Zian [END]

By aboutdee

2.1K 570 290

Ini tentang Zian Malika Adinata, gadis berusia 19 tahun yang berhasil tetap hidup setelah 8 tahun terakhir du... More

# Kolase Hidup Zian
1. Sebuah Kehilangan
2. Januari beserta lukanya
3. Sesak disudut ruang kamar
4. Dia dan keindahannya
5. Berusaha bertahan
6. Filosofi sebuah buku
7. Filosofi sebuah buku bagian 2
8. Berhenti atau Lanjut?
9. Sebuah Jawaban
10. Akhir sebuah keputusan
11. Kolase sebuah kenangan
12. Riuh sebuah pasar
13. Sepiring donat kentang
14. All about you
15. Bolos berkedok healing
16. Hujan dan Lukanya
17. Better not to know
18. Berdamai dengan kecemburuan
19. Hari biasa
20. Tiga Tahun Yang Lalu
21. 2022 dan Kultum singkat
22. Tahun baru - pasangan baru
23. Mengenang sebuah perpisahan
24. Bayangan Tentang Bapak
25. To Make Peace
26. Bertemu
27. Dipta dan perasaannya
29. Hujan yang membawamu pergi
30. Every Second
31. Timeless
32. Dipeluk semesta
33. Jejak Tentangmu
34. Untuk yang masih di Bumi
35. Sang Tokoh Utama
36. Kini Selesai [FINAL]

28. Dipta dan Hujan

33 7 3
By aboutdee

"
Aku akan tetap mencintaimu meski hujan tidak datang sekalipun
"

Song Recommended
I Love You Boy - Bae Suzy ✨

_____________

Minggu ke-tiga dibulan Januari adalah hari yang paling Zian sukai. Hari di mana ia akan keluar bersama Dipta, menikmati weekend di atas motor matic milik sang kekasih. Hanya berdua, tidak ada yang lain tentunya. Tidak ada tujuan yang jelas, tapi sepertinya melihat sibuknya Kota Jakarta Timur juga menjadi sebuah hiburan untuk sepasang manusia yang terus dibuat jatuh cinta setiap harinya.

Kemarin malam, tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba Dipta mengajak Zian untuk jalan-jalan. Dipaksa mengaku atas dasar apa Dipta mengajaknya dengan tiba-tiba, tapi tetap saja jawabannya selalu klise 'Hanya ingin menikmati waktu bersamamu'. Padahal jika diingat-ingat, mereka kini setiap hari bisa bertemu, apalagi jika ada jadwal kelas yang sama Dipta akan dengan senang hati memberikan jok belakang motornya pada Zian.

"Kemana?" tanya Zian dengan sedikit berteriak karena terpaan angin yang berhembus kencang.

"Nonton aja gimana?" Dipta juga tidak tahu harus membawa kemana gadis yang ia cintai itu, yang ia pikirkan hanya pergi berdua dengan Zian.

"Nggak punya uang!!"

"Pakai uangku nggak papa."

"Nggak mau!!" tolak Zian mentah-mentah. Gadis itu memang tidak pernah ingin membebankan semua budget kencan hanya pada Dipta, bukan karena tidak ingin dibilang matre tapi karena merasa bahwa jajanan Zian bukanlah tanggungjawab Dipta.

"Kalo patungan masih bisa dibicarakan," lanjutnya dan mendapat sebuah anggukan dari Dipta.

Melangkahkan kaki masuk ke dalam gedung Cinema XXI Jatinegara dengan tangan yang saling bertautan. Dipta terus merekomendasikan film yang memang akhir-akhir ini lagi booming. Zian tidak banyak menuntut, asalkan bukan film horor ia akan ikut. Dan ya, pilihan mereka jatuh pada film keluaran tahun 2021 yang dibintangi oleh Nirina Zubir dan Lukman Sardi.

Durasi 1 jam 42 menit terasa begitu cepat karena alur film yang menarik dan juga acting para pemain yang benar-benar luar biasa. Bahkan popcorn yang dibeli Dipta juga sudah habis terlebih dahulu sebelum film yang berputar dilayar dengan ukuran sangat besar itu selesai.

"Makan yuk laper," ajak Dipta masih mangaitkan genggaman tangannya. Gadis itu hanya mengangguk membiarkan Dipta menariknya entah kemana.

