Bertemu Kembali [ BakuDeku ] ✔

By ofazuku_

78.7K 8.8K 1K

Ini semua berawal dari Izuku yang asal tarik orang sembarangan di tempat umum untuk berlindung dari sang man... More

Bertemu
Sudah Lama
Kehebohan di Instagram
Aku Disini
Pagi di Kamar Katsuki
Kode dari Kirishima dan Mina
Bukankah Katsuki Lelaki yang Baik?
Indirect Kiss?
Kehangatan di Musim Dingin
Keributan di Twitter
Di SMA U.A
Mabuk
Hadiah Natal Terbaik
Cerita dari Masa Lalu (1) : Aku akan Menunggumu
Perempuan yang Bersama Katsuki
Misi untuk Izumi Kota : Menghibur dan Menenangkan Hati Izuku
Akhir dari Kesalahpahaman
Cerita dari Masa Lalu (2) : Midoriya Hisashi
Idola Baru U.A dan Pengakuan Cintanya
Malam Terakhir Festival Musim Dingin
Cerita dari Masa Lalu (3) : Katsuki, Izuku, Shoto
Di Acara Reuni
Saling Menemukan
Cerita dari Masa Lalu (4) : Sebuah Pengkhianatan
Luka yang Terganti
NEW FANFIC

Akhir Cerita

3.9K 298 48
By ofazuku_

Seminggu berlalu sejak Katsuki dan Izuku resmi menjadi sepasang kekasih. Tahun akademik baru juga sudah dimulai dan Izuku tidak memiliki banyak waktu untuk bersantai lagi seperti saat hari libur. Pagi itu, dia membuka mata dan tidak menemukan Katsuki di sampingnya. Dengan tubuh telanjang, dia bangun dan meringis saat merasakan bagian belakangnya terasa sakit. Seketika wajahnya memerah saat mengingat momen bercinta tadi malam dengan Katsuki.

"Bagaimana ini? Murid-murid dan para guru tidak akan curiga, 'kan?" tanyanya pada diri sendiri. Dia mengingat bagaimana dua kelompok manusia yang disebut baru saja itu suka sekali menggodanya saat di sekolah. Apalagi setelah akun instagramnya dihebohkan dengan postingan foto dirinya dan Katsuki tiga hari lalu, mereka pasti akan semakin senang menggodanya. Karena meskipun tanpa pernyataan resmi, semua orang akan mudah menebak jika keduanya sudah berpacaran.

Izuku menyibakkan selimut dan turun dari tempat tidur dengan perlahan agar tidak menimbulkan rasa sakit di bagian belakangnya. Dia membungkuk untuk mengambil kaos hitam berlengan pendek milik Katsuki yang tergeletak diatas lantai dan memakainya. Kaos itu tentu kebesaran di tubuh mungilnya, membuat bahu mulusnya yang memiliki beberapa bercak merah dan bekas gigitan itu terekspos.

Saat itu, pintu kamar dibuka dan Katsuki dengan hanya mengenakan celana tidur berjalan masuk. Tubuh berototnya yang shirtless memiliki beberapa bercak merah di bagian leher dan satu bekas gigitan di pundak. Melihat pemandangan yang cukup panas itu, membuat pipi Izuku ikut memanas.

"Selamat pagi," sapa Katsuki seraya menghampiri lelaki kecilnya dan mendaratkan satu kecupan di dahi.

Izuku tersenyum dan memeluk Katsuki, mengusakkan wajahnya di dada telanjang Katsuki dengan manja. "Pagi, Kacchan," balasnya dengan suara yang masih serak. Dia mendongak untuk menatap kekasih tampannya. "Kenapa meninggalkanku?" tanyanya dengan wajah cemberut.

Katsuki mengangkat kedua alisnya lalu tersenyum, dengan lembut mengusap surai hijau kesayangannya itu. "Kau mulai bekerja hari ini, bukan? Aku bangun lebih awal untuk membuat sarapan," jawabnya.

Izuku sedikit melebarkan matanya lalu tersenyum. "Begitu? Terimakasih, Kacchan!" serunya riang.

"Terimakasih saja tidak cukup," balas Katsuki membuat Izuku mengerjap.

"Eh?"

Katsuki menatapnya dengan senyuman penuh arti. Izuku yang mengerti maksudnya pun terkekeh dan segera mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki itu. Kemudian dia sedikit berjinjit untuk mencium bibir Katsuki. Lelaki yang lebih tinggi memeluk pinggangnya dan membalas ciumannya dengan satu tangan memegangi sisi wajah mungilnya, memberi lumatan-lumatan dan hisapan kecil pada bibir tipis merah muda itu.

