MINE [TAMAT]

By Sitinuratika07

29.7M 1.1M 62.5K

Sudah dibukukan❤️👅 tapi part masih lengkap karena isi di wattpad dan di buku sangat berbeda 🤭 ini cerita pe... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15 - Sean's POV
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19 - Chit Chat
After Wedding :)
SEQUEL- HAPPY ANNIVERSARY ( Repost )
SEQUEL ( Kelvin D. Franklin )
SEQUEL ( Deira D. Franklin )
SEQUEL ( Melvin D. Franklin )
SEQUEL: Special Melvin, kasih sayang Papa❤
SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (1)
SEQUEL: Sean jadi STALKER!?! (END)
SEQUEL: Abal-abal
SEQUEL - The Couple Goals
Sequel: Aku Padamu, Sean!
Sequel Lanjutan: Aku padamu, Sean!
Sequel lanjutan: Aku padamu, Sean! (versi dua)
Sequel Lanjutan - Aku padamu, Sean! (versi ketiga)
Pengumuman pemenang give away!
Juara 1 - Mine by Octya Celline
Juara 2 - Peleburan Hati by Oksytawulandari
Juara 3 - Oh my God by Syarah
Juara 4 - Jeaolus by Adinda Farah Anisya
Juara 5 - Lingerie by Raudhatul Janah
Juara 6 - Day Dream by Raisa Pujia
Juara 8 - The Grand final Konspirasi by Cassandra June
Juara 9 - Heaven of Culinary by FilipiPhoebe
Juara 10 - Happy Birthday my Lovely Husband by Widya Safira W.
MINE READY STOK ❤️

Part 20 END \m/

233K 8.7K 811
By Sitinuratika07

Wajib vote & comments!

Yeyeyeye ending ciyeee :p happy reading hyaaa :D mau curcol dikit, mulmed diatas, Aku ambil cast Sean dari Ryan Guzman sbg Sean di film Step Up All in. Hehe enjoy! Eh sorry kalo kepanjangan :(

*****

It's Show Time. Tiket kepulanganku ke kampung halaman tercinta sudah berada ditangan. Aku sangat berterima kasih karena Annie mengusahakan untuk membantuku semalam. Jadi penerbanganku akan take off satu jam lagi.

Aku juga tidak memberitahu perihal ini pada orang tuaku. Pagi tadi aku hanya pergi kuliah seperti biasa tanpa Sean mengantarku. Aku juga menerima pesan kalau Sean sangat sibuk hari ini mengurusi perusahaannya karena orang tua Sean sedang honeymoon lagi. Oh aku cemburu mendengar telepon dia tadi pagi.

Mungkin aku jahat, kejam dan tak berprikemanusiaan meninggalkan orang tuaku dan Sean tanpa kabar. Dan aku tahu tindakan aku salah tapi mau bagaimana lagi, aku ingin pulang ke Indonesia, bukan untuk lari dari kenyataan tetapi aku hanya ingin menjernihkan pikiranku yang keruh ini. Satu atau dua minggu tak masalah kan.

Aku juga sudah meninggalkan sepucuk surat untuk kedua orang tuaku didalam lemari, surat yang berisikan :

Ma, Pa. Aku pulang ke Indonesia. Cuma 2 minggu. Jangan mencariku atau jangan memberitahu ini pada Sean. Aku mohon. Aku hanya ingin refresing. I love you both! So much :*

Kira-kira begitulah isi dari suratku yang kutulis semalam. Aku yakin Papa dan Mama pasti mengerti.

20 menit lagi, pesawatku akan berangkat. Aku juga sedang menunggu di waiting room. Aku sengaja menggerai dan mengecat rambut panjang ikalku ini berwarna coklat pias. Tak lupa pula rayban dan masker yang bertengger manis di wajahku. Membuat aku seperti sedang menyamar sekarang. Entah ada apa, semenjak aku sampai di bandara ini rasanya hatiku dagdigdug tak karuan. Kalau berpakaian seperti ini, aku yakin orang-orang tak tahu siapa aku.

"Sial, kenapa kita yang harus kesana !?"

DEG!!!!!!!!! DEG!!!!!!!!!

Astaga, itu suara.. Suara Sean!!! Suara itu sedikit agak jauh, mungkin jaraknya berjeda dua kursi saja. Tapi aku masih bisa mendengar suara bariton khas itu dari sini.