Zian menatap jam tangan dipergelangannya, "Nanti mampir ke makam mau?"

"Tentu."

"Kalau hujan nggak usah."

"Siap nyonya," jawab Dipta antusias. Zian tersenyum mendengar jawaban Dipta.

Berada dalam genggaman laki-laki berkulit putih ini membuat Zian merasa nyaman dan aman. Ia tidak lagi mengingat luka dan dukanya, bahkan jika mungkin ada seseorang yang akan menyakitinya, Zian juga akan tetap merasa aman. Karena memiliki Dipta bukan hanya sekedar angan tapi sebuah kenyataan yang sampai kapanpun akan selalu ia pertahankan.

Sejujurnya gadis itu tidak pernah membayangkan akan menjadi bagian dari hidup Dipta. Mengenal dan berteman baik dengan laki-laki itu saja juga sudah berada diluar dugaannya. Ketidak sengajaannya memberikan ruang teduh dari payung yang ia bawa membuahkan takdir yang begitu indah. Jika Zian bisa, gadis itu ingin mengucapkan kalimat-kalimat cinta berkali-kali setiap harinya. Tidak peduli jika Dipta akan merasa bosan karena mendengarnya atau justru marah karena merasa jenuh. Tapi pada kenyataannya, Zian tidak mampu. Mengatakan bahwa 'aku sangat menyayangimu' saja sangat jarang ia katakan.

Bukan tanpa alasan. Ia hanya takut, ketika ia benar-benar mengucapkannya dan pada akhirnya seluruh eksistensi laki-laki itu menjadi candu dan kebiasaan, namun tiba-tiba semesta menariknya pergi dari hidupnya. Zian pernah begitu sangat ketergantungan namun takdir menariknya pergi dan berakhir dengan sebuah kesendirian. Ia benci akan kehilangan, tapi ia juga menjadi mengerti akan arti kehilangan dari laki-laki itu. Kehilangan Dipta tidak akan pernah masuk dalam angan dan pikirannya.

Untuk hari ini saja Dipta berhasil membujuk Zian untuk sedikit boros. Mengeluarkan sejumlah uang untuk kebahagiannya bukanlah sebuah kerugian bagi Dipta. Berhasil menghabiskan satu piring ayam geprek yang memang sedari kemarin Dipta inginkan. Laki-laki itu lantas menarik tangan Zian untuk pergi keluar, melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membelah panasnya Kota Jakarta Timur bersama dengan gelak tawa keduanya.

"Kamu tahu kemaren Very ngajak bikin video dokumenter gituan," ucap Dipta ditengah berisiknya kendaraan yang lalu lalang.

"Buat apa?" tentu dengan suara yang sedikit keras Zian menanggapinya.

"Buat ulang tahunnya Fira, Hahaa." Dipta sedikit tertawa bukan karena menertawakan kebucinan Very, tapi ia ikut bahagia menyadari Very juga sudah berubah menjadi laki-laki yang royal dan humoris sekarang. Terbukti, sepanjang pembuatan video Very terus saja berbicara, bercerita bahkan sekali-kali tertawa.

"Romantis dong, aku juga pengen," rengek Zian meletakkan dagunya diatas pundak Dipta.

"Aku juga buat sih."

Binar mata bahagia gadis itu tidak bisa terelakkan. Ia terus tersenyum sembari menyahuti segala ocehan Dipta hari ini. Jika saja ia bisa memilih jalan hidupnya sendiri, dari awal ia akan memilih untuk selalu ada disamping Dipta.

Kini kedua manusia yang tengah dimabuk cinta itu duduk di atas kursi taman di bawah pohon yang sangat rindang dengan masing-masing mereka memegang permen kapas yang tadi Dipta beli.

"Taa ..." panggil Zian lembut. Dipta menoleh, menatap sorot mata yang selalu membuatnya teduh dan tenang.

"Aku boleh nggak sih egois?" lanjut Zian.

Dipta terdiam. Permen kapas yang tadinya berada di depan wajahnya kini perlahan turun. Sorot mata Zian sama sekali tidak bisa diartikan sebagai sebuah kesedihan maupun kebahagiaan yang membuat Dipta sedikit berpikir.

"Aku mau kamu, entah saat ini, besok atau bahkan dimasa depan." Air mata berhasil meloloskan diri dari pertahanan Zian.