Hanya butuh waktu setengah menit untuk mengganti lumatan dan hisapan kecil itu menjadi pergulatan lidah yang panas saat Katsuki berhasil menerobos masuk ke dalam mulut Izuku. Tautan kedua lengan di belakang leher Katsuki berubah menjadi remasan-remasan kecil pada surai ash blondenya.

Lenguhan yang lolos dari mulut Izuku membuat satu tangan Katsuki yang berada di pinggang Izuku turun ke arah bokongnya dan meremas pelan gumpalan daging tanpa celana itu, membuat si pemiliknya mengeluarkan lenguhan lain di tengah ciuman mereka. Mendengar itu, Katsuki semakin bersemangat untuk memberinya sentuhan lain dengan menyelipkan jarinya pada belahan bokong kekasihnya dan mencari-cari spot yang paling didambakannya.

Tubuh Izuku menegang dan kedua matanya melebar karena terkejut. Dia melepas ciuman mereka dan menahan tangan nakal Katsuki di bokongnya. Mata sayunya menatap Katsuki diiringi nafas yang terengah, wajahnya merah dan dagunya dibasahi oleh saliva.

"Kacchan... aku harus pergi bekerja," ucap Izuku mengingatkan Katsuki untuk tidak lepas kendali.

Katsuki meringis dan memeluk tubuh Izuku, membenamkan wajahnya di perpotongan leher lelaki mungilnya. Dia memberi kecupan disana sebelum mengangkat wajah dan melepas pelukan. Lalu dengan satu gerakan, tubuh Izuku diangkat dengan kedua lengannya. Membuat si surai hijau memekik kaget dan spontan mengalungkan kedua lengan di lehernya.

Katsuki membawa Izuku keluar dari kamar dan menuju kamar mandi. Membantunya mengisi air hangat di bathub. Setelah mengecek suhu air, dia membantu Izuku melepas pakaian dan membawanya ke bathub, kemudian meletakkan tubuh kekasihnya dengan hati-hati, takut bagian tubuhnya yang sakit karena kegiatan tadi malam semakin sakit karena gerakan yang berlebihan.

Izuku tersenyum mendapat perlakuan itu dan mengelus wajah Katsuki yang berjongkok di pinggir bathub. "Tunggulah di ruang makan, aku akan segera menyelesaikan mandiku."

Katsuki menyeringai. "Siapa bilang aku akan menunggu di ruang makan?"

Izuku mengerjap. "Eh?"

Katsuki berdiri dan melepas celananya. Sehingga kini dia bertelanjang bulat, membuat wajah Izuku memerah.

"Kacc---"

Lelaki bersurai ash blond itu tiba-tiba masuk ke dalam bathub dan dengan satu gerakan menyelinap duduk di belakang Izuku. Kedua tangannya memeluk pinggang ramping si surai hijau dan dagunya dia letakkan di pundaknya.

"Aku akan menemanimu," bisik Katsuki di dekat telinga Izuku.

Izuku merasakan aliran listrik menyengat tubuhnya karena suara rendah dan dalam dari bisikan itu, juga hembusan nafas panasnya yang menerpa kulit.

"K-Kacchan!" pekik Izuku yang terkejut dengan sentuhan 'benda keras' di bagian belakangnya.

Dengan nada berbahaya, Katsuki berkata, "Pagi hari 'dia' akan selalu butuh sentuhan. Tenang saja, aku akan melakukannya dengan cepat."

Kedua mata Izuku melebar. "Kacc-nnghh..."

Dan dia tidak bisa menghindari hormon berlebih kekasihnya yang telah terpendam selama bertahun-tahun itu.


***


Pagi itu, setelah mengantar Izuku ke sekolah, Katsuki pergi ke kampus Universitas U.A untuk menghadiri pertemuan mahasiswa baru program pascasarjana yang digelar di auditorium lantai 3 Universitas U.A. Kegiatan yang dilaksanakan dari pukul delapan pagi hingga pukul dua belas siang ini merupakan kuliah perdana bagi mahasiswa baru yang diisi dengan penjelasan dan materi dasar mengenai kegiatan akademik, keuangan, dan kurikulum program studi yang bersangkutan.

Para mahasiswa baru program pascasarjana ini mendapatkan materi dari profesor yang bertanggung jawab sebagai direktur sekolah pascasarjana. Lalu berlanjut pada kuliah umum yang disampaikan oleh wakil rektor Universitas U.A dan beberapa profesor yang bertanggung jawab di kelas pascasarjana mendatang.