Aku semakin mengencangkan masker dan kacamataku. Pura-pura memakai earphone untuk menutupi kegugupanku saat ini.

Astaga kalau bisa ketahuan, bisa habis nyawaku sekarang!!?

"Maaf, Sir. Ini perintah langsung dari Tuan Daniel. Kita disuruh meeting dengan klien di Miami."

Aku mendengar percakapan mereka tanpa ingin menoleh ke belakang. Mungkin Sean sedang bersama asisten dikantornya.

Demi ketampanan alien Do min Joo-ssi, aku benar-benar takut sekarang.

"Sebentar. Aku ingin menelpon seseorang." ucap Sean. Aku tak tahu dia mau menelpon siapa.

Drrrrttt...Drrrttttt........Drrrrrtt.....Drrrtt...Drrttt...Drrrrtttt.....

Astaga handphoneku bergetar hebat di dalam saku jeans hitamku ini. Untung saja hp ini ku getarkan saja, kalau berbunyi, tamatlah riwayatku.

Aku berpura-pura santai, menyilangkan kedua tanganku didepan dada dan menundukkan kepalaku. Seperti orang tertidur.

Tiba-tiba, aku mendengar langkah kaki tegap berjalan mendekatiku. Perlahan-lahan dan ragu. Aku yakin yang berjalan menghampiriku ini adalah Sean.

"Maaf, Nona. Apakah aku boleh duduk disini?"

Papaaaa!!! Aku takut..

Aku mendongak dan mengangguk layaknya orang bodoh. Aku tahu aktingku buruk tapi akan ku usahakan, misi ini tidak boleh sia-sia kan!?

Sean yang sedang memakai jas armani berwarna biru dongker dengan celana dasar yang serupa itu duduk berjarak satu kursi dariku. Aku melirik dari ekor mataku, Sean terus melihat ke arahku bingung. Untung saja aku memakai rayban dan masker ini.

Terdengar bunyi panggilan untuk penerbangan ke Indonesia. Aku beranjak dari tempat dudukku dan segera membenahi koper miniku ini. Aku menarik kembali masker yang hendak turun dari wajahku dan langsung menarik koper miniku pergi.

"Tunggu."

Oh My to the God! Sean mencegat tanganku kuat.

"Parfum anda sangat mirip dengan parfum istri saya. Bisakah saya melihat wajah Nona?" tanya Sean sopan. Aku meneguk ludahku kasar dan menggeleng.

"Mianhae, Ahjussi. Sebentar lagi saya akan boarding." ucapku dengan menggunakan bahasa Korea. Syukurlah keahlian ku sangat berguna sekarang.

Aku melepas tangan Sean dari lenganku dan pergi meninggalkannya dengan langkah cepat. Aku tak mau mengambil resiko kali ini. Aku menyerahkan tiket pesawatku ke petugas dan masuk ke dalam pesawat dengan hati tenang.

Aku masih bisa mendengar ucapan Sean saat aku pergi tadi. Dia mengatakan, "Vanilla."

Apa dia menyinggung bau mulutku? Soalnya Sean beberapa kali menyinggung jika bau mulutku ini bau nya seperti Vanilla. Lain kali aku akan memakan petai dan jengkol saja biar mulutku bau.

Saat aku sudah duduk di kursi penumpang, aku pun melepaskan rayban dan masker ku ini. Rasanya gerah. Arghh akhirnya selamat juga melewati badai.

Sekitar 15 menit lebih, aku belum juga melihat pramugari ataupun pilot yang masuk ke dalam pesawat. Seperti ada masalah di luar. Ramai. Memang di bandara selalu ramai kan?

"Maaf sebesar-besarnya, kepada Ny. Franklin, suami anda menunggu anda di luar. Jika anda tidak segera menemuinya, penerbangan ini akan di batalkan."

Sontak semua penumpang terkejut mendengar pengumuman yang baru saja disiarkan oleh salah satu pramugari maskapai penerbangan ini. Franklin? Siapa sih, sok hebat sekali. Memangnya dia siapa bisa membatalkan flight ini.

Semua orang didalam pesawat ini merasa kecewa dan marah. Mereka semua, sama sepertiku, mencari siapa Ny. Franklin ini.

