FINDING MOMMY

By mgicboba

64.1K 5.5K 754

[ Complete ] 𝐟𝐭. π‰πžπ§π¨ & π‰πšπžπ¦π’π§ ❝Daddy sayang kalian berdua, sangat. Lebih dari yang kalian tahu.❞... More

Introduce; Kisah ini bermula disini
Prelude; Jaedan RH. dan kucing
First page; Patah lagi
Second page; Rumit
Third page; Action figure
fourth page; disappointed
fifth page; Hari yang buruk
sixth page; The Reason
seventh page; Sebelas action figure
eighth page; Sakit sekali rasanya
ninth page; Teganya Kamu
tenth page; Perang dingin
eleventh page ; Tanpa sebuah 'tapi'
twelfth page : Only love can hurt like this
thirteenth page ; Memangnya mau pergi kemana?
fourteenth page; Lebih dekat untuk bertemu mama
fifteenth page; Anak 'kita' ya?
sixteenth page; Kakak mau foto keluarga
seventeenth page; Tell me the truth
eighteenth page; Bagaimana kalau aku tidak baik baik saja?
nineteenth; Jaedan's birthday
twentieth note; Ini bukan salah siapa siapa
twentie-first page; Cemburu
twentie-second page; Cukup jadi anak yang bahagia
twentie-third page; 'Nanti' itu sesaat sebelum mati
twentie-forth page; Kita tidak punya pilihan lain
twentie-fifth page; Jadi siapa yang jahat?
twentie-sixth page; Last goodbye?
twentie-seventh; Kakak bisa pulang dengan tenang
twentie-eight page; We all need someone to stay
Outro; Kisah ini berakhir disini
Extra; The letter
Alternative Ending
For you!

Prelude; Narendra RH. dan kopi

2.8K 213 51
By mgicboba

—𝐅𝐈𝐍𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐎𝐌𝐌𝐘—
© mgicboba, 2021

**

"Na, lo udah habis enam gelas dan ini masih sore, belum kalo ntar malem lo minum kopi lagi, gue yang takut lo kenapa-kenapa sumpah dah"

Nana berhenti menulis, ia mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah sahabatnya yang kini tengah menatap dirinya ngeri, kemudian terkekeh, wajahnya terlihat semakin tampan saat terkekeh seperti itu. Terbukti karena sesaat setelahnya-setengah dari pengunjung caffe yang melihat wajahnya memekik tertahan. "Thanks udah khawatir, tapi itu nggak perlu." Ucapnya sebelum ia kembali pada kesibukan semula.

"Si Ares kemana dah, cuman kesini doang lama amat kaya dari Perancis aja" Nana mencibir saat menyadari bahwa ini sudah lebih dari satu jam dia dan Giselle menunggu Ares di cafe tempat mereka bertiga biasa bertemu untuk sekedar mengobrol atau mengerjakan tugas.

"Ntar, tadi sih udah gue telfon tapi nggak diangkat, gue coba telfon lagi deh," Giselle merogoh saku hoodie nya, meraih benda pipih berlogo buah apel setengah gigit miliknya untuk menghubungi sahabatnya yang lain.

"Res, lo dimana anjir lama bener, perjalanan dari Perancis lo?!" Giselle langsung ngamuk-ngamuk begitu panggilannya diterima oleh Ares dan mendengar cowok itu mengucapkan 'halo'

"Kulo sampun ana ing ngarepe panjenengan, ndoro.." [ Saya udah ada di depan Anda, Yang Mulia ] Giselle mengernyit dan celingak-celinguk mencari keberadaan Ares yang katanya sudah berada di depannya.

"Mana—ANJIR!!!" Giselle tak sanggup menahan umpatan nya saat gadis itu mendapati Ares sungguh berada di depannya, jaraknya tidak terlalu dekat. Namun yang membuat nya sulit mengenali Ares adalah karena cowok itu sudah tidak mengenakan seragam sekolahnya melainkan baju muslim bewarna putih bersih lengkap dengan sarung dan peci yang bertengger dikepalanya layaknya seseorang yang habis pulang dari masjid setelah melaksanakan sholat Jum'at.

"Ares lo ngapain..??" Giselle sudah pasrah melihat tingkah temannya yang satu ini.

"Duh, panjang deh ceritanya, Nana mana?" Ares bertanya seraya mengangkat kedua alisnya, Giselle menunjuk ke arah dalam cafe, "Noh disana nungguin lo dari sejam yang lalu!"

"Ya maap, abis gimana lagi" Ares berjalan melewati Giselle begitu saja, masuk ke dalam cafe dan mengedarkan pandangannya, mencari sahabatnya yang paling tampan, paling populer paling iye dah pokoknya sejagat raya.