Setelah pertemuan itu selesai pada pukul dua belas, Katsuki tanpa membuang waktu segera pergi setelah bertukar beberapa patah kata dengan salah seorang mahasiswa baru sepertinya. Dia sebelumnya berjanji untuk menjemput Izuku di sekolah untuk mengajaknya makan siang di restoran terdekat.

"Aku di area parkir," ucap Katsuki di telepon saat sudah tiba di area parkir SMA U.A.

Perlu menunggu lima menit hingga lelaki yang ditunggunya muncul. Katsuki bisa melihat beberapa murid menyapa Izuku. Beberapa diantara mereka terlihat menggodanya saat melihat Izuku berjalan ke arah mobil milik Katsuki.

Katsuki membukakan pintu dari dalam saat Izuku sudah sampai. "Terimakasih," ucap lelaki itu seraya masuk dan duduk di kursi samping Katsuki. Dia bersandar dan menghela nafas.

"Lelah?" Katsuki mengusap surai hijau lembut Izuku.

Lelaki yang ditanya sedang mengenakan seatbelt, setelahnya menoleh pada Katsuki dan tersenyum. "Aku menjadi topik terpanas di sekolah hari ini," ceritanya.

Katsuki yang sedang menyalakan mobil mengangkat alis menatapnya. "Begitu? Karena postinganmu di instagram itu?" Izuku terkekeh dan mengangguk. "Apa aku perlu membungkam mereka satu persatu untuk berhenti menggodamu dan menjadikanmu bahan berita?"

Izuku menatap geli pada lelaki yang sudah melajukan mobil melintasi area parkir itu. "Aku tidak merasa begitu terganggu. Karena apa yang mereka bicarakan adalah fakta. Dan apa yang mereka ucapkan adalah respon positif. Meskipun beberapa penggemarmu patah hati," tutur Izuku lalu terkekeh lagi.

Katsuki yang sedang fokus menyetir berdecak. "Penggemar pantatmu," gumamnya. "Jadi, kau senang menjadi topik pembicaraan terpanas hari ini, huh?"

Izuku tersenyum lebar. "Itu karena apa yang mereka bicarakan berhubungan dengan Kacchan. Aku merasa jadi manusia paling bahagia di dunia sekarang. Meskipun aku malu sih... mereka senang sekali menggodaku."

Tangan Katsuki terulur mengacak-acak surai hijau Izuku. "Baru berpacaran saja sudah seheboh ini. Bagaimana jika kita menikah nanti?" Lelaki di sampingnya tersedak ludah sendiri hingga terbatuk. "Oi, oi, ada apa denganmu?" Katsuki menoleh sebentar padanya dengan heran.

"Mengatakan 'menikah' secara tiba-tiba seperti itu, siapa yang tidak akan terkejut?" Izuku menatap kekasihnya sebal.

Satu alis Katsuki terangkat. "Kau tidak mau menikah denganku?"

Seketika wajah Izuku memerah dan dia segera menyembunyikannya dengan kedua tangannya. "Jelas aku mau..." cicitnya.

Katsuki tersenyum kecil lalu memilih berpura-pura tuli. "Hah? Aku tidak mendengarmu?"

Tahu jika Katsuki hanya berpura-pura, Izuku yang wajahnya masih memerah segera mencubit lengan kekasihnya itu jengkel. "Apa Kacchan berharap menjadi seorang yang tuli?"

Katsuki tertawa sambil sesekali mengamati wajah memerah kekasihnya itu dan memilih kembali fokus menyetir. Sementara Izuku hanya bungkam dengan wajah yang dihadapkan ke luar untuk menyembunyikan rasa malunya. Saat restoran yang dituju sudah tampak di depan mata, Katsuki pun menurunkan kecepatan mobil dan segera berbelok memasuki area parkir.

Setelah berhenti dan mematikan mobil, Katsuki melepas seatbelt-nya dan mendekat pada Izuku untuk membantunya melepas seatbelt. Kemudian dia menatap kekasih mungilnya itu dan meraih dagunya.

"Aku juga mau," ucapnya dengan suara rendah yang lembut.

Kedua mata Izuku mengerjap. "....Mau apa?"

"Tentu saja menikah denganmu," balas Katsuki kemudian memberi kecupan ringan di bibirnya. "Tunggu aku menyelesaikan program pascasarjanaku, oke? Tiga tahun. Mau menunggu?"

Mendapat serangan tak terduga itu, membuat lidah Izuku terasa kelu, tidak bisa berkata apa-apa. Wajahnya memerah, jantungnya berdebar kencang dan hatinya dipenuhi rasa manis.