"Sekali lagi, kami sangat memohon pada Ny. Franklin untuk keluar menemui suami anda." ucap pramugari itu lagi. Wajahnya resah dan ketakutan.

Terdengar banyak hinaan dan umpatan dari semua penumpang. Aku juga heran kenapa Ny. Franklin susah sekali mengaku? Malu-maluin saja deh, pasti dia bertengkar dengan suaminya. Dan suaminya itu punya andil besar di Bandara ini, bisa sampai membatalkan flight salah satu maskapai.

Pramugari itu keluar dari pesawat dengan wajah pucat pasi karena tak ada yang mengaku sebagai Ny. Franklin. Ah aku tidak peduli, masalah ini pasti akan selesai sendiri. Aku memakai kembali kacamata hitamku ini dan memejamkan mata untuk tidur. Tak beberapa lama aku dengar suara hiruk pikuk penumpang dan suara wanita berjerit lah yang paling mendominasi. Aku masih tak peduli dan terus melanjutkan tidur cantikku.

"KYAAAAAAAA!!!!"

Aku berteriak keras dan membelalakkan mataku spontan saat aku merasa tubuhku melayang ke udara. Perutku sakit karena seseorang dengan kurang ajarnya menaruh tubuhku di atas pundak kekar, seperti sedang memakul karung beras.

"Lepaskan aku!!" Aku sibuk memukul punggung pria gila ini. Tunggu, jas armani berwarna biru dongker? Astaga, kill me now!

"Bawakan koper istriku keluar dan segeralah kalian pergi."

"Ba..baik Sir.."

Mati aku, habislah nyawaku! Entah apa yang ku terima sebagai hukumanku nanti. Argghh, bodoh. Aku bahkan tidak tahu nama keluarga Sean apa. Franklin ternyata.

"Sean, turunkan aku. Aku maluu!!" bentakku dan terus memukul punggungnya. Kini Sean membawaku menuju pesawat pribadinya.

"DIAM !" Sean menurunkan tubuh kasar dan langsung meraih pergelangan tanganku, menyeretku untuk masuk ke dalam pesawat super megah dan mahal ini.

Apa ini pesawat pribadi Sean? Satu kata. WOW. Saat masuk ke dalamnya, aku merasa sedang di penthouse. Ini tidak terlihat seperti berada di dalam pesawat.

"Sean, tunggu. Dengarkan aku dulu.." ucapku kesal karena Sean daritadi tak berhenti menarik tanganku. Aku mau di bawa kemana sih!?

"AKU BILANG DIAM!"

Aku terkejut karena teriakan Sean lebih keras dari yang tadi. Sean masuk ke dalam sebuah ruangan pribadi, yang di dalamnya terdapat tempat tidur mini dan dua single sofa di ujung sana. Wew aku tidak tahu kalau pesawat bisa begini.

"Keluar kalian ! Katakan pada Pilot, kita berangkat sekarang!" tegas Sean pada ketiga pramugari yang sedang berada di ruangan itu. Mereka sangat terkejut karena kedatangan Sean yang tiba-tiba.

"Ba..baik Tuan." ucap ketiga pramugari itu patuh dan keluar bersamaan, lalu menutup pintu.

Sean menarik tubuhku supaya aku berhadapan langsung dengannya. Ya Tuhan, Sean marah besar!

"MAU KEMANA TADI HAH!?" tanya Sean berteriak. Sontak aku memejamkan mataku ketakutan. "JAWAB AKU!!" Sean mengenggam pergelangan tanganku kuat.

"A..a..aku.. Aku ingin pulang ke Indonesia.." jawabku gugup. Sean menggeram marah membuat bulu kudukku berdiri.

"SUDAH KU BILANG, JANGAN KABUR LAGI DARIKU, TIKA!!!" bentak Sean. Lalu dia mendorong tubuhku kasar hingga aku terjerembab ke atas ranjang.

Aku langsung duduk dan merangkak ke belakang, "Sean, bukan begitu maksudku. Aku... Sean, apa yang kau lakukan!?"

Aku beranjak dari tempat tidur mini itu dan mundur teratur. Sean membuka jas armaninya cepat dan membuang jas mahal itu ke lantai. Dia mendekatiku perlahan. Sungguh, bola matanya kini hitam pekat bukan merah tua seperti biasa.

"Sean, please. Dengarkan aku dulu. Aku ke Indonesia untuk....... Mmphhhttt !!"