Terhitung sejak pagi gadis itu menahan tangis kebahagiaan yang ia rasakan. Rasanya tidaklah pantas jika kencan hari ini dirusak oleh sebuah tangisan.

Dipta bernafas lega mendengar penuturan kekasihnya ini, tapi ia justru dibuat terkekeh melihat Zian yang tengah menangis tersedu di sampingnya, "Kenapa harus nangis sih sayang. Udah-udah ... ututututuuuuu anak cantik nggak boleh nangis," tutur Dipta lembut sembari mengusap kepala Zian. Persis seperti seorang ayah yang tengah menenangkan anaknya yang sedang menangis. 

"Sayang ...."

Zian mendongak menatap dengan lekat wajah yang selama ini selalu ia pertahankan.

"Mau ada perempuan lain atau bahkan bunda yang larang aku untuk hidup sama kamu aja pasti aku tolak, tidak peduli apapun itu. Tapi untungnya bunda juga menginginkan kamu, jadi untuk alasan apa aku harus pergi ninggalin kamu? huh?"

Zian tertegun, "Aku sayang banget sama kamu."

Dipta tersenyum manis. Meski ini bukan pertama kalinya Zian menatap senyum manis Dipta, ia merasa senyum ini berbeda. Kekhawatiran yang ia takuti ia tepis jauh-jauh. Begitu juga dengan Dipta, segala bentuk ketakutan yang beberapa hari lalu hinggap dalam pikirannya ia lepaskan. Ia hanya ingin menikmati waktunya bersama orang yang sangat ia sayangi dengan cara yang sederhana dan Dipta akan menyimpan kenangan itu dalam hatinya untuk selamanya.

Awan mendung tiba-tiba menggelayut di atas sana. Cuaca memang tidak pernah bisa ditebak, di siang bolong seperti ini hujan seperti sudah merindukan bumi. Dan benar saja, belum sampai Zian dan Dipta pergi dari tempat itu hujan sudah mengguyur dengan tempo yang sedang.

Zian segera bangkit sembari menarik tangan Dipta, "Hujan Ta!!"

Namun laki-laki itu tidak beranjak sama sekali, Zian yang merasa tarikannya tidak membuahkan hasil menatap laki-laki itu dengan satu tangannya menutupi puncak kepalanya, "Kenapa? hujan ayo neduh!!"

Dipta tersenyum lalu menarik Zian untuk berlarian di bawah air hujan, "Kenapa? enak tahu hujan-hujanan."

"Ta ... basah, nanti masuk angin ihhh," rengek Zian masih berusaha untuk kabur.

"Tapi seru kan?" Dipta menarik tangan Zian untuk diajak bermain.

"Enggak! dingin tahu," kesal Zian.

Dipta diam, mendekatkan tubuhnya dengan Zian. Kedua tangannya beralih menangkup kedua pipi Zian. Mereka kini sudah basah, bahkan untuk berteduhpun rasanya akan tetap percuma.

Dipta tersenyum menatap wajah cantik Zian yang kini dipenuhi oleh buliran air hujan, "Hidup tanpa hujan itu aneh tau Zi ... cobalah nikmatin waktu yang Tuhan kasih dengan sederhana."

"Berteduh juga cara sederhana menikmati hujan," potong gadis itu sembari mengusap wajahnya yang basah beberapa kali.

Dipta menggeleng, "Enggak!! kamu hanya mencoba untuk menghindarinya. Kamu takut Zi .. takut jika dingin dari air hujan ini membuatmu harus kembali memeluk dirimu sendiri. Kamu tidak menikmatinya, kamu hanya berusaha menjauhkan diri dari hujan meski nyatanya kamu nggak bisa. Hujan selalu ada di sekeliling kita!! yang harus kamu tahu, bukan hujan yang salah kalau kamu merasakan dingin itu lagi ... tapi tidak ada yang salah disini, hujan hanya pelengkap dan kamu masih belum bisa menerima bahwa kamu bisa merasakan kehangatan meski di bawah derasnya air hujan."