"Untuk sekarang, kita hanya akan bertunangan terlebih dahulu. Tidak apa-apa 'kan dengan itu?" Katsuki kembali bertanya.

Belum reda dari serangan sebelumnya, Izuku semakin dibuat tak berdaya dengan serangan baru ini. Sebenarnya apa yang memasuki kepala Katsuki sehingga tiba-tiba mengatakan hal-hal sesakral itu di siang bolong?

Melihat kegugupan Izuku membuat Katsuki tertawa. Dia kembali mengecup bibir kekasih hijaunya itu lalu berkata, "Diammu aku anggap sebagai persetujuan." Kemudian dia membuka pintu mobil dan turun.

Izuku masih duduk dengan kaku di dalam mobil, tangannya menyentuh dadanya yang menghangat. Saat menatap manik ruby Katsuki sebelumnya, dia tahu jika lelaki itu tidak sedang bercanda untuk mengajaknya menikah tiga tahun mendatang. Memang sangat tiba-tiba, namun itu bukanlah sebuah candaan. Lelaki itu serius tentang hubungan mereka dan Izuku merasa sangat bahagia karenanya.

"Oi, Midoriya-sensei, jam istirahatmu akan segera habis. Guru teladan tidak boleh memberi contoh yang buruk dengan masuk terlambat ke kelas." Suara Katsuki dari luar menyadarkan Izuku.

Izuku menoleh untuk melihat lelaki yang tengah berdiri menunggunya di luar. Lelaki yang dicintainya dan juga mencintainya selama lebih dari satu dekade. Lelaki yang dengannya, Izuku akan merasa begitu lengkap dan bahagia.

Lalu dia tersenyum dan menyahut, "Tunggu sebentar." Dia segera membuka pintu mobil dan turun.

Katsuki mengulurkan tangan saat Izuku berjalan menghampirinya. Yang bersurai hijau segera menyambut uluran tangannya. Kesepuluh jemari mereka terjalin erat saat keduanya berjalan masuk ke dalam restoran. Setelah menemukan tempat duduk, mereka duduk berseberangan dan segera memesan makanan.

"Bagaimana pertemuannya?" Izuku membuka percakapan setelah pelayan pergi.

"Tidak buruk. Para profesor benar-benar bisa membuat hal-hal yang mereka sampaikan tidak terdengar membosankan saat didengar," jawab Katsuki.

Izuku yang wajahnya ditopang dengan kedua tangan tersenyum mendengarkan jawaban Katsuki. "U.A tidak pernah mengecewakan, bukan?"

Katsuki tersenyum kecil. "Seperti yang diharapkan dari U.A."

"Semangat untuk tiga tahun kedepan ya, Kacchan."

Katsuki mengangguk. "Aku akan selalu semangat untuk bisa menikahimu," ucapnya dengan tenang.

Wajah Izuku memerah dan dia segera menutupinya dengan kedua tangan, membuat Katsuki terkekeh. Lelaki bersurai ash blond itu meraih satu tangan Izuku yang masih menutupi wajahnya dan menggenggamnya diatas meja.

"Aku serius, Izuku."

Izuku menurunkan tangan lain yang masih menutupi sebagian dari wajahnya namun kedua matanya menatap ke arah lain. "Aku tahu..." gumamnya.

Katsuki membawa tangan yang ada di genggamannya ke dekat bibirnya, kemudian mengecup punggung tangan itu dengan tatapan yang tak beralih dari Izuku. "Masih tidak mau menatapku?"

Izuku dengan wajah yang semakin memerah karena tindakan Katsuki memberanikan diri untuk menatapnya. Dia benar-benar harus pandai mengondisikan jantung dan jiwanya saat menghadapi Katsuki. Lelaki itu benar-benar selalu membuatnya jatuh cinta setiap saat hingga tak berdaya.

"Oke, kita bicarakan soal itu nanti, Kacchan. Kasihanilah aku, kita sedang di tempat umum. Lama-lama aku bisa pingsan jika kau seperti ini terus," ucap Izuku dengan wajah cemberut membuat Katsuki tertawa.

"Baiklah, kita bicarakan yang lain." Katsuki mengalah. Izuku mengangguk sebagai tanggapan.

Lalu Katsuki kembali menceritakan soal kuliah umum tadi kepada Izuku sampai pesanan mereka tiba. Tak membuang waktu, keduanya segera menyantap makan siang tanpa banyak bicara. Dan saat selesai, Izuku diantar kembali ke sekolah. Sementara Katsuki segera pulang ke apartemen untuk tidur siang. Dia perlu istirahat sebelum membuka gym nanti sore.


***


Sepulang dari sekolah, Izuku mampir terlebih dahulu ke pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa bahan makanan. Tujuannya setelah ini bukanlah apartemennya, melainkan tempat gym milik Katsuki. Karena lelaki itu sibuk pada sore hingga awal malam untuk melatih para pengunjung yang masih pemula, jadi dia tidak selalu bisa menjemput Izuku di sekolah.

Si surai hijau sama sekali tidak mempermasalahkannya dan akan dengan senang hati pulang naik bis lalu pergi ke tempat gym. Sejak gym itu dibuka, keduanya selalu menghabiskan waktu sore hingga malam disana hingga gym ditutup pada pukul delapan. Terkadang, mereka akan bersantai di rooftop untuk menikmati angin malam sambil berpelukan atau menikmati makanan hangat.

Saat membuka pintu tempat gym dengan satu kantung bahan makanan, Izuku disapa oleh beberapa pengunjung yang belakangan telah menjadi pengunjung tetap, sebagian besarnya adalah para pemula yang mendapat pelatihan dari Katsuki. Bahkan ada orang tua atau saudara dari muridnya di U.A yang juga sering datang untuk melakukan fitness disana, setelah tahu jika kekasih dari guru anak atau saudara mereka membuka tempat gym.

"Selamat malam, semua." Izuku dengan wajah penuh senyuman ramahnya membalas sapaan mereka. Lalu beralih pada Katsuki dan menyapanya, "Aku kembali."

Katsuki yang sedang melakukan beberapa pemanasan dengan para pemula itu menatap kekasihnya dan tersenyum kecil. "Selamat datang. Pergilah beristirahat," balasnya.

Izuku menjawab, "Aku akan memasak untuk makan malam." Tangannya mengangkat sekantung bahan makanan yang dibawanya. "Setelah Kacchan selesai, kita akan makan."

Katsuki mengangguk. "Oke."

Izuku pun berpamitan pada yang lain dan segera naik ke lantai dua. Kemudian, setelah melepas mantel dan tas kerjanya di sofa, dia pergi ke dapur untuk mulai memasak.

Sekitar satu jam kemudian, Katsuki telah selesai dengan pekerjaannya dan segera menutup gym. Kali ini lebih cepat, karena tidak ada yang datang lagi. Dia naik ke lantai atas dimana kekasih yang dirindukannya selama seharian berada. Aroma makanan langsung masuk ke indera penciumannya dari arah pantry. Disana sudah tersedia beberapa hidangan, termasuk menu favoritnya, kari super pedas dan menu favorit Izuku, katsudon. Tapi Izuku tidak ada disana, sampai suara gemericik air terdengar dari kamar mandi. Lelaki itu sedang membersihkan diri.

Katsuki mengenakan celana training panjang dengan tanktop hitam yang menampilkan lengan berotot berpeluhnya. Merasa tidak nyaman, dia segera melepas tanktop itu dan memasukannya ke keranjang cucian seolah-olah dia adalah pemain basket yang sedang memasukan bola ke dalam ring basket. Lalu dia mengambil remote AC dan menyalakan pendingin, setelah itu melemparkan diri ke atas sofa.

Tak lama kemudian, Izuku keluar dari kamar mandi dengan celana pendek selutut dan kaos longgar berwarna baby blue. Dia memang menyimpan beberapa pakaian disini untuk persediaan. Dilihatnya lelaki yang bertelanjang dada tengah berbaring di sofa dengan satu lengan yang dijadikan bantal. Dia sedang serius memainkan ponselnya. Sementara itu Izuku memasukkan pakaian kotornya ke keranjang cucian, kemudian berjalan melewati Katsuki ke arah kamar untuk mengambil hair dryer dan kembali ke ruang tengah, duduk di single sofa dan mulai mengeringkan rambutnya.

Katsuki yang melihat kedatangan kekasihnya segera menyimpan ponsel ke atas meja. Dia mengubah posisi berbaringnya, kali ini dengan kepala yang disangga oleh satu tangan, tatapannya jatuh ke arah lelaki bersurai hijau dengan wajah manisnya yang menyegarkan.

"Setelah selesai, kemarilah," perintah Katsuki.

Izuku yang sedang mengeringkan rambutnya mengangkat alis. "Ada apa?"

"Ingin menciummu."

Jantung Izuku seakan-akan meloncat dari tempatnya berada mendengar ucapan tanpa ba-bi-bu dari kekasihnya itu. Wajahnya dengan cepat memerah karena malu. Tatapannya kini beralih ke keranjang cucian yang lebih menarik dari apapun saat ini.