Belum selesai aku bicara, dengan cepat Sean menarik pinggang dan tanganku bersamaan hingga dia berhasil mencium bibirku. Lalu Sean melumatnya tanpa ampun.

"Egh. Sean!" erangku saat Sean menggigit-gigit kecil bibirku. Aku tak sengaja membuka bibirku karena melenguh. Kesempatan ini di manfaatkan Sean dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku.

Aku terpejam saat Sean memeluk tubuhku kuat hingga rasanya kaki ku tidak menampak di lantai. Dia membawa tubuhku menuju tempat tidur dan menjatuhkan tubuh kami berdua di atasnya. Sial, kenapa malah tubuhku yang berada di bawah?

"Sean, sakit!! Engh.." Sean bertambah buas saja menciumku. Dia melumat bibirku tanpa niat berhenti sama sekali. Aku berusaha mendorong tubuhnya menjauh tetapi kekuatanku tak sebanding dengan tubuh kekarnya itu.

Tak beberapa lama kemudian, Sean akhirnya melepaskan bibirku. Nafas kami tersenggal-senggal bersamaan. Bibirku seakan bengkak maksimal. Berdenyut-denyut sakit dan nyeri.

Aku melihat lurus mata Sean, terdapat rasa marah, kecewa dan nafsu didalamnya. Aku takutt..

"Sean, tolong dengarkan aku.. Aku.."

"DIAM!!"

Sreeeettttt~~~

Bunyi robekan sweater yang ku pakai dan menyisakan bra berwarna hitam sekarang. Astaga, apa yang dia lakukan!?
Sean melempar hasil robekannya itu ke lantai, aku refleks menutupi tubuhku menggunakan tanganku.

"Sean, he..hentikan. Ini salah..." ucapku terbata-bata. Sean seakan tuli dan tak mendengar, dia menciumi rahangku dan terus turun menuju leherku. Sesekali dia menjilat, menggigit dan menghisapnya. Tetapi Sean tidak menghisap darahku.

"Aku kecewa padamu, mana janjimu kemarin hah?!" Sean mengerang marah tetapi tak memberhentikan aksinya menghisapi leherku.

"Sean, aku bisa jelaskan. Aku ke Indonesia untuk... Arghhh! SAKIT SEAN!!"

Tiba-tiba Sean meremas kuat kedua dadaku dengan kedua tangannya. Aku berusaha melepaskan kedua tangannya itu tetapi tanganku bergetar hebat. Aku mulai menangis kesakitan. Sungguh, dia sangat kasar. Ini benar-benar sakit.

"Sean.. Sakit!! Hentikan..Ugh.."

Sean kembali meraup bibirku ganas. Tidak ada sedikitpun kelembutan darinya saat ini. Tanganku yang bergetar terus berusaha menyingkirkan kedua tangan Sean yang tak berhenti meremas kuat kedua dadaku.

"Mmmpphhh...hikss...hikss.." Aku menangis sejadi-jadinya. Sean sungguh kasar padaku, lebih baik aku memilih di cambuk seperti dulu daripada seperti ini.

Tak di duga Sean melepaskan kedua tangannya, bibirnya dan beranjak dari atas tubuhku. Dia duduk di pinggiran kasur sambil memijit pelipisnya. Seperti orang frustasi. Sedangkan aku hanya duduk bersidekap sambil menyilangkan kedua tanganku didepan dada.

Aku lihat Sean berjalan menghampiri lemari pakaian berukuran kecil di sudut ruangan. Dia mengambil pakaian seperti kemeja berwarna abu-abu. Setelah menutup lemari itu, Sean kembali menghampiriku.

"Sini.." kata Sean lembut. Raut wajahnya tidak ada marah lagi, hanya saja dia masih cemberut padaku.

Aku menurut dan mendekatinya yang sedang duduk di pinggiran kasur. Perlahan dia membuka tanganku yang bersilang, di masukkannya kemeja abu-abu miliknya dan mengancingkan kemeja itu. Persis seperti ibu yang memakaikan anaknya baju. Kemeja kebesaran ini berbau sama dengan aroma tubuh Sean. Wangi maskulin.

Sean menarik pinggangku lembut hingga kini aku duduk di pangkuannya. Dia melihatku tajam dengan rahang mengatup rapat, tetapi tangannya malah menghapus sisa-sisa air mata di pipiku dengan sayang.

