GREY LOVE

Galing kay Violetafifah

23.3K 3.9K 1.3K

Carolina Estal tertangkap oleh seorang pemabuk yang menjadi korban pencopetannya. Pria itu, -seorang laki-lak... Higit pa

PROLOG
1# Olie
2# Casados di Pandemanik
3# Geni, Gadis Berambut Api
4# Barma Yang Lain
5# Hec
6# Semalam Jatuh Cinta
7# Carolina Barma
8# Istri-istri Barma
9# Topeng Para Bidadari
10# Welcome To The Hell
11# Luka Dari Duka
12# Musang
13# The Curse and The Blessing
14# Flea in Armor
15# The Lost Maid
16# Sekutu
17# Ratu Para Bidadari
18# Olie Yang Sebenarnya
19# Kabur
20# Redemption
21# Kita Keluarga
22# Tirai Plaza
23# Daniel Arras
24# Guru Keempat
25 # Aku Mencarimu
26# Nothing Simple
27# Janji Itu
28# Sang Ketua
29# Some Slow Days
30# The Baby and The Wedding
31# Will You Marry Me?
32# Di Balik Pintu Hitam
33# Yang Patah &Yang Jatuh Cinta
34# Farewell
35# I'm Leaving, Hec.
36# Kau Akan Membayar Dengan Hidupmu
38# The Runaway Bridegroom

37# Daftar Keburukan

307 70 20
Galing kay Violetafifah

Mata Olie mengerut membiasakan diri dengan kegelapan di ruang dalam kuburan. Walaupun ada dua buah senter menyala di samping kiri kanannya, tetap saja ia harus membiasakan diri dengan gelap. Atau terang?

Setelah beberapa detik, ia akhirnya bisa menangkap siluet besar di dalam. Seseoran dengan jaket tebal menaungi wajah dari kesilauan, tapi tangan kanannya santai saja memegang cangkir kopi, dan mulutnya menghembuskan pelan asap rokok yang mengalun santai, seolah kehidupannya adalah yang paling enak dan nyaman di dunia.

"What the hell?!" Orang itu berseru terganggu, dan ia mendengar Renov di sampingnya menyebut namanya. Seketika batin Olie kebakaran. Manusia gua ini benar-benar perlu diberi pelajaran!!!

"Kaaauuu...! Kaaauu...! BENAR BENAR MINTA MATI, JUSUF HECTORARDIN BARMA!!!"

Olie melompati empat anak tangga di bawahnya seperti pendekar. Ia mendarat tepat satu langkah di depan orang itu dan langsung menyambung gerakan dengan lompatan ke arah bangku batu di mana Hector tengah duduk.

Pria itu terjerembab seketika ke belakang mendapat terkaman ganas. Namun kekuatannya memang lebih besar dari penyerangnya. Ia seketika mencekal pergelangan tangan Carolina, dan merangkul pinggangnya, membawanya berdiri.

"Kau ini kenapa sebenarnya? Kerasukan arwah leluhurku di sini?!"

Nafas Olie mendengus-dengus. Matanya bergerak cepat menatap antara kedua manik Hector dengan cahaya kemarahan dan genangan tangis.

Tatapan Hector melembut, seperti mengerti ia telah menyakiti gadis di depannya, "Olie..."

Tanpa menyangka sama sekali, tangan kiri Olie yang bebas terangakat dan dengan sangat cepat menampar wajahnya.

Kepala Hector terlempar ke samping. Ia jelas tidak siap dengan serangan mendadak itu. Pertahanan dan pelukan lengannya mengendur seketika.

"Aku sangat mahir menggunakan kedua tanganku, kau tahu?" Olie berbisik bersama setitik air bening yang jatuh dari matanya.

Hector kelu. Bibirnya bergerak untuk mengatakan sesuatu, tetapi kedua tangan lentik di depannya sudah meraup wajahnya, dan membungkamnya dengan ciuman yang dalam.

"Ohh... ASTAGA NAGA!!" Renov berteriak dari puncak tangga, menurunkan cahaya senter karena perutnya mual.

"Yeah... Aku juga jadi ingin mencium Nuria... " Tristan mematikan senternya membiarkan keremangan kembali mengungkung ruang kuburan keluarga itu.