Katsuki terkekeh dan semakin senang menggodanya, "Aku tidak bisa menyambutmu dengan ciuman tadi. Jadi, aku akan memberikan ciuman terbaikku sekarang."

Wajah Izuku semakin memerah dan dia beralih menatap Katsuki seraya melotot lucu. "Aku tidak akan tergoda!"

Satu alis Katsuki terangkat. "Oh? Jadi, kenapa wajahmu memerah begitu, sensei? Bukankah kau senang saat digoda seperti itu?"

"Aku hanya malu," sangkal Izuku. "Kacchan saja yang tidak tahu malu!"

Katsuki bangkit dan menatap si surai hijau seraya menyeringai. "Jadi, tidak mau kucium?"

Izuku menjadi lebih gugup. "T-tidak."

Mendengar itu, membuat Katsuki turun dari sofa dan berjalan menghampiri Izuku. Dia membungkuk dan mengungkung lelaki hijau itu dengan kedua tangan yang dia tekan pada kedua sisi sofa yang kekasihnya duduki. Hair dryer di tangan Izuku sudah berpindah ke lengan sofa.

"K-Kacchan, apa maumu?" Rona merah di wajah Izuku semakin tak terkendali, apalagi melihat tubuh berotot Katsuki yang bagian atasnya tidak tertutupi oleh pakaian. Aroma cologne bercampur keringat lelaki itu menelusup indera penciumannya. Ini aroma yang memabukkan, aroma yang juga selalu dia temui saat mereka sedang bercinta diatas ranjang.

Katsuki mendekatkan wajahnya pada wajah Izuku dan menatap bibir kemerahan kekasihnya itu, dia mengetuk pelan benda kenyal dan lembut itu dengan jari telunjuknya. "Aku mau ini," ucapnya setengah berbisik.

Suara berat dan dalam Katsuki memenuhi indera pendengaran Izuku, membuat tubuhnya seolah-olah tersengat aliran listrik. "K-Kacchan..." lirihnya tak berdaya.

"Aku merindukanmu, Izuku."

Aliran listrik itu semakin kuat di sekujur tubuh Izuku dan perasaan hangat memenuhi hatinya. Dia pun membalas tatapan lelaki di hadapannya dan mengalungkan kedua lengannya di leher kuat kekasihnya itu, tidak peduli selengket apa tubuh yang beberapa saat lalu masih bermandikan peluh itu.

"Aku juga merindukanmu, Kacchan," balas Izuku.

Katsuki tersenyum dan segera memangkas jarak keduanya untuk menyatukan bibir mereka. Mengecup, menjilat, menyesap, menggigit kemudian meneroboskan lidah, hingga kedua lidah mereka beradu kehangatan di dalam mulut manis Izuku.

Saat Izuku sudah kehabisan nafas, dia memukul pelan bahu Katsuki yang kemudian segera melepas tautan mereka. Kedua bibir mereka terpisah dengan benang saliva yang menyatu hingga terputus, nafas mereka terengah seraya saling bertatapan dengan sayu. Katsuki mengusap bibir hingga dagu Izuku yang basah oleh saliva dengan lembut. Wajah manis kekasihnya begitu memerah, dibarengi dengan mata besarnya yang basah, dia tampak begitu menggemaskan. Katsuki kemudian mengecupi seluruh wajah si surai hijau itu dengan gemas.

"K-Kacchan.... jika sudah tidak berkeringat, pergilah mandi. Sudah saatnya makan malam," ucap Izuku memperingatkan.

Katsuki menghentikan kegiatannya dan mengangguk. "Oke," sahutnya kemudian mundur dan berdiri tegak. Sebelum pergi, dia mengelus surai hijau Izuku dengan lembut.

Saat Katsuki selesai, keduanya makan sambil mengobrol tentang pekerjaan, Katsuki juga membahas tentang Kirishima yang bersedia membantunya untuk menjadi pelatih di gym-nya setiap hari minggu. Itu tidak akan memerlukan waktu seharian karena gym sendiri hanya dibuka saat pagi hari sebelum pukul sepuluh dan sore hari pada pukul empat. Jika di hari-hari biasa dan ada kelas pagi, Katsuki tidak akan membukanya atau hanya membukanya sampai pukul sembilan. Sepertinya dia juga memang memerlukan seorang asisten tetap yang tentu sangat baik di bidang kebugaran tubuh.

