HOLAAAA part ini aku dedikasikan untuk akarmila299 karena komennya yang aku setuju plus kocak juga hahaha
Happy Reading ❤️
*
*
*
Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
10.31 AM.
Salju lagi-lagi menghujani kota, membuat jalan sedikit tertutup benda putih tersebut. Atmosfer saat itu seolah tengah bersedih, mengamati kedua insan yang selama ini bersama. Para mafioso membantu sang nona pergi dari sana, bukan Gabrielle yang memerintahkan mereka, tapi memang wanita itu sudah lama menjadi bagian La Righello. Sehingga, beberapa mafioso melakukan penghormatan terakhir mereka pada mantan Black Rose of La Righello tersebut. Salah satunya Rafaele yang mengingat kemurahan hati sang nona menyelamatkannya dari amukan sang bos.
Para mafioso ada pula yang tidak menyukai Letizia, menganggap wanita itu adalah sumber masalah di La Righello dan terlalu kekanakan. Mereka enggan untuk melakukan penghormatan dan menetap dalam mansion. Sementara Lucrezia yang merasa berkuasa ikut keluar untuk menatap kepergian hama penghalangnya.
Lucrezia tersenyum bahagia, melipat kedua tangannya di depan dada. "Ke mana kau akan pergi? Hutan? Pinggir jalan? Atau kolong jembatan?" tanyanya tertawa mengejek.
Letizia tersenyum sinis. "Jauh dari bisa beracunmu."
Lucrezia tidak mendengarkan, larut dalam khayalannya sendiri dan tertawa amat bahagia. "Gabrielle milikku seutuhnya, kami akan menikah, berkeluarga, dan bahagia selamanya. Ah, Gabrielle-ku!" Melihat Letizia semakin kesal, Lucrezia menjadi-jadi. Ia mengedarkan pandangan. "Lihatlah, bahkan Gabrielle tidak mau melihat wajahmu untuk terakhir kalinya."
Letizia tertawa remeh. "Tentu saja, dia tidak akan bisa melihatku pergi darinya."
Lucrezia tertawa keras mendengar perkataan Letizia yang terlalu percaya diri. "Menyedihkan sekali, Lily. Jika aku jadi kau, aku lebih memilih mati daripada pergi tanpa harga diri." Lucrezia tertawa lagi, begitu senang akan kekalahan Letizia. "Kau tahu siapa yang menjebakmu?" tanyanya membuat Letizia menyipitkan mata. "Aku! Tentu saja!" ucapnya bangga dan tertawa puas.
Letizia yang terbakar emosi hendak menerjang Lucrezia, tapi Rafaele yang dari kejauhan melihat nonanya ingin berbuat nekat, langsung menangkapnya, dan dipisahkan oleh mafioso lain. Lucrezia lagi-lagi tertawa senang karena Letizia terbakar emosi. "Aku hanya penggiring, kau menghancurkan dirimu sendiri, Lily."
Di sisi lain, Gabrielle memerhatikan Letizia dari jendela kamarnya, menghisap rokok di tangan, lalu menghembuskannya. Pria itu tidak bersuara atau mengubah ekspresinya satu detik pun, tatapan tenangnya menyimpan ribuan makna.
Ace yang sejak tadi berdiri di belakang pria itu diam saja, tidak mengerti akan apa nan ada di dalam kepala sang bos. "Tuan, ke mana saya harus mengirim Nona Gabriels?"
Gabrielle berbalik tenang, menghisap rokoknya kembali, menghembuskan asap itu tenang. "Ciudad Victoria."
Ace membulatkan mata tidak mengerti. Kota itu adalah tempat mereka membuang Maria dan tempat itu masih rentan di dunia hitam. Belum lagi berita menunjukkan bahwa kota tersebut adalah salah satu kota paling berbahaya di dunia karena baku tembak mafia dan pembunuhan yang sering kali terjadi di sana. "Tuan, bukankah itu kawasan—"
"Kau sungguh berpikir aku mencabut gelarnya?" tanyanya tertawa remeh, lalu berbalik, menatap Letizia lagi. Ia menghisap rokoknya.
Ace mengernyitkan dahi. "Apa yang kau rencanakan, Tuan?" tanya Ace tidak mengerti. Ia benar-benar tidak tahu apa yang dipikirkan sang bos. "Kau akan melemparnya ke kandang singa?"
"Batu perlu ditempa sebelum menjadi berlian, Ace," ucapnya tenang. "Jika dia bukan harta, untuk apa kucuri?" gumamnya menaikkan sebelah alis dengan netra yang masih datar.
Ace masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Gabrielle maupun apa yang direncanakan pria itu. "Apa itu artinya pengkhianatan Nona Gabriels salah satu rencanamu?"
Gabrielle mematikan api rokoknya dengan ibu jari dan telunjuk, sebelum membuangnya ke asbak. "Itu satu dari dua hal yang tidak kurencanakan terjadi."
Ace mengerutkan dahi mencoba berpikir. "Satunya lagi saat Nona Gabriels berbicara tinggi padamu, Tuan?" tebaknya.
Gabrielle menggeleng singkat. "Lei ha rinunciato a me, odio le persone deboli," koreksinya dengan ekspresi muak.