Sean memeluk tubuhku erat tetapi tidak terlalu kuat. Dia membenamkan wajahnya di antara lekukan leherku seakan sedang mencium aroma tubuhku dalam-dalam.

"Kau tahu, saat aku baru tiba di Bandara, aroma tubuhmu langsung menusuk hidungku. Seketika aku ingin marah dan mencari apakah ada kau di bandara itu, aku takut kau pergi meninggalkanku. Aku mohon, jangan seperti ini lagi...." ucap Sean lirih, memeluk tubuhku lebih erat lagi. Kata-kata Sean barusan membuat stock kalimat di otakku musnah. Dia sukses membuat aku kehilangan kata-kata.

Hebat, padahal jarak antara pintu masuk bandara dan waiting room kan jauh. Kenapa masih bisa tercium?

Sean melepaskan pelukannya tapi tak melepaskan tangannya yang berada di pinggangku. Dia mencium pipi kanan dan kiriku bergantian.

"Soal janji itu, kau tidak berbohong padaku kan?" tanya Sean lagi. Matanya memerah, seperti ingin menangis. Oh astaga, pria macam Sean menangis? Yang benar saja.

Aku menggeleng pelan dan tanpa sadar mengelus wajah Sean. Dia memejamkan matanya seperti menikmati belaian tanganku di wajahnya.

Aku merasa bersalah memang, tidak beritahukan hal kepulanganku pada Sean.

"Maafkan aku, aku pulang ke Indonesia bukan untuk melarikan diri darimu tetapi aku hanya ingin refresing, itu saja." kataku. Akhirnya aku bisa bicara seperti ini, karena daritadi Sean selalu memotong pembicaraanku.

"Kau tidak bohong?" tanya Sean. Aku kembali menggeleng. Sean tersenyum dan mengecup bibirku sekilas.

"Terima kasih dan maafkan aku tentang yang tadi. Aku janji tidak akan kasar lagi seperti itu." ucap Sean lembut lalu memeluk tubuhku lagi. Dia mengusap punggungku beberapa kali hingga aku merasa sangat nyaman. Entah sejak kapan, jika di peluknya seperti ini, aku sangat suka.

"Iya, jangan di ulangi. Aku benar-benar takut.." ucapku gemetaran. Sean membenamkan kepalaku di dada bidangnya, mengelusnya sayang dan sesekali mencium puncak kepalaku.

"Maafkan aku, sayang. Aku sangat marah saat melihatmu pergi. Awalnya aku ragu karena kau mengecat warna rambutmu. Tapi aroma tubuhmu itu tidak bisa membohongiku." kata Sean seraya terus mengusap rambutku.

Seandainya dari dulu Sean begini pasti sangat mudah membuatku jatuh cinta dengannya.

Sean melepaskan pelukannya lalu menangkup wajahku dengan kedua tangannya.
"Aku mencintaimu. Sangat. Tidak apa-apa kalau kau belum bisa membalas, tapi bisakah mulai sekarang kau belajar mencintaiku, sayang?"

Astaga, jantungku mulai bertingkah. Kenapa dia berdetak sangat kencang. Huh, apalagi wajahku mulai memanas dan aku yakin terdapat rona merah di kedua pipiku.

Kruuyuuuukkk...

Upss.... Perutku.. Memalukan !!! Aih menganggu suasana romantis saja!

"Hahahaha..."

Oh, Sean tertawa !! Ajaib, baru kali ini aku melihatnya. Dia bertambah tampan dua kali lipat.

"Aku anggap bunyi perutmu itu sebagai jawaban iya. Sebentar aku ambilkan makanan." ujar Sean sambil mencium pipiku dan berjalan keluar ruangan itu.

Tak lama kemudian, Sean datang kembali sambil membawa mampan yang di atasnya terdapat steak dan jus jeruk.

"Duduk sana." titah Sean menunjuk dua single sofa di dekat tempat tidur. Aku menurut dan berjalan ke sofa itu. Lalu duduk manis saat Sean menaruh nampan itu di atas meja.

"Kok hanya satu? Kau tidak makan?" tanyaku heran.

"Aku sudah 'makan' tadi."

Jawaban Sean hanya ku respon dengan ber "Oh" ria saja. Aku menyantap steak di depanku dengan lahap. Bayangkan dari semalam perutku tak berisi makanan sedikit pun.