Di samping itu, Katsuki juga masih tetap harus memikirkan pekerjaan di luar bisnisnya sendiri untuk memiliki penghasilan lebih besar. Ayah dan ibunya memiliki perusahaan yang bergerak di bidang desain interior, sementara dirinya tidak berada di bidang yang sama dengan keduanya, jadi dia hanya akan mengandalkan dirinya sendiri untuk mendapatkan pekerjaan yang jadwalnya bisa disesuaikan dengan kuliah dan bisnisnya sendiri.

"Mau pergi ke Taman Musutafu?" Katsuki bertanya saat mereka sudah selesai makan, dia sedang mencuci piring-piring di wastafel.

Izuku yang sedang membersihkan meja menyahut, "Ada apa disana?"

"Hanya mencari udara segar, itu pun jika kau tidak kelelahan," balas Katsuki.

"Boleh, sudah lama juga tidak kesana." Izuku yang telah selesai dengan kegiatannya segera menaruh lap dan mencuci tangan. "Aku mengambil jaket dulu, kalau begitu."

"Ambilkan punyaku juga."

"Oke."

Izuku segera pergi ke kamar, mengenakan celana panjang dan mengambil dua jaket. Tak lupa juga sepasang sepatu sneakers miliknya, karena akan sedikit tidak nyaman jika mengenakan sepatu kerjanya.

Setelah selesai menyimpan piring-piring, Katsuki kembali ke ruang bersantai. Disana, Izuku yang sudah berpakaian sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Katsuki mengambil waistbag yang berada diatas meja kemudian mengenakannya, lalu jaket hitam miliknya.




"Ayo," ajak Katsuki.

Izuku segera memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket dan berdiri, tak lupa mengambil tas kerjanya untuk dibawa pulang. Katsuki mengambil kunci mobil diatas meja dan keduanya pun turun. Setelah mengunci gym, Katsuki masuk ke dalam mobil menyusul Izuku yang sudah berada disana.

Taman Musutafu tidak terlalu ramai karena ini bukan akhir pekan, Katsuki dan Izuku berjalan-jalan bersama dengan tangan yang saling bertautan menikmati udara malam musim semi. Ini adalah tempat dimana dulu keduanya sering menghabiskan waktu bersama, terutama saat pulang sekolah atau jogging pagi di hari Minggu.

Pohon-pohon sakura masih menampakkan kelopak-kelopak indah bunganya yang lebat. Meskipun pemandangannya tidak sejelas di siang hari, tapi bunga-bunga berwarna merah muda itu masih akan selalu terlihat indah.

"Sebentar lagi," ucap Izuku tiba-tiba.

Katsuki menoleh. "Apa?"

Yang bersurai hijau menoleh seraya tersenyum. "Ulang tahun Kacchan," jawabnya.

Satu alis Katsuki terangkat. "Jadi, sudah mempersiapkan kejutan untukku, hm?"

"Apa aku perlu memberitahumu? Kejutan atau bukan, aku tidak akan sedikit pun membocorkan informasi."

"Seharusnya kau tidak perlu mengatakannya dan berpura-pura saja tidak ingat, dasar bodoh." Jarinya menyentil dahi Izuku.

Izuku merengut namun kemudian terkekeh. "Itu karena aku sangat senang!" Dia meraih lengan Katsuki untuk dirangkul dan menaruh kepalanya di bahu lelaki itu.

"Kenapa begitu senang?"

"Karena sudah lima tahun kita tidak merayakan ulang tahun bersama. Akhirnya ada saat dimana kita akan merayakannya bersama-sama lagi," sahut Izuku sambil mengusakan kepalanya pada bahu Katsuki dengan manja.

Katsuki tersenyum kecil dan mengulurkan tangan untuk mengacak surai hijau itu. "Aku juga senang."

Saat itu, angin berhembus dan menerbangkan kelopak sakura yang jatuh dari pohonnya, Katsuki menghentikan langkahnya dan menangkap kelopak bunga berwarna merah muda yang masih utuh itu. Izuku ikut berhenti dan menatap kekasihnya yang saat ini berdiri menghadapnya.

Katsuki menatap bunga sakura di telapak tangannya, kemudian beralih menatap wajah Izuku. Mata besar bermanik emerald milik Izuku tampak semakin bersinar karena pantulan cahaya lampu taman. Katsuki terpukau olehnya, itu adalah mata yang selalu menangis untuknya dan juga mata yang selalu menatapnya penuh kasih sayang. Itu juga mata yang sejak kecil selalu menatapnya dengan penuh kekaguman. Katsuki tidak akan membiarkan kedua manik indah itu basah oleh kesedihan dan rasa sakit.