Ace mengangguk-anggukan kepalanya setuju. Benar, Gabrielle tidak suka orang yang gampang menyerah, pria itu saja masih bertahan pada Letizia yang mengkhianati kepercayaannya. Gabrielle bahkan tidak ragu memutus semua ikatan untuk mencapai ambisinya, melindungi Letizia. Tapi, ada satu hal lagi yang membuat Ace masih bingung. "So, you love her?"
Gabrielle mengendurkan alisnya. Entah apa yang ia pikirkan. Ekspresi pria itu berubah, menatap tajam Ace seolah tidak suka. "You talk too much," peringatnya untuk mengingat pada batasan, membuat Ace menunduk dalam. "Bawa Rafaele ke Stanza Della Penitenza, berikan hukuman sama seperti kau membiarkan Letizia terjatuh. Kalian sama-sama teledor membiarkannya terjebak."
***
Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
01.31 PM.
"Argh!" jerit Rafaele merasakan punggungnya dicambuk entah sudah keberapa kalinya. Tangannya dipegangi oleh dua orang keperayaan yang salah satunya adalah Massimiliano, sementara Ace dengan senang hati mencambuk rekan kerjanya tersebut. "Argh!"
Massimiliano menatap tajam Ace yang tersenyum sadis sambil mencambuk Rafaele, padahal pria itu bukanlah pengkhianat. "Kau terlihat begitu menikmatinya," gumamnya melirik aneh Ace.
Ace mendelik sambil mengangkat kedua tangan. "Bagaimana tidak? Akhirnya dia merasakan apa yang kurasakan," ucapnya mencambuk kembali Rafaele yang membuat pria berambut klimis itu menjerit lagi. "Sebenarnya aku menunggu giliranmu, Massimiliano," kecewanya memberikan cambuk di tangannya ke Costanzo lantaran hukuman selesai dijalankan. Sementara Massimiliano memutar mata, membantu Rafaele berdiri.
Rafaele menahan perih di punggungnya, lalu menoleh pada Ace. "Aku penasaran bagaimana kau bisa bertahan hidup memikul tanggungjawab sebesar ini," tanya Rafaele heran. Ia saja sudah hampir mati karena menjaga Letizia hanya beberapa hari, apalagi Ace yang bertanggungjawab sejak dulu?
Ace tertawa bangga, membuat Massimiliano memutar mata. Ace tersenyum miring melihat kecemburuan rivalnya itu. "Loyalty," jawabnya sombong.
Tidak lama setelahnya Aldo mendatangi Massimiliano dan membisikkan sesuatu, membuat Ace dan Rafaele mengernyit. Tidak lama setelahnya, Massimiliano pergi bersama Aldo. Rafaele berbisik, "Mencurigakan."
Ace tersenyum miring mendengar ucapan Rafaele, sebab pria itu hanya mengurus pemerintahan dan tidak terlalu tahu-menahu secuil pun rencana bos mereka kedepannya di dunia hitam. "Apa Beatrice sudah dikubur? Terakhir kali aku melihatnya dia dipaksa memakan kotorannya sendiri," tanya Ace merapikan rambut pirangnya yang sedikit berantakan.
"Tidak dikubur, dia dibakar," jawab Rafaele menahan sakit di bagian punggung. "Dan beri tahu Tuan L, Nicolo telah ditangkap pemerintah seperti kemauannya."
Ace mengangkat sebelah alis. "Oh ya? Bagaimana ceritanya?"
"Seperti yang kau perintahkan, Nicolo mengantar 1 ton ganja ke German dan ditangkap di perbatasan oleh aparat. Seperti biasa, bersih di hadapan hukum, bersih di dunia hitam. Ya, meski mungkin beberapa mafia mengenali Nicolo sebagai La Righello, tapi pemerintah berada di pihak kita, sehingga mereka membantu melenyapkan semua bukti."
"Jangan sebut perintahku, itu perintah Tuan L," koreksi Ace memutar mata. "Pengkhianat keparat," umpatnya.
***
Gabrielle's Mansion | Turin, Italy
02.41 PM.
"Wanita itu pergi dari sini!" girang Lucrezia pada lawan bicara di telepon. "Lily telah diusir oleh L dan aku pemilik Gabrielle seutuhnya! Rencanamu brilian sekali!" Wanita itu bersandar pada pagar balkon, menghirup udara salju seolah musim semi saking bahagianya.
"Bagus!" sahut wanita di seberang sana. "Tapi kudengar Lily nyaris mati dan dicekik," desisnya tajam. "Aku menyuruhmu hanya untuk mencelakainya sehingga dia diusir!"
Lucrezia memutar mata muak. "Lebih baik dia pergi selamanya."
"Kau benar, kalau begitu biarkan aku yang membunuhnya. Di mana Gabrielle membuang wanita itu?"
Lucrezia mengedikkan bahu seolah benar-benar berbicara dengan Wanita Asia itu empat mata. "Aku tidak tahu."
"Apa maksudmu tidak tahu?! Jika dia kembali ke dalam kehidupan L, maka semua usahamu sia-sia!"
"Jangan meninggikan suaramu padaku, Xuan!" balas Lucrezia tak kalah tinggi. "Seharusnya aku yang marah karena kau berdansa dengan Gabrielle-ku!"
"Kau yang jaga bicaramu! Jika bukan karena anak buahku menghamilimu, kau tidak akan berada di sana! Now, listen to me, Bitch, find out where the fuck she is or I'll tell Gabrielle that you set a trick on him and also your baby is not his son!"
#To be Continue...
071121 -Stylly Rybell-
Instagram maulida_cy