Sedikit risih karena daritadi Sean selalu memperhatikanku. Matanya tak pernah beralih ke hal lain. Ugh, aku jadinya salah tingkah.

"Sean, kita mau kemana?" tanyaku canggung.
"Miami." ujar Sean. "Temani aku, cuma dua hari." lanjutnya.

"Miami...." lirihku. Aku jadi teringat lirik lagu Kat Dahlia- Gangsta.

In Miami, you get a charge.. In the whole family, tears apart..

Ya begitulah lupakan itu tak penting sekarang.

"Kenapa kita ke Miami? Tiketku kan ke Indonesia." protesku.

"Tiketmu tak penting. Temani aku meeting disana, sehabis itu baru ku temani kau keliling Indonesia." balas Sean cuek. Huh kembali deh sifat dinginnya.

"Aku tidak mau keliling Indonesia kok, hanya mau ke rumah nenek."

"Iya sama saja. Anggap saja sekalian kita bulan madu." ujar Sean menyeringai.

Zzzzz.. Bulu kudukku meremang. Tapi aku yakin Sean tidak berani sampai melakukan hal itu jika aku belum siap, kalau dia sampai nekat, aku bakal bunuh diri. Hemm!

"Bulan madu ke Indonesia? Tak buruk, baiklah nanti aku kenalkan semua masakan kuliner disana. Kau pasti ketagihan." jawabku enteng.

Sean seperti syok mendengar jawabanku barusan. Mungkin dalam hatinya dia bingung dengan perubahan sikapku. Aku pikir, setidaknya aku tidak salah jika ingin belajar mencintainya bukan? Mau tak mau, suka tidak suka, dia tetap suamiku.

*******

EPILOG

6 bulan kemudian...

Tak terasa hari ini adalah hari pernikahanku dengan......

..... Ya, dengan Sean siapa lagi. Aku masih tak menyangka kalau dia bakal jadi pendamping sisa hidupku.

Kini aku tidak merasa terpaksa lagi untuk menikah dengannya, bahkan sebaliknya. Aku sangat ikhlas dan bahagia menantikan hari terindah ini.

Sean benar-benar menepati janjinya saat kami di pesawat menuju Miami enam bulan lalu. Mulai saat itu, dia tidak pernah kasar lagi padaku. Bahkan saat ingin menciumku, dia minta izin dulu. Lucu kan?

Sehabis dari Miami, kami tidak langsung ke Indonesia, tetapi kami mampir ke Seoul dulu. Bayangkan, waktu itu aku sempat bertemu dengan Lee Seung Gi. Akhh kalau di ingat-ingat waktu itu, Sean marah denganku seharian, dia tidak mau bicara denganku karena aku tak berhenti-henti memuji Seung Gi Oppa didepannya. Hahahaha. Walaupun dia sudah tak kasar lagi padaku, tetapi sifat posesif dan cemburuannya tak pernah pudar.

3 hari kami di Seoul, kami pun terbang ke Indonesia. Tak lupa dengan janjiku, kami mencoba semua masakan kuliner khas Indonesia. Sean sering mengeluh kenapa di negara ini sangat panas dan padat. Selalu macet dan motor menyalip dimana-mana. Bikin dia kesal. Kalau mengingat hal itu, aku sering tertawa sendiri. Tetapi dari semua keluhan itu, Sean memuji semua orang di Indonesia ramah dan murah senyum. Terus pria tampan itu sangat menyukai masakan rendang dan sate ayam.

Karena liburanku dan Sean selesai, kami berdua kembali ke Alaska. Aku menjalani kuliah seperti biasa hingga aku lulus dengan IPK memuaskan minggu lalu. Ya, aku baru wisuda minggu lalu. Tetapi Sean sudah tak sabar menunggu lagi, jadilah kami menikah seminggu kemudian.

Pernikahanku di adakan di Jakarta, akad nikah di rumah nenek dan kakek. Karena mereka berdua terlalu tua, jadi tidak diperbolehkan untuk menaiki pesawat. Takutnya nanti ada apa-apa. Jadi kami yang terbang ke Indonesia. Yang muda yang mengalah. Heheh.