Katsuki mengulurkan tangan untuk menyelipkan surai hijau Izuku di balik telinganya. Lalu, bunga yang sebelumnya berada di telapak tangannya kini dia sematkan pada telinga kekasihnya itu. Kedua mata besar itu melebar di hadapannya, lalu semburat merah tipis muncul di kedua pipi chubby berfrecklesnya. Katsuki benar-benar tidak akan bisa berpaling dari lelaki ini, lelaki yang telah menjerat hatinya begitu kuat sejak lama.

"Kacchan..."

Katsuki menatap penuh kasih pada wajah kekasihnya yang tengah malu itu. Lalu dia menunduk, menyibak surai hijau yang menutupi dahi Izuku ke atas dan mengecupnya di dahi yang sudah tidak tertutup. Izuku menutup kedua matanya menikmati kecupan hangat dari lelaki yang dicintainya. Jika ada yang melihat, mereka tidak akan peduli, karena mereka hanya mempedulikan saat-saat indah yang mereka lalui bersama.

Ketika kecupan itu berakhir, Katsuki kembali memandangi wajah memukau kekasihnya yang dihiasi bunga sakura di telinganya. Tangannya memeluk pinggang ramping Izuku dan Izuku meletakkan kedua tangannya di bahunya.

"Hei, Kacchan." Izuku memanggil.

"Hm?"

Izuku menatap kedua ruby milik Katsuki. "Jika kita dipisahkan, kita pasti akan dipertemukan kembali."

Satu alis Katsuki terangkat. "Mn? Kenapa seperti itu?"

"Karena kita telah ditakdirkan bersama," jawab Izuku.

Seulas senyuman terbit di wajah tampan Katsuki. Perasaan yang hangat memenuhi hatinya. "Kalau begitu, jika ada kehidupan selanjutnya, mari bertemu kembali."

Izuku tersenyum cerah dan mengangguk. "Ya. Mari saling menemukan."

Detik berikutnya, keduanya bertukar ciuman di bawah pohon sakura. Saling memeluk dan mencium, menyalurkan perasaan cinta yang mereka miliki satu sama lain. Saat ciuman itu telah berakhir, keduanya kembali berjalan dengan kedua tangan berbeda yang saling bertautan. Terkadang, akan mereka ayunkan bersama. Di waktu lain, salah satunya akan mengecup punggung tangan yang lain. Bagaimanapun, keduanya tidak berniat untuk melepaskan genggaman tangan itu sampai pulang.


.


.


FIN


Postingan instagram BakuDeku :

izuku_midoriya sudah kubilang lihat kamera, kenapa malah menggigit pipiku ☹

@greatbakuGOD

----‐------

greatbakuGOD_  aku sedang membuka album foto lama dan menemukan ini. Aku ingat setelah kejadian di hari dimana foto ini diambil, aku berlatih meninju di ruang olahraga ayahku agar bisa lebih kuat untuk mengahajar para bajingan yang selalu menjaili Izuku itu. Tapi, karena aku belum cukup kuat, samsak tinju yang kupukul malah berbalik mengenai mukaku. Haha.

(Temanku yang memfoto secara diam-diam. Dasar tidak berguna! Tapi bagus juga, jadi aku bisa menyimpannya. Haha)

.

.

A/N :

Terimakasih karena sudah mengikuti kisah BakuDeku disini 🥺💚

Maaf jika endingnya tidak begitu memuaskan, tapi kuharap kalian semua suka.

Mungkin, aku juga bakal menambahkan beberapa chapter ekstra kalo ada kesempatan.

Sekali lagi terimakasih ya buat kalian yg selama ini udh baca, ngasih vote sama komentar positif.

Mari kita layarkan terus kapal BakuDeku ini 🧡💚

(Btw, akhir chapter 335 manga BnHA mencengangkan bgt, aku masih berada di mode galau ☹ tp masih bisa terhibur dgn momen BakuDeku-nya 😆)

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
1.6M 118K 53
Tetep baca dan vote walaupun cerita ini sudah end. Publish Juni 3 2023 End Oktober 2 2023 Bagaimana jika seorang CEO muda yang dingin dan tidak terse...
13.1K 1.2K 18
Katou Haru Alpha dominan tampan dengan wajah malas dan lesunya yang sangat khas. Terlahir dari keluarga yang cukup terkenal di Jepang tak membuatnya...
22.7K 2.1K 20
Di jodohkan cuma demi menghasilkan keturunan, Gojo melampiaskan semuanya pada pasangannya, Yuuji. Entah itu hasrat, kemarahan, cinta dan kasih sayan...