Ya! Zian hanya berusaha menjauhi hujan. Sakit, masuk angin dan baju yang basah hanyalah sebuah alasan yang selalu ia lontarkan. Gadis itu, selalu berusaha menjauh dari sentuhan air hujan. Di bawah payung, jas hujan atau tempat untuk berteduh Zian benar-benar tidak ingin dingin itu kembali hadir lalu membuatnya kembali memeluk dirinya sendiri. Sekali gadis itu kehujanan, tapi nyatanya ia lupa karena kala itu dunianya sedang kalut. Dan faktanya kini air hujan telah menetralkan semuanya.

"Bahkan jika kamu tidak terkena hujanpun, dingin itu masih kerap datang kan?" tanya Dipta dengan suara yang sedikit meninggi karena suara tetesan air hujan yang kini sudah mendominasi.

Zian mengangguk dengan tatapan sendu, "Bahkan siangpun, aku selaku merasa kedinginan. Aku mau penghangatku kembali Ta ...."

"Tapi nyatanya dia tidak akan pernah kembali," balas Dipta lembut.

"Hujan juga bisa menyembunyikanmu dari dukamu Zi ... Lihat sekarang, kamu menangis tapi orang lain pun tidak akan tahu karena hujan melindungimu," lanjut laki-laki itu sembari mengelus puncak kepala Zian yang kini sudah basah, "Bahkan tanpa hujan kamu tidak akan pernah mampu melihat pelangi sayang."

"Tapi kamu selalu tahu kalau aku menangis," Zian memeluk tubuh Dipta dengan erat, "Tapi sepertinya hujan pun akan terasa hangat sekarang."

Zian mendongakkan kepalanya menatap wajah tampan Dipta dari bawah. Bahkan dilihat dari sisi inipun laki-laki itu selalu saja menawan.

Dipta menguatkan tangannya yang melingkar dipunggung Zian. Membawa gadis itu untuk memperdalam pelukan itu. Mencium puncak kepala gadis yang sangat ia cintai selama tiga tahun terakhir. Ya, Dipta mencintai Zian tepat dihari dimana gadis itu memberinya separuh ruang dari payung yang ia bawa, dihari dimana Dipta merasakan kembali hangatnya air hujan. Dan kini ia berjanji akan membawa Zian terus berlari dibawah air hujan tanpa takut akan rasa dingin.

"Kalau kata Kristen Wiig- 'I love the rain. It’s my favorite weather' ... tapi kalau Dipta 'I like you, because your my favorite human'," lirih Dipta di samping telinga Zian lalu mengecup pipinya sangat lembut.

Zian tersenyum membuat kedua pipinya yang basah kini mengembang. Meletakkan kepalanya didada bidang Dipta. Menyalurkan sayang juga cintanya melalui pelukan itu. Dua manusia yang kini berdiri di bawah air hujan, menikmati waktu yang masih Tuhan sisakan untuk mereka.

"Kalaupun kamu sudah tahu bahwa aku mencintaimu, aku akan tetap mengatakannya Zi ... Aku akan mencintaimu, masih mencintaimu dan sampai kapanpun akan tetap mencintaimu," batin Dipta.

Gilbert K. Chesterton pernah berkata bahwa jika hujan turun, lihatlah ke atas karena tanpa hujan pelangi tidak akan datang. Sama dengan hidup, jika duka tidak datang maka bahagia tidak akan pernah datang dengan sempurna.

Hujan dan cinta adalah dua rencana yang sama-sama Tuhan ciptakan untuk membuat manusia paham. Bahwa dibalik sakit dan duka ada bahagia yang akan datang. Kini Zian menyukai hujan karena Dipta sedangkan Dipta akan terus mencintai Zian meski hujan tidak datang sekalipun.





Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

50.6K 4.4K 25
✣He Is Mine -(Krowjaki) Zaki yang baru pindah dari sekolah lama nya menemukan teman yang akan menjadi teman hidup nya. "Dia milik ku selamanya" "He...
47.8K 3.2K 85
Ini tentang Elgafri Kaisar Hugo dan kisahnya sepanjang tahun 2019. Kaisar meninggalkan kota Surabaya, kota dimana ia tumbuh menjadi remaja sekarang i...
1.8M 175K 62
JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA DI PRIVATE!! Alara Anindiya Bianchi, gadis polos penyuka es krim dan hal yang berbau dengan...
10.1K 4.4K 26
ALUR CERITA BARU!! (Sebagian part diunpublish karena kepentingan penerbit) Apa jadinya ketika kamu harus menjaga dan bahkan harus menikahi seorang ga...