi, tujuan kita sama. Aku bisa mewujudkan mimpimu dan, kau juga bisa mewujudkan mimpiku,” jelas Sungjin.

“Satu frekuensi?! Kupikir dalam sebuah kelompok pun harus memiliki pemikiran yang sama. Jika seperti itu apa diharuskan memiliki ikatan lebih?”

Sungjin menggaruk pelipisnya samar. “Tidak juga ... Tapi aku sudah banyak membantumu, dan aku menyukaimu karena ... Kau baik, kau menolongku saat kakakku bersikap kasar, kau membantuku tenang dan memelukku saat itu. “ Gadis berlesung pipit itu melangkah mendekat.

“... Kau membuatku merasa nyaman, Hyunsuk.”

Meski tak henti-hentinya mengumpati diri sendiri, tapi Hyunsuk berusaha tenang agar tak merusak keadaan. Pemuda itu menyeret mundur kursi yang menghalanginya lalu menggenggam kedua bahu Sungjin.

“Seo Sungjin, maaf. Tapi aku tak mengerti kenapa kau beranggapan seperti itu. Aku akan melakukan hal yang sama meski orang itu bukan dirimu, karena sejatinya tak ada perempuan yang pantas diperlakukan kasar.”

“Itu artinya?” Sungjin memotong seakan menuntut.

“Sekali lagi aku minta maaf .... “ Hyunsuk melepas kedua tangannya. “Formulir itu belum kuselesaikan. Aku pikir ... aku harus mempertimbangkannya kembali,” ujarnya sebelum berbalik.

Tepat di langkahnya yang pertama, tangan Sungjin menyahut dan menahan jari kelingking Hyunsuk. “Kau menolakku karena Heejin, ‘kan? Perempuan tidak tahu diri itu terus mengejarmu dan membuatmu seperti ini, ‘kan?!!”

Shut up!” Hyunsuk menoleh teramat cepat.

“Siapa yang kau bilang tidak tahu diri? Selain itu bukan Heejin yang mengejarku, jadi tolong jangan asal bicara saat kau tidak mengerti situasinya.” Hyunsuk bisa melihat mata Sungjin berubah nanar.

Gadis itu menatapnya segan. “Sekarang bagaimana denganku? Aku menyukaimu dan kau mengabaikanku?”

“Aku harus pulang. Permisi .... “

“Yak Hyunsuk!”

“Berhenti melangkah atau kau akan menyesal.”

“Choi Hyunsuk!!”

****

Pikiran Hyunsuk runyam, sulit, pelik, penuh menjadi satu. Laki-laki itu menghela napas. Setelah bersikap seperti itu pada Sunjin, ia tahu debutnya pasti gagal. Bahkan bukan gagal lagi, ia tak akan diterima di perusahaan itu.

Tak apa, setidaknya Hyunsuk belum memutuskan kontrak dengan agensi lamanya. Hanya saja, dia sudah berkali-kali menolak panggilan dari Manajer perusahaan.

Dengan amat menyesal, Hyunsuk akan meminta maaf nanti.

Tak tahu harus ke mana Hyunsuk memutuskan pergi ke kedai makan satu-satunya di desa itu. Kedai Bibi Park. Ingin memesan makanan tapi semuanya sudah habis ”Ini bahkan belum menginjak siang, kenapa semuanya sudah ludes, Bi?”

“Kebetulan besok Bibi ke pasar, jadi hari ini hanya menghabiskan yang masih saja. Atau mau Bibi masakkan ramen?”

“Boleh, Bi. Bolehh!”

Sembari menunggu ramen matang, keduanya mengobrol hal-hal random. “Kau ini, mirip sepupumu.” Wanita dengan rambut separuh memutih itu terkekeh.

“Sepupuku siapa? Seingat Hyunsuk sepupunya belum pernah ke sini.

“Heejin. Kau masih tinggal di rumah saudarimu itu, kan?” Sekarang Hyunsuk baru paham, ternyata Bibi Park taunya mereka berdua itu sepupu. Hyunsuk hanya bisa tersenyum canggung.

“Bahkan Bibi sangat heran saat kau baru masuk tadi. Wajamu kusut, datar dengan alis yang bertaut dan bahu seperti tak bertulang. Persis seperti Heejin menjalani hari-harinya. Tapi kau jangan seperti itu, kau ini laki-laki, bahumu harus tegap meski sedang ada masalah sekalipun.”

Hyunsuk sontak menegakkan duduknya. “Euhm, ngomong-ngomong tentang Heejin, apa dari dulu memang dia seperti itu? Bisanya cemberut dan marah-marah?”

Bibi Park tertawa keras, “Kau juga merasakan hal yang sama? Semua orang di sini pun melihatnya begitu, makannya dia sering dijuluki Kaktus.”

“Kaktus? Kenapa begitu?”

“Banyak yang bilang Heejin itu berduri, dia akan menusuk jika di dekati. Maksudnya, dia selalu berkelakuan buruk pada orang baru sampai tak memiliki teman. Dia memang penyendiri yang handal. Tapi sebenarnya Heejin tak begitu, hanya orang-orang yang tidak bercermin yang bisa berpikir semacam itu. Sebenarnya dia baik, dia memiliki hati yang tulus. Banyak rahasia menakjubkan ada pada Heejin, yang tidak sembarang orang bisa tahu, bahkan orang tuanya sendiri.”

****

Sudah makan satu mangkuk ramen, tapi perut Hyunsuk masih terasa kosong. Hyunsuk tidak mengerti kenapa porsi makannya banyak tapi badannya tetap saja seperti ini.

Pemuda itu membuka pintu rumah, wajahnya yang lesu seketika berubah kala mendapati sepasang sendal bergambar Minion ikut berbaris di rak sepatunya, senyumnya mengulas indah.

“Heejin pasti sedang bersih-bersih.” Hyunsuk buru-buru melepas sepatu dan masuk.

Sudah menjadi kebiasaan di setiap Minggunya, karena di hari Minggu Hyemi ada kegiatan Organisasi ibu-ibu. Jadi, saat itulah Heejin harus menggantikan ibunya bersih-bersih di rumah Hyunsuk.

Sesuai dugaan.

Hyunsuk tersenyum jahil saat melihat gadis itu sedang menyapu lantai.

Heejin’s POV

Bruk!!

“Aishh! Panas sekali. Minuman ... Aku butuh minuman .... !!”

Suara itu membuat mataku melebar. Aku memandang jengkel pada sosok yang sekarang terkapar di lantai. Manusia terkutuk ini kenapa sudah pulang?!

“Kau bisa ambil sendiri dan cepat menyingkir! Tidak lihat aku sedang apa?!” kataku namun tak dapat balasan.

Hyunsuk mengangkat kedua kakinya dan melepas kaus kaki asal, dia membuangnya ke arahku. Kurang ajar!

Karena kesal aku menyambit Hyunsuk dengan gagang sapu, dia berdiri sambil memegangi bahunya dan merintih, “Yak, kau keterlaluan, Heejin! Shhht awh .... “

 Aku tak menghiraukan memilih pergi menyapu tempat lain.

Tiba-tiba Hyunsuk berteriak gaduh. “Jeon Heejin, kenapa tidak ada makanan?”

Dia pikir aku budaknya apa?

Sudah ratusan kali aku memutar bola mata muak. Saat hendak kembali Hyunsuk sudah berada di belakangku. Tanganku berkacak pinggang.

“Memangnya sejak kapan kau makan di rumah, eoh?”

Hyunsuk membuka mulut bersiap menjawab, tapi pria itu malah menggaruk pipinya canggung. “Eumm ... Baiklah mulai sekarang aku akan selalu makan di rumah.”

“Terserah. Tak ada hubungannya denganku.” Aku melenggang pergi.

“Hei, masakkan untukku!!”.

Butuh negosiasi membuat kesepakatan dengan Hyunsuk. Enak saja jika dia memerintahku tanpa imbalan. Lagi pula ibu tak menyuruhku untuk membuat makanan, tapi karena Hyunsuk berjanji akan meminjamkan gitarnya selama lima hari. Aku akhirnya mau memasak untuknya di hari ini. Cukup di hari ini.

Aku berjalan ke meja makan meletakkan piring sajian. Tak sengaja mataku melihat Hyunsuk di ruang tengah sedang menarik bajunya ke atas.

Tatapan laknatku malah turun ke bawah. Menyusuri perutnya yang membentuk kotak-kotak tipis. Napasku tercekat. Tanpa sadar aku terus menatapnya bahkan tak berkedip sekali pun.

Hyunsuk menengok menyeringai. Saat itulah aku buru-buru mengalihkan pandangan.

Heejin bodoh! Aku merutuk untuk diriku sendiri.

“Sudah kubilang jangan berbuat seenaknya jika aku masih di sini!” Aku meletakkan piring di atas meja sambil memperingatinya, namun Hyunsuk terkekeh mengejek.

“Aku hanya ingin Olahraga, memangnya kenapa?” Hyunsuk memotong jalanku tiba-tiba.

Kupejamkan mata lalu mendongak tak ingin melihatnya yang bertelanjang dada. “Kau bisa melakukannya setelah aku pulang.” Tatapanku mengeras memberinya aba-aba untuk menyingkir, tapi dengan sengaja Hyunsuk semakin menegapkan tubuhnya. “Kenapa? Bukankah kau menyukainya?”

“Tsk, bodoh. Pakai bajumu!” Aku mendorong keningnya sambil berlalu.

Dia mengekoriku sembari memakai baju, “Aku benar, ‘kan?”

Sesampainya di dapur aku berbalik dan melempar salbet ke muka Hyunsuk. “Tutup mulutmu, lebih baik bantu aku memasak!”

 “Baiklah akan kubantu.” Hyunsuk tersenyum, setelah memasang salbet dia bergeser ke arahku yang sedang memotong wortel. Pemuda itu membungkuk dan menopang kepalanya di atas meja memperhatikanku sepenuhnya.

“Heejinna ... Ayo diner!” ujarnya tiba-tiba.

Aku masih bergeming, tidak ada niatan sedikit pun membalas perkataannya.

Hyunsuk itu konyol dan tolol.

Lama-kelamaan timbul rasa tak nyaman. Aku menatapnya bengis. “Singkirkan wajahmu atau kupukul kepalamu!”

“Kenapa? Kau cemburu pada Sungjin... Itu artinya kau menyukaiku.” Dia bergeser lagi, semakin memperhatikan wajahku.

“Jadi, kapan mau jadi pacarku?” Hyunsuk mengerling nakal membuat dadaku berdentum. Aku yang terlanjur kesal mengentakkan pisau.

“Jika tak berniat membantuku, lebih baik pergi sana!” usirku membuat dia berdiri.

Kukiraa Hyunsuk pergi, ternyata dia malah berhenti di belakangku dan mendekat. Tubuhku menegang. Hyunsuk mengulurkan kedua tangannya ke depan dan mengambil alih tanganku yang sibuk memotong-motong. Dia merengkuhku dari belakang seperti sedang mengajariku.

“Ini aku sedang membantumu .... “ Hyunsuk malah berbisik.

Dadaku bergemuruh di setiap detiknya. Napasku tertahan lama.

“Jadi kapan aku bisa mengencanimu?” Hyunsuk tertawa pelan, napasnya saat terkekeh menyebar di area leherku. Aku merinding! Selalu saja seperti ini.

Aku buru-buru sadar dan berniat melepaskan diri, tapi Hyunsuk lebih cepat mendekapku erat. “Tidak mau menjawab juga, ya? Kalau begitu .... “

Tangan kiri Hyunsuk berpindah ke belakang rambutku yang diikat satu, jarinya berhenti di sana. Aku merasakan Hyunsuk seperti menarik pelan pita rambutku, di waktu bersamaan tiba-tiba dia mencium pipiku secepat kilat dan langsung terbirit lari sambil melepas kucirku, membuat rambutku tergerai lepas.

Aku yang berpikir lamban jadi kaget, salah tingkah, dan hanya bisa berkedip tak jelas.

“Tangkap aku, Kaktus Padang Pasir!!!!” Teriakan itu menggema membuat kesadaranku pulih membangkitkan kemarahan.

Kak- kaktus Padang Pasir?

Sontak aku membanting pisau di genggamanku dan mengejar Hyunsuk. “DASAR RAMBUT JAMUR TIDAK BERGUNA!!” Demi sendal berbentuk ikan Hiu yang kini sedang kupinjam, akanku unyel-unyel rambut Hyunsuk sampai rontok karena berani-beraninya mencuri pipiku. 

“Masih tidak mau menyerahkan diri, Choi Hyunsuk?”

Laki-laki itu mendapati jalan buntu, di belakangnya ada kolam ikan dan depannya ada aku, sekarang dia tak bisa ke mana-mana lagi.

“Heejin, Sayang? Kita bisa bicara baik-baik. Kebetulan kamarku kosong.”

Lihat! Mulut Hyunsuk itu tak semanis kelihatannya. Aku  memandangnya tajam saat dia berjalan mundur hati-hati, “Kau ingin kita berbicara hanya berdua ... Di kamar kosong, hm?” Aku mendekatinya sambil memasang sarung tangan karet.

“Tentu saja tidak, maksudku ... Kenapa kau menyebutku jamur?” Sebegitu berusahanya dia mencoba mengulur waktu.

“Karna rambut jamurmu itu sebentar lagi akanku buat menghilang dan kau akan hidup dengan kepala botak!”

Okeyy i’m scared to death, tapi sebelum itu, tak mau bertanya kenapa aku memanggilmu kaktus padang pasir?”

“Memangnya kenapa?”

“Karena ... JAMUR DAN KAKTUS BERTEMAN BAIK TAK SEHARUSNYA SALING MENYIKSA,” teriaknya menggebu sambil mencipratkan air kolam ke wajahku.

Sial! Dia berhasil lolos, sekarang Hyunsuk sedang mengejekku dengan cara berjoget di atas sofa. Baiklah, sofa bukan tempat yang buruk untuk menyiksa orang, bukan?

“CHOI HYUNSUK!!”

“Ya Heejin! Berhenti!!”

“Aku akan berhenti jika kau minta maaf!”

“Kau menggelitikku, Choi Heejin.”

“HEIIIIII jangan sembarangan mengganti margaku! Rasakan ini!”

“Awh, awh, yak! WHAAAHAHAHAHAHAHAAAAA .... “


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC

Keadaan Hyunsuk setelah di porak-porandakan:")

Say hello dulu sama pelakunya, wkwkwk ....


See u next Chapter, guys.... 💜

Continue Reading

You'll Also Like

8.7K 1K 11
Park Jeongwoo lokal - Treasure "Rey, gaenak ya kalau cuma jadi pengganti.. mau selesai aja gak?" - Rayyana. #Jeongwoo #Minji
14.5K 972 12
Mini series trejo#1 Haewon dikagetkan dengan perjodohan konyol yang direncanakan ibunya. Terlebih dia dijodohkan dengan jihoon yang merupakan kakak k...
177K 23.6K 32
"I sink into your eyes, whenever i looking at you." Published on 2017, by @htaeby.
1.3K 264 16
[ MINI STORY ] Perpindahan sekolah dan kembali beradaptasi dengan lingkungan baru memanglah sulit, terutama bagi Yoohyun yang notabennya adalah anak...