Ijab kabul yang diucapkan oleh Sean tadi pagi sangat khidmat hingga bisa membuat air mata Mama mengalir deras. Dia sudah latihan berulang-ulang selama sebulan. Walaupun aksen bicaranya tak banyak berubah.

Sekarang aku sah miliknya. Aku istri sah dari Sean D. Franklin. Kini aku bisa mengakui kalau aku adalah Ny. Franklin sesungguhnya dan pernikahanku disaksikan oleh banyak orang.

"Sayang, sudah siap?"

Lamunanku buyar saat Sean menyembulkan kepalanya sedikit ke ruang ganti pakaian. Kami sedang berada di salah satu hotel berbintang lima di Jakarta. Malam ini kami akan menyelenggarakan resepsi pernikahan.

Aku mengangguk dan berdiri. Sean masuk ke dalam ruang ganti dengan wajah yang super duper tampannya itu. Ah bangganya punya suami seperti dia.

"Kau cantik sekali, sayang." ucap Sean lembut. Dia meraih pinggangku dan memeluk tubuhku erat.

Saat ini aku sedang memakai kebaya modern berwarna merah maroon dan high heels berwarna sama. Rambutku disanggul ke atas mempertontonkan leher jenjangku.

"Kau juga tampan sekali, Sean." balasku. Sean sangat gagah memakai jas hitamnya itu.

"Biasakan panggil aku sayang, honey." Sean mengelus pipiku. "Bolehkah aku menciummu hem?" tanya Sean.

Aku terkekeh pelan. Kebiasaan dia sekarang adalah meminta izin sebelum menciumku.

"Tentu.."

Sean mendekatkan wajahnya ke wajahku. Saat hidung dan dahi kami menempel, tinggal seinchi lagi bibir kami menyatu, seseorang membuka pintu.

"Ehem, ehem. Pengantin baru sudah ditunggu diluar. Nanti malam saja lanjutkan oke."

Ternyata kedua Mamaku, Mama kandungku dan Ibu kandung Sean. Aku memanggil mereka berdua dengan sebutan Mama sekarang.

"Iya, Ma. Sebentar, 5 detik saja. Aku sudah terlanjur minta izin nih.." protes Sean.

Kami bertiga tertawa melihat tingkah Sean seperti anak kecil yang mengambek. Ahaaa! Aku ada ide. Dengan sigap, aku menarik dagu Sean dan mendekatkan wajahku.

'Cup'

Aku mencium bibir Sean sekilas. Sean membulatkan matanya besar. Sepertinya dia sangat terkejut. Mamaku dan Mama Rose pun terkejut melihat tingkahku.

"Mulai berani ya, lihat saja nanti malam." ujar Sean menyeringai.

"Aku tidak takut." cibirku. Kedua mamaku geleng-geleng kepala dan keluar dari ruang ganti.

Sean memegang tanganku dan menaruhnya di lengan kekarnya.

"I love you, sayang." bisiknya di telingaku.

Aku tersenyum tulus dan mendekatkan bibirku di telinganya sambil berucap, "I love you more, dear..."

END

Hellloooo akhirnya tamat yeyeyeyeye :D maaf ya kalo akhirnya gak sesuai harapan anda-anda sekalian :'( dan terima kasih sebanyak2 nya buat pembaca yang ngikutin dari awal sampai end nih cerita :') I LOVE YOU, SARANGHAE AHH MUUAHHH!!!
Kritik dan saran boleh jg :) mksh banyak ya!!!

Continue Reading

You'll Also Like

23.2K 2.6K 74
18+ "Rullin Vedenin, mulai hari ini kamu adalah budakku. Segala ucapanku akan menjadi perintah dan kamu tidak boleh menentangnya." "Rhaella Rhoxolany...
570K 37.9K 63
(18+) BOOK 2 OF MY PRINCE VAMPIRE SERIES ✔ Berawal dari kehidupan sulit yg di alami kakak dan adik. mereka bernama Zelion dan Zeana sang pangeran dan...
173K 2.9K 6
[Cerita Completed] PLAGIAT dilarang mendekati area sekitar⚠⚠⚠ #25 werewolf /28-8-2018/ Percaya.satu kata yang sangat membuatku yakin akan adanya were...
430K 32.6K 38
(Romance-Fantasy) ***** "Apa yang lo punya buat gabung di Misi Penculikan Anak ini?" Detektif itu menatap penuh selidik pada seorang gadis Bernama Rh...