Reaksi Nana tentu sudah tidak perlu ditanya lagi, dia cuman melongo liat sahabatnya yang udah bareng bareng sama dia dari orok yang sekarang tampilannya udah kaya orang habis tobat nasuha.

"Tadi tuh, ban motor gue bocor Na, terus gue ke bengkel dulu bentar, tapi itu bukan alasan utama kenapa gue terlambat kesini. Alasan utamanya karena tadi tuh ada mba-mba bangsul bawa ember isi air bekas ngepel, lo tau sendiri ya seberapa bau dan kotornya air bekas ngepel bengkel." Ares berhenti sejenak untuk mengambil napas dan menyeruput sedikit kopi milik Nana meski pahitnya nauzubillah nggak ketulungan, "Itu emba emba pake acara kepleset segala terus air nya kena seragam sekolah gue bangsat!"

"Res, lo kalau mau ngamuk, ngamuk ke dia aja, gausah pake ngata ngatain gue juga 😑" Kira-kira begitu ekspresi Nana ketika menanggapi cerita panjang lebar dari Ares.

"Hehehe, oh anyway tumben bawa mobil? Si Jeje kemana?"

"Biasalah"

"Dugem?"

"Sembarangan lo kalo ngomong! Baru menuntut ilmu dia sob, kalau dia dugem bisa ditendang dari rumah sama Daddy"

"I know right"

**

Ngomongin tentang kopi emang nggak pernah ada habisnya kalau sama Nana, tapi Nana nggak pernah suka senja, makanya dia paling nggak suka kalau disebut sebut dengan istilah 'anak kopi senja'. Tidak menyukai sesuatu itu apa harus ada alasannya? Kalau iya, alasannya cukup sederhana kenapa Nana nggak suka sama senja.

Nana ini tergolong anak paling populer di sekolahnya semenjak duduk di bangku sekolah dasar, selain karena bapaknya yang tampan macam Don Juan dan berhasil menjadi idola para emak-emak temennya semasa sekolah dasar-saudara laki-lakinya bukan hanya sekedar seorang murid biasa di sekolah, Jaedan adalah alumni paling jahanam yang pernah ada di sekolah Nana, tapi cerita itu kita bahas nanti saja. Nana pernah punya gebetan yang berakhir menjadi pacarnya. Namanya Senjani, wajahnya sangat cantik, dia adalah seorang perempuan pertama yang Nana sebut wajahnya cantik, karena ia belum pernah bertemu dengan mama.

Selain cantik, dia juga baik banget kaya malaikat, pokoknya idaman banget. Nana dan Senja menjadi pasangan paling serasi yang pernah ada di SMP mereka dulu, Senja adalah wakil ketua OSIS yang sangat bertanggung jawab, dan Nana adalah seorang bocah yang sering bolak-balik mengikuti berbagai macam perlombaan juga menjadi bagian penting dalam acara acara resmi sekolah.

Namun ketika suatu hari saat Nana berjalan di trotoar dekat gedung sekolahnya, tepat di depan cafe yang biasa ia kunjungi berdua saja dengan Senja atau dengan Giselle dan juga Ares-Remaja itu melihat pacarnya tengah duduk berdua dengan seorang laki-laki lain yang bahkan tidak Nana kenal.

Mereka tertawa bersama, dari kejauhan-Nana bisa melihat bahwa Senjani dengan ringannya melepas tawa bersama laki-laki lain di cafe tempat dia menghabiskan waktu berdua dengan Nana, mereka berdua sampai berpegangan tangan dan melakukan beberapa skinship yang menurut Nana-itu sama sekali tidak menggambarkan sebuah pertemanan semata.

Nana tidak mengatakan apa-apa sampai kemudian ia buru-buru membuka hp nya, dan tanpa berpikir panjang Nana mengetikkan sebuah kalimat yang sangat ia hindari sejak berpacaran dengan Senjani.

Naren
Kita putus aja ya?
Aku mau pulang ke US sama
dad, sama Jeje.

[you blocked this contact]

Semuanya berakhir sampai disana, Nana memutuskan hubungan asmaranya dengan Senjani setelah berjalan selama delapan bulan, tanpa sebuah penjelasan, dan tanpa sebuah kalimat perpisahan.

Nana tidak benar-benar pulang ke negara asalnya, ia hanya tidak ingin Senjani akan terus mencari dirinya untuk menuntut sebuah penjelasan kenapa dia tiba tiba memutuskan hubungan sepihak secara tiba tiba, karena kebetulan hari itu adalah hari terakhirnya ia berada di sekolah menengah pertama, dan sampai sekarang—Senjani tidak tahu dimana keberadaan Nana, dimana laki-laki itu melanjutkan jenjang pendidikannya.

Terdengar sedikit jahat memang sebab Nana tidak memberikan kesempatan pada mantan pacarnya untuk menjelaskan apa yang sudah sepatutnya dia jelaskan.

Alasannya se-sederhana itu.

Makanya kalau pas dia pulang sekolah dan harus les di tempat yang jauh banget dari sekolahnya, harus lewat jalan tol—Nana selalu menggerutu diam-diam ketika langit berubah warna menjadi warna oranye ke ungu-ungu an. Bukan karena ke kanak-kanakan, namun jujur saja—Nana masih sangat mencintai cewek unik itu, sayangnya hati rapuhnya sudah terlanjur sakit.

drrtt

Panggilan telepon dari Jeff yang membuat hp Nana berdering tiba-tiba membuyarkan lamunan cowok itu, ia mengerjap sebentar untuk setidaknya menyadari jika sedari tadi, dia sama sekali tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru les nya hingga tanpa Nana sadari—kini papan tulis yang tadinya bewarna putih bersih, sekarang sudah terisi penuh oleh berbagai macam rumus dan angka yang bertebaran dimana-mana.

"Naren? Hp kamu bunyi." Roseanne, nama guru les Nana yang super duper cantik meski sudah berada di usia kepala tiga itu menegur Nana yang dari tadi hanya menatap layar hp nya dengan tatapan kosong.

Nana hanya mengangguk, berdiri kemudian meminta izin untuk menerima panggilan telepon dari sang ayah.

"Ya, halo? Kenapa dad?"

"Na, sorry, i have to say this, Daddy harus ke Australia sekarang juga karena ada urusan yang nggak bisa ditunda"

Terdengar dari suaranya di seberang sana jika Jeff mengatakannya dengan penuh penyesalan. Nana sudah biasa menghadapi peristiwa seperti ini, jadi yang ia lakukan setelah itu hanya menjawab pernyataan ayahnya dengan kata-

"Ya, dad"

"Beneran? Kata Jeje kamu suka nangis terus marah-marah kalau ditinggal tiba-tiba, Daddy kan jadi takut.. kamu beneran nggak pa-pa?"

Dalam hati Nana mengumpat keras-keras pada kakaknya yang paling menyebalkan sejagat raya itu. Dia hobi sekali melebih lebihkan sesuatu, itu memang benar tapi Nana tidak sampai nangis, dasar.

"Bohong dia, hari gini Daddy kok masih percaya sama omongan bocah tengik satu itu" Nana mencibir kesal.

"HAHAHAHAHAH, yaudah.. kamu mau apa? Mau dibawain apa?" Jeff tergelak dengan suara khas bapak-bapaknya.

"Mau dibawain sertifikat tanah Sydney Opera House aja sih"

Nana jadi teringat sama omongan Ares beberapa bulan yang lalu, di situasi yang sama, saat Jeff tiba-tiba harus pergi ke Belgia untuk urusan pekerjaannya. Saat itu, Jeff juga bertanya pada kedua putranya ingin dibawakan apa, Ares yang mendengar itu langsung menyeletuk pada sahabatnya. "Buset, kaya mau nawarin martabak aja bokap lo"

"SINTINKK!"

Nana menjauhkan hp nya dari telinganya saat tiba-tiba suara Jeje yang begitu nyaring memasuki rungu nya sampai telinga cowok itu berdenging selama tiga detik. Pantas saja Jeff mengatakan bahwa Nana suka menangis dan marah-marah saat ditinggal tiba tiba, soalnya si Jeje kampret ada disana. Kayanya tuh anak kedengeran puas banget bisa ngomporin ayahnya dan mengusili adiknya.

"Action figure lo ntar gue patahin semua, Je, sumpah."

Dan setelah itu, Nana langsung menutup sambungan telepon nya.

**

To be continued

[vii] Giselle Alexandre Belova

[viii] Ariesta Lee

[ix] Roseanne

Continue Reading

You'll Also Like

6.3K 889 9
"Gue gak mau tahu! Pokoknya lo yang urus ini bocah!" "Lah, anjir? Ini gimana ngurusnya? Gue belum pernah ngurus bokem anjir." Dan dari situlah semu...
Promise By Ran

Fanfiction

48.8K 6K 73
-SUDAH TAMAT- [About Lee Jeno & Lee Taeyong] Perpisahan adalah keputusan yang berat bagi setiap orang yang diberi pilihan itu. Tapi terkadang hal i...
119K 9.6K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
6.4K 817 10
" Kemarilah, dunia terlalu mengerikan untukmu putraku "