"Ayo kita cium istri kita sendiri. Aku yakin Maudi bisa menciumku lebih hebat dari pada udik pesisir itu."

Renov kembali menaiki tangga disusul oleh abangnya, sementara di tikungan terdekat, rombongan sisa keluarga Barma yang disertai dengan para pelayanan sudah berjejalan menutupi jalan.

"Kalian mau apa ke sini? Kembali ke atas! Di sini bukan tontonan untuk anak kecil!" Renov mengibas-ngibaskan tangan menyuruh gerombolan itu berbalik arah.

"Apa benar Hector ada di bawah sana? " Silvia menuntut penjelasan. Sementara Rania memanjangkan leher angsanya untuk bisa melihat lebih dalam, tapi ruang kuburan itu terlalu gelap.

"Yah... Dia memang ada di sana." Tristan menjawab lemah

"Dia tidak mati seperti kata Olie, kan? Tidak bunuh diri?"

"Tidak. Tapi sekarang dia pasti mati. Olie akan menghabisinya. Ayo kembali ke atas." Renov mendorong rombongan itu, dan mereka mau sedikit bergerak.

"Dan Pak Agus!" Tristan berseru, dengan sengaja mengeraskan suaranya agar orang di kuburan bisa mendengar.

"Iya, Tuan?!"

"Panggilan Wedding Organizer! Aku tidak mau ada kemesuman yang terjadi lebih jauh di rumah ini!! Pulangkan juga Bu Elis dan Sasha dari Prancis. Mereka harus bekerja kalau mau terus menghambur-hamburkan uang kita!"

****

Olie sebenarnya tidak bermaksud bertindak sevulgar itu. Ia bisa sangat liar dan agresif dalam banyak hal lain yang berkaitan dengan mempertahankan hidup serta harga diri, tetapi tidak dengan hubungannya bersama Hector... Atau Tidar dulu. Ia selalu malu, dan sedikit rendah diri. Tapi tadi....

Apa yang dilakukannya semata-mata adalah sebuah ekspresi marah yang salah bentuk. Ia terlambat menyadari bibirnya yang mencolot begitu saja melahap wajah Hector. Dan ketika kesadaran itu kembali merasuki benaknya, Olie seketika bermaksud menarik diri dan melempar tubuhnya ke kuburan terdekat tanpa pernah keluar-keluar lagi.

Akan tetapi Hector justru memerangkap punggungnya, dan menangkup sisi kepalanya dengan sebelah tangan. Ciuman mereka yang terputus sesaat memberi waktu untuk saling bertukar tatapan, walau keadaan sudah menjadi terlalu temaram untuk bisa saling memperhatikan, karena kedua orang yang membawa senter untuk memergoki mereka sudah pergi.

Hector tidak memberi kesempatan pada Olie untuk merasa malu; lengannya yang kokoh memeluk tubuh mungil itu, dan tangannya membimbing Olie untuk melanjutkan ciuman mereka. Semakin dalam dan mesra.

Sampai kemudian kemarahan Olie sudah jauh mereda, dan kepalanya yang berambut cepak terkulai di bahu Hector, dengan senyum tersungging di bawah rahang kokoh pria itu.

"Kau masih marah padaku?" Suara Hector yang berat bertanya dalam bisikan.

Kepala Olie menggeleng di bahunya dalam kegelapan.

"Masih mau memakanku hidup-hidup?"

Ia terkikik dan menggeleng lagi. Menelusupkan wajahnya di dada Hector yang bidang.

"Ooh... Ternyata mudah saja meredakan amarahmu. Coba aku tahu dari dulu, pasti punggungku tidak sampai tercabik-cabik kau gigiti."

Gadis itu menegakkan berdirinya, dan memukuk dada Hector sambil tertawa. Ia ingat kebrutalannya pada masa-masa awal kedatangannya di rumah ini dulu. Semua orang seolah menjadi musuhnya.

"Kau menghilang lama sekali... Apa saja yang kau lakukan di sini? Kau berada di tempat ini terus sepanjang waktu?"

"Tidak... Sebenarnya aku tinggal di Pandemanik selama beberapa minggu. Lalu berkeliaran di tempat teman-temanku, berpindah tempat setiap kali kalian hampir berhasil menemukanku.... Aku baru datang ke rumah tiga hari ini.... Ternyata tidak ada tempat persembunyian yang lebih baik dibanding rumah sendiri."

