FINDING MOMMY

By mgicboba

64.1K 5.5K 754

[ Complete ] 𝐟𝐭. π‰πžπ§π¨ & π‰πšπžπ¦π’π§ ❝Daddy sayang kalian berdua, sangat. Lebih dari yang kalian tahu.❞... More

Introduce; Kisah ini bermula disini
Prelude; Jaedan RH. dan kucing
Prelude; Narendra RH. dan kopi
First page; Patah lagi
Second page; Rumit
fourth page; disappointed
fifth page; Hari yang buruk
sixth page; The Reason
seventh page; Sebelas action figure
eighth page; Sakit sekali rasanya
ninth page; Teganya Kamu
tenth page; Perang dingin
eleventh page ; Tanpa sebuah 'tapi'
twelfth page : Only love can hurt like this
thirteenth page ; Memangnya mau pergi kemana?
fourteenth page; Lebih dekat untuk bertemu mama
fifteenth page; Anak 'kita' ya?
sixteenth page; Kakak mau foto keluarga
seventeenth page; Tell me the truth
eighteenth page; Bagaimana kalau aku tidak baik baik saja?
nineteenth; Jaedan's birthday
twentieth note; Ini bukan salah siapa siapa
twentie-first page; Cemburu
twentie-second page; Cukup jadi anak yang bahagia
twentie-third page; 'Nanti' itu sesaat sebelum mati
twentie-forth page; Kita tidak punya pilihan lain
twentie-fifth page; Jadi siapa yang jahat?
twentie-sixth page; Last goodbye?
twentie-seventh; Kakak bisa pulang dengan tenang
twentie-eight page; We all need someone to stay
Outro; Kisah ini berakhir disini
Extra; The letter
Alternative Ending
For you!

Third page; Action figure

1.7K 184 40
By mgicboba

—𝐅𝐈𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘—
© mgicboba, 2022

**

Sebetulnya Jaedan sama Nana ini punya asisten pribadi yang umurnya nggak jauh-jauh amat dari mereka. Sengaja sih, soalnya Jeff bilang, "Saya tidak bisa dua puluh empat jam berada di samping kedua anak saya kaya waktu kecil, saya sepenuhnya bermaksud untuk tetap menjaga dan memenuhi semua kebutuhan mereka berdua lewat asisten pribadinya, untuk umur.. saya pilih yang umurnya tidak terlalu jauh dari mereka biar anak-anak saya tidak merasa dikekang."

Ada dua, dan dua-duanya sama-sama gendeng. Pertama, asisten pribadi Jaedan yang selama satu minggu kemarin mengambil cuti, kini dia sudah kembali pada pekerjaannya. Namanya Sam (sebenarnya) tapi Jaedan suka melesatkan namanya jadi Samsul, umurnya satu tahun diatas Jaedan, dan kelakuannya lebih mirip kaya monyet yang baru aja keluar dari hutan.

Kedua, asisten pribadi Nana. Namanya Thalia, kelakuannya bukan lagi mirip monyet yang baru aja keluar dari hutan, tapi lebih kaya kingkong wakanda.

Nana tidak memanggil Thalia dengan panggilan super aneh seperti bagaimana Jaedan memanggil Sam menjadi Samsul, karena menurut Nana—Thalia itu nama yang keren, tidak perlu diubah ubah.

"Je!? Jangan bilang... lo habis makan selai kacang lagi—dan dari Karina lagi??" Nana mendekat sambil menunjuk wajah Jaedan dengan jari telunjuknya layaknya seseorang yang sedang menuduh orang lain sebagai penjahat. Ya bagaimana tidak curiga jika keadaan laki-laki itu sungguh memprihatinkan ketika Nana tiba di dapur. Wajah dan tangannya penuh dengan ruam bewarna merah.

Jaedan tidak menanggapi omongan Nana barusan, ia memasukkan dua pil obat sekaligus dan menyambar gelas berisi penuh dengan air putih yang semula berada digenggaman tangan Nana, membuat pemuda itu nyaris mengumpat pada kakaknya.

"Lo bego apa bodoh, sih!? Udah tau alergi ya dihindarin! Ini malah dimakan dan enggak cuman sekali, tapi lima kali! Aneh banget, Karina nggak sayang—"

"Na!" Jaedan memotong omelan sang adik, kalau tidak dihentikan—Nana bakal mengomel tanpa henti dan pembahasannya sampai kemana-mana. "Udahlah gausah nyalahin dia, mungkin dia lupa atau gimana, alergi nya juga nggak serius serius amat kok."

"Iya. Hari ini emang nggak serius, kalau besok dia nyekokin lo pakai selai kacang lagi—"

"Your language." Jaedan memperingatkan. Sementara Nana memutar bola matanya malas dan berbalik arah, melangkah menuju pintu keluar dapur.

"Lagian apa bedanya sih gue sama lo?" Namun Nana terpaksa berhenti dan memutar balik lagi tubuhnya karena pertanyaan Jaedan yang tidak dimengerti olehnya.

"Maksud lo?"

"Lo juga bulol alias bucin tolol ke pacar lo yang bahkan udah jelas-jelas selingkuh sama adek kelas, lo lihat pakai mata kepala sendiri, tapi apa? Lo juga tetep bucin ke dia." Jaedan menyindir sinis, sebenarnya ia tahu soal ini dari Ares.

"Nggak usah disamain please, deh. Pacar lo lebih kurang—"

"Sebenernya kalian berdua itu ndak ada bedanya"

Nana dan Jaedan yang sedang saling bertukar tatapan sinis sembari saling menunjuk siapa yang lebih bego—Thalia muncul dari balik pintu, membawa nampan berisi beberapa piring dan gelas kotor dari meja makan serta ruang keluarga.

"LO NGGAK DIAJAK!" Ucap Nana dan Jaedan serempak sambil menuding perempuan berusia dua puluh tahun itu, membuat Thalia hampir terjungkal dan memecahkan piring serta gelas gelas diatas nampan yang tengah ia bawa.

Thalia menelan ludah dan kembali melanjutkan kalimatnya, "Ya tetep aja kalian sama sama—"

"DIEM!" Lagi.

Akhirnya Thalia pun kicep. Ya daripada nanti dia disuruh tidur didekat garasi mobil, yang lebih parah—gajinya dipotong, jadi lebih baik ia diam saja.

"Lo tetep yang paling bego!" Setelah mengucapkan itu tepat didepan wajah Nana, Jaedan langsung berlari sekencang kencangnya pergi dari area dapur.

"GUE ADUIN DAD YA LO!!" Nana sudah hampir meraih bagian belakang kerah baju saudaranya dan siap untuk memukulinya, namun ternyata ia meleset. Jaedan berlari dua kali lebih cepat menaiki anak tangga. Sepertinya Nana harus melakukan pilihan terakhir untuk membuat saudaranya yang paling kampret itu jera. Sebelumnya ia pernah mengatakan pada Jaedan bahwa dirinya akan benar-benar mematahkan action figure milik cowok itu jika dia berbuat macam-macam dengan Nana.

Cowok itu menyambar secara acak action figure milik Jaedan yang memenuhi lemari kaca di dekat tangga, kemudian...

'KRAK!!'

Jaedan langsung berhenti dan menoleh. Ia ternganga dengan wajah pucat pasi saat dia melihat dengan jelas bagaimana adiknya sungguh mematahkan action figure super kesayangannya.

"NARENDRA BRENGSEKK!!!!!!"  Jaedan berteriak sekuat tenaga hingga urat-urat dileher nya terlihat. Para pelayan di rumah itu sudah biasa dengan pemandangan seperti ini apalagi dengan suara mereka yang saling berteriak satu sama lain, sudah sering mereka dengar sejak kedua anak itu masih kecil.

Jaedan ingin memukuli adiknya detik itu juga jika saja yang ingin dipukuli tidak langsung melesat dengan cepat masuk ke kamarnya yang ada dilantai satu, tepat disebelah kamar sang ayah. Gerakannya sangat cepat layaknya the flash sehingga Jaedan tidak bisa meraihnya.

Pemuda itu duduk berlutut didekat action figure iron man miliknya yang kini tangan dan juga kepalanya sudah terpisah dari tubuhnya, harganya bisa mencapai sebelas juta saat ia membelinya di United Kingdom tepat ketika barang itu pertama kali diluncurkan. Bukan hanya masalah harganya, namun action figure yang itu merupakan edisi terbatas dan Jaedan merupakan salah satu diantara seratus orang paling beruntung yang bisa memiliki barang itu.

Dan sekarang?

Sedikit lebay, tapi sungguh—Jaedan menangis kala itu.

**

Daddy💪🏻
Disana udah pagi ya?
Udah sarapan belum?

Jaedan
blm.

Daddy💪🏻
Hng..?? What's wrong?

Jaedan
Tanya aja sama
anak kesayangan Dad.

Daddy💪🏻
Kalian kenapa?? Bertengkar lagi?

Jaedan
Dia duluan.

📞Missied voice call at 7:02 am

Jaedan
Aku gmau ditelfon!

Daddy💪🏻
Okey.. i'm so sorry, nanti
biar Dad yang bicara sama Nana
sekarang kamu sarapan dulu.
Thalia sama Sam udah dirumah kan?

Jaedan
Udh.

Daddy💪🏻
Satu lagi.
Kalian berdua adalah kesayangan Dad.

Jaedan
Ya.

Obrolan chat antara Jaedan dan Jeff berakhir sampai disana. Suasana hati cowok itu sepertinya tidak begitu bagus pagi ini, ini hampir jam setengah delapan pagi dan dia belum juga beranjak dari ranjangnya padahal empat puluh menit lagi dia ada kelas yang harus diikuti, namun sepertinya cowok itu masih betah menangisi uang sebelas juta nya yang melayang bersama kelakuan laknat adiknya.

Sejujurnya—Jaedan bisa saja membeli action figure lain yang lebih mahal dan lebih bagus, tapi letak masalahnya bukan pada uangnya, tapi pada barangnya. Itu adalah koleksi paling langka dari deretan action figure yang lain. Nana tidak tahu saja jika dulu betapa bangga nya Jaedan memamerkan mainan itu pada Harry yang saat itu sama-sama mengincarnya.

Tok! Tok! Tok!

"Kalau lo Nana nggak usah masuk!! Pintu kamar gue selalu tertutup buat lo!!" Jaedan berteriak dibelakang pintu kamarnya sesaat setelah dirinya melompat dari ranjang.

"This is your girlfriend, babe.."

Begitu suara Karina terdengar, Jaedan melotot. Pemuda itu langsung merapikan rambut dan baju tidur yang ia kenakan seadanya kemudian merubah total ekspresi wajahnya menjadi raut yang sangat manis.

Ceklek

"Hi! What are you—itu sarapan punya siapa?" Tanya Jaedan ketika ia mendapati pacarnya membawa segelas susu hangat dan satu mangkuk sereal.

"Punya Nana"

"Hah!? Kok punya Nana, sih??? Kamu kan pacar aku, ngapain nyiapin sarapan buat anak kaya dia!? Terus—Nana kan nggak bisa minum susu??"

Karina malah cekikikan, "Ya jelas punya kamu lah.. kalau punya Nana, aku nggak bakal ke kamar kamu."

"Tapi aku maunya makan dibawah sama kamu" Jaedan mengerucutkan bibirnya lucu, wajah khas bangun tidurnya masih sangat kentara membuat Karina sangat ingin melepaskan nampan yang ia bawa begitu saja ke lantai dan menguyel uyel wajah pacarnya.

"Yaudah ayo kebawah"

"Lhoo, wis tak bilangin to mbak, mas Jeje ki ndak mau makan dikamar" [Lhoo, udah saya bilang kan mba, mas Jeje ini nggak mau makan di kamar]

"Thalia! Ngapain lo ikutan nimbrung!" Jaedan melotot galak pada perempuan yang entah muncul dari mana membawa sapu serta kemoceng itu. Thalia langsung ngibrit, menjauh dari Jaedan sebelum—ya bisa jadi, cowok itu akam marah.

**

"Clarise nggak bisa dateng, dia baru di Bandung katanya."

Harry mendongak begitu ia mendengar kabar seperti itu dari Mahen. "Hah!? Ini selebarannya udah gue cetak loh anjir, mana jumlahnya engga sedikit, terus yang jadi pianis nya Jeje siapa? Karin kan nggak bisa main piano, Hen."

Baiklah, saat ini adalah waktu Indonesia bagian mumet sebab Harry sedang mumet karena masalah yang mendadak ini. Pertama karena mereka sudah sepakat sejak dua minggu yang lalu jika Clarise selaku adik tingkat mereka akan mendampingi Jaedan dalam penampilannya di acara yang bakal diselenggarakan tiga minggu lagi, namun tiba tiba cewek itu membatalkan kesepakatan yang mereka buat sejak awal secara sepihak. Lalu masalah yang kedua—selebaran acara nya sudah Harry cetak lebih dari dua ratus lembar dengan nama Jaedan dan Clarise yang terpampang jelas sebagai pembuka sekaligus penutup acara tersebut.

"Lo bisa kan?"

"Ngaco!" Harry berseru. "Apa sama si Nana aja kali ya? Dia jago kan main piano?" Usulan dari Harry setelah cowok itu terpikirkan akan saudara sahabatnya tersebut.

"Susah, Har. Mereka baru bertengkar, apalagi Jeje kayanya lagi marah banget." Mahen mendadak curhat.

"Lah, ngapa?"

"Lo inget nggak action figure yang pernah lo rebutin sama Jeje? Iron man edisi terbatas yang harganya sebelas juta"

Harry memiringkan kepalanya sambil menaikkan sebelah alisnya, "Iya, kenapa?"

"Dipatahin sama Nana."

Sungguh demi apapun—Harry pengen ngakak kenceng saat itu juga, walau ada rasa kasihan juga tapi delapan puluh persennya dia kepengen banget teriak 'mampus!' soalnya dulu Jaedan demen banget pamer ke Harry mentang mentang dia dapat sedangkan Harry tidak, dan itu bikin Harry jengkel setengah mampus.

**

To be continued

Continue Reading

You'll Also Like

119K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
2.9K 240 11
Keseharian si mungil renjun bersama sang Abang tersayang βŠ‚((・▽・))βŠƒ Lanjutan keluarga park daily Ramadhan yaws ......
30.1K 3.2K 9
❝Hidupku berubah, begitu ada pemuda aneh yang datang mengaku sebagai putraku di masa depan.❞ Β°Start 07.02.2020 [On Goingβœ“] copyright 2020 by fielitan...
21.3K 1.6K 13
Cerita tentang 3 kecebong Jungkook&Jimin dan anak-anak lainnya! Jeon Soobin Jeon Wouyong Jeon Jongho Dan kedua orang tua mereka πŸ’œ #4 - Jikook 12-03...