Olie bisa merasakan senyum Hector di samping wajahnya. Ia berpaling dan melihat apa yang membuat pria itu begitu nyaman tinggal di kuburan.

Di sisi ruangan yang agak jauh, sebuah tempat tidur lipat tergelar dan tampak sangat nyaman dengan bantal dan selimut tebal. Ada meja tulis kecil dengan sebuah laptop. Layarnya menampilkan logo 'G' warna warni dan sebuah layar flat lebar menampilkan film aksi tanpa suara. Selain itu ada panci listrik, mesin kopi, asbak penuh puntung rokok... Hector pasti merasa hidup di surga tinggal di tempat seperti ini.

"Ooh.... Kau main game sepanjang waktu? Nonton film?" Alisnya terangkat, heran dan kagum, berjalan dan meneliti sisi ruangan yang seperti tempat camping itu.

"Cuma kadang kadang... Aku lebih sering... Mengawasimu.... Meridukanmu.... Memimpikanmu.... "

Olie memencet-mencet tombol keyboard. Ia sering melihat komputer dan laptop di rumah ini, apalagi di Tirai Plaza. Kakeknya juga mempunyai beberapa gadget. Tapi Olie belum pernah belajar menggunakannya. Apa saja yang dilakukan Hector dengan benda ini?

"Apa ini terhubung dengan CCTV? "

"CCTV seluruh kota. Ada delay beberapa detik karena pergerakan satelit. Tapi aku bisa tahu di mana saja kau berada dan sedang apa." Ia memeluk Olie dari belakang, dan perempuan itu membenturkan belakang kepalanya ke wajah Hector, ditangkap dengan ciuman.

"Kau pasti senang sekali melihatku merana."

"Aku juga merana, tahu?"

Tawa mereka berpendar, disinari cahaya redup dari layar. Ruangan itu tidak lagi segelap tadi setelah mereka lebih terbiasa dengan minimnya cahaya.

"Jadi bagaimana? Sepertinya orang-orang bermaksud memenjarakan kita."

"Memenjarakan kita?" Olie berbalik memandang polisi itu dengan kerut di dahi.

Hector mengambil sesuatu dari saku jaketnya dan membuka benda itu sebelum menyodorkannya.

"Memenjarakan kita dalam pernikahan..." Tawanya terdengus kecil melihat Olie begitu polos menatap cincin berlian dalam kotak beludru yang dipegangnya.

"Kau mau menikah denganku? Kau bilang aku harus membayar kesalahanku karena meninggalkanmu dengan seluruh hidupku, kan?"

Olie membekap mulutnya dengan dua tangan supaya tidak berteriak. Ia sudah melihat dan membaca hal seperti ini di mana-mana; di film, di novel-novel, di kehidupan nyata. Ia hanya tidak mengira sekarang akan mengalaminya sendiri. Perasaannya begitu membeludak sampai ia tidak bisa bernafas.

Kakinya berbalik dan membuat sebuah perjalanan singkat ke ujung ruangan dan kembali lagi. Tapi sepertinya itu tidak cukup untuk melepaskan energi yang membuatnya seperti mau meledak. Ia balik lagi setengah berlari menuju dinding.

"Kau ini kenapa?" Hec tertawa terheran- heran.

"Tunggu sebentar! Aku harus membuang sedikit energi, Hec. Kalau tidak, nanti aku bisa memakanmu." Ia berucap kemudian berlari sambil melompat-lompat mengelilingi ruangan yang tidak seberapa luas itu.

Hector hanya angkat bahu melihat keanehannya, "Yah... tergantung bagian mana yang kau makan..., sebenarnya cukup menyenangkan..." ujarnya sambil tersenyum tertahan.

Setelah beberapa kali berputar dan bertingkah aneh, ia berjalan kembali ke hadapan Hector dengan sedikit terengah; mengelap telapak tangannya yang basah di samping celana.

"Hokeh... "

"Oke? Kau mau?"

"Aku belum menjawab." Olie tertawa, apalagi saat Hector juga mengangsurkan segelas air kepadanya.

"Sepertinya kau kehausan setelah... Apapun itu tadi namanya."

Mereka terkekeh bersama.

Olie menatap cincin di tangan Hector, "Coba? Kau tanya apa tadi?"

Pria di hadapannya mendesah sebelum bicara, "Carolina Estal.... Maukah kau menikah denganku? Berbagi hidup dan kehidupan, menjadi teman tidur beruk buruk rupa ini sampai kita tua...

Aku tidak bisa menjanjikan selamanya kita akan hidup bahagia; pasti ada pasang dan surut, badai dan damai, sakit dan sehat... Dan cinta.... " Hector sejenak ragu, "ya... Sebenarnya aku tidak bisa menjanjikan apapun, bahkan cinta abadi sekalipun... Kau lihat sendiri bagaimana pernikahanku yang dulu. Aku bukan orang yang memiliki track record yang baik dalam mempertahankan pernikahan. Tapi aku bisa menjanjikan kalau aku akan selalu jujur dan tulus kepadamu; dengan apapun yang kurasakan, dengan apapun yang kulakukan, dan dengan apapun yang kupikirkan. Karena kejujuran dan ketulusan itu saja yang berada dalam kendaliku. Aku tidak menggenggam nasib atau takdir, kekayaan, nama besar, atau bahkan perasaan... Cuma kejujuran dan ketulusan itu yang benar-benar kumiliki, Olie... Dan kalau itu cukup.... bagimu... "

"Itu cukup! Iya..., Aku mau!"

Hector sedikit terperangah, tapi kemudian menghela tawa lega, "Kau mau... Yah... Syukurlah kalau begitu.... "

Ia menatap Olie yang tersenyum malu-malu penuh penantian, dan Hector mengambil cincinnya dan memasangkannya di jari Carolina.

"Sebenarnya aku tidak mempersiapkan ucapanku tadi... Tiba-tiba terpikir begitu saja. Aku jadi tersadar kalau aku memang benar benar tidak memegang kendali atas apapun; kekayaan, nama besar, bahkan perasaanku sendiri pun bisa bergeser dan berubah... "

"Kau selalu jujur padaku, itu sudah cukup. Bahkan jika kau tidak mencintaiku lagi, atau memiliki istri lain seperti pria-pria Barma pada umumnya, atau kau ingin pergi dariku. Kalau kau jujur mengatakannya padaku, itu sudah cukup bagiku."

Mereka saling berpegangan tangan, dan sejenak lengang mengintip.

"Apa kau sadar sesuatu, Hec?"

"Apa itu? "

"Kau mungkin pria pertama yang melamar seorang gadis di tengah kuburan." Olie meledak tertawa. "Benar-benar tidak romantis. "

"Benar." Hector ikut terbahak, "maafkan aku... Carolina. Seharusnya ada bunga, kembang api dan makan malam... "

"Tapi karena itulah aku mencintaimu... Karena kau apa adanya dirimu. "

"Aku juga mencintaimu Olie... Sangat."

****

"Tidak!! Aku tidak setuju!!"

Mata tua Enrique Estal yang biru berkabut membeliak garang melihat Hector dan Carolina berdiri berpegangan tangan di hadapannya.

Mereka telah sampai di Pandemanik hanya sehari setelah Hector melamar Carolina, dan gadis itu tak bisa menunggu memberitahu sang kakek tentang cincin berlian besar di jari manisnya. Rik bahkan masih duduk di hall depan rumahnya setelah jalan-jalan pagi, saat Olie tiba-tiba datang.

Mereka sangat terkejut melihat reaksinya sekarang, terutama Olie. Rik Tua tidak pernah tidak menyetujui apapun yang ingin dilakukannya. Dia bahkan tidak pernah bersikap sekeras ini. Jika ada senapan di dekatnya saat ini, dia mungkin sudah menembak Hector.

"Avooo.... Kau ini bicara apa?! Apa kau masih mabuk setelah minum semalam?"

"Kau yang mabuk, Olie! Bagaimana bisa kau mengatakan ingin menikah dengan pria Barma terlaknat ini?! Apa kau belum melihat seperti apa keluarganya? Bukankah kau sudah tinggal dengan mereka berbulan-bulan lamanya!?

Demi Santo Petrus!! Tinggalkan bajingan ini! Kalau kau ingin menikah, aku akan menikahkanmu dengan Ridwan Irawan! Tidak dapat adiknya tidak apa-apa, kakaknya juga sama baiknya! Dia tampan, terpelajar, saleh, laki-laki baik-baik dari keluarga baik-baik. Walau dia tidak sekaya mereka, tapi dia bertanggung jawab dan pasti bisa membahagiakanmu!

Lepaskan tangan berandal itu, Olie! Atau kau ingin Avo-mu ini mati?!" Ric tua gemetar dan tampak semakin murka melihat mereka masih berpegangan tangan. Tongkat kayunya sampai berderik-derik di atas lantai menahan kegeramannya.

"Memangnya kenapa dengan Hector, Avo? Dia laki-laki yang baik!" Olie menjerit. Ia sama sekali tak mengira Kakeknya bisa semarah itu. Selama ini Olie yang selalu memarahi Rik Tua, bukan sebaliknya seperti ini.

"Baik apanya?! Kau mau aku membeberkan kejelekannya satu per satu?! Pertama, dia bagian dari keluarga paling sombong, paling brengsek, paling palsu, dan paling suka kawin sana sini yang suka memperbudak perempuan seperti memelihara tikus, si Barma itu!"

Hector mendesah, menahan kesabaran karena keluarganya dihina, "Tapi kau juga mengijinkan Olie menikah dengan Jacob Barma beberapa bulan yang lalu, Pak tua."

"Itu karena Olie-ku dijebak! Aku sudah ditipu, dasar laki-laki brengsek!! Dan kau tahu? Setelah mengatakan dan menipu cucuku kalau sudah menikahinya, ayahmu yang biadab itu pergi meninggalkannya dan pura-pura mati; bersembunyi di sini, supaya tidak ditagih hutang sama pemerintah! Sementara cucuku diabaikan dan bahkan dituduh sebagai pelaku pembunuhan dari kematiannya yang hanya pura-pura itu. Dan dia tertawa, Olie! Dia menganggap penderitaanmu sangat lucu! Kau tahu betapa brengseknya ayahmu?! Itu kejelekannya yang kedua!! "

Ric terengah, sementara Hector berpaling sesaat ke belakang, dalam hati membenarkan perkataan laki-laki tua itu dan mengerjap geram pada orang yang bersangkutan.

"Dan ke tiga, Olie, dia duda! Pernikahan itu dilakukan sekali seumur hidup dan terjalin untuk selamanya sampai maut memisahkan! Tapi lihat laki-laki ini! Dia mengabaikan istrinya, mabuk-mabukan dan tidur di sana sini, sampai akhirnya istrinya tidak tahan dan meninggalkannya!! Apa jaminannya kau tidak akan diperlakukan sama dan diabaikan oleh pemabuk ini?!"

"Aku sudah berhenti minum, Pak Tua. Kau bisa tanya adikku."

"Omong kosong! Aku juga suka minum sepertimu, dan sekalinya orang-orang seperti kita tersentuh air neraka itu, kita akan tenggelam selamanya di dalamnya. Itu keburukanmu yang keempat! Kau pemabuk!"

Olie bergerak gelisah karena kakeknya terus saja bicara dan Hector sama sekali tidak berniat membela diri. Siapa yang akan bertahan dengan hinaan pedas seperti itu? Tangannya yang mengenggam tangan Hector sudah semakin basah, tapi pria itu tak juga melepaskannya.

"Dan kelima, dia pengangguran!"

"Aku punya pekerjaan!"

"Pekerjaan apa? Semua orang di kesatuannya sana juga tahu kalau status polisi yang disandangnya hanya tempelan semata-mata. Tidak ada yang mau bekerja dengannya karena dia memang tidak becus menjadi polisi! Atasannya sendiri yang mengatakan! Rasmurdin memancing dan menginap di sini, bermain catur denganku dan membicarakannya. Sementara ayahnya tidak sedikitpun membantah perkataannya.

Sudah begitu dia juga sangat sombong; menolak bantuan dari keluarganya, dan bahkan menolak bekerja dengan mereka. Dia tidak punya kerendahan hati sama sekali! Kalau kau menjadi istrinya, kau akan kelaparan, Olie. Itulah watak jelekmu yang keenam, Jusuf Hectorardin Barma, kau sombong dan SOK! SUCI!!"

"Sudahlah Avooo.... " Olie mengetuk-ngetuk lantai dengan sepatunya karena sangat gelisah. Ia sudah tidak tahan dengan semua cercaan kakeknya itu. "Sudah Cukup!! "

Biarkan saja... Kakekmu perlu bicara! Hector meremas genggamannya sedikit berusaha menenangkannya.

"Kau sudah tidak tahan, Mon Ami? Aku baru menyebutkan sepertiga dari daftar keburukannya yang tak berujung!

Ke tujuh! Apa kau tidak ingat bagaimana kau menelponku berulang kali sambil menangis beberapa minggu yang lalu? Mengatakan kalau laki-laki brengsek ini meninggalkanmu?

Dia punya sejarah sangat panjang untuk pergi tanpa bilang-bilang, membuat orang lain merana menunggunya dan datang lagi seenak perutnya! Kalau bukan badannya yang pergi menghilang, pasti pikirannya yang lari kepada minuman keras! Kalau kau tidak percaya, tanya saja mantan istrinya!

Dan kau ingat apa alasannya pergi terakhir kali?! Kalian ada di sini, kan waktu itu? Dia pergi karena tahu ayahnya masih hidup dan mengira kalau kau masih istri ayahnya!! Kau tahu Bonita, dia orang yang tidak berani menghadapi persoalan dan suka lari dari masalah tanpa bertanya dulu apa yang terjadi sebenarnya! Itulah keburukanmu yang ke delapan, Hector Barma! Kau pengecut!!"

Saat itu Hector keder dan melepaskan tangan Olie, membuat tangis gadis itu pecah dengan sebenar-benarnya. Olie membekap wajah dengan kedua tangannya dan tergugu. Ia tidak tahan dengan semua perkataan kakeknya, tapi juga tidak berani beranjak dari tempatnya. Bagaimana Hector akan menghadapi semua cecaran itu sendiri? Kapan kakeknya akan berhenti? Kenapa Hector tidak membela diri?

Kenapa ia melepaskan tangan Olie? Apakah pria itu sakit hati? Kenapa luka sakitnya lebih terasa di dada Olie sekarang?

Ia ingin berteriak pada Rik Tua, mengatakan kalau Hector tidak seperti apa yang dikatakannya. Dia tidak seperti itu. Tapi jika harus jujur, Hector memang seperti apa yang dikatakan kakeknya.

"Avo, sudah! Apapun yang kau bilang, aku sangat mencintainya.... Tolong berhentilah!"

"Mencintainya?! Apa yang kau tahu soal mencintai, Olie? Kau hanya pernah mengagumi Tidar Irawan seperti gadis-gadis desa di pantai sana mengagumi turis-turis asing yang datang! Mereka hanya kagum dan terheran-heran karena bule-bule itu tinggi, berkulit putih dan berambut pirang! Itu bukan cinta!

Itu juga yang terjadi dengan dirimu sekarang! Kau cuma gadis lugu 23 tahun yang terkagum-kagum dengan keluarga besar yang sangat kaya dan kebetulan berwajah menarik dan menjadi idola di mana-mana! Kau tertipu dengan sikap manisnya menolongmu dengan ATM-nya waktu itu dan tersanjung sampai langi ke tujuh! Kau tertipu dengan wajah tampan serigalanya yang bahkan hanya sebelah! Kau tersanjung, Olie, bukan mencintai!"

Suara helaan berat nafas Hector terdengar jelas di sampingnya. Entah kenapa Olie merasakan hatinya remuk. Apakah Hector akan menyerah? Bagaimana mengalahkan kekeraskepalaan kakeknya ini?

"Mencintai itu berat dan penuh ujian. Mencintai itu sama dengan memperjuangkan! Butuh kejujuran, ketulusan, kekuatan dan ketabahan, juga kerendahan hati untuk mengesampingkan ego dan menerima kekurangan pasangan. Memangnya apa yang sudah dilakukannya untuk memperjuangkanmu? Memperjuangkan cintamu? Dia tidak punya kualifikasi apapun untuk mencintai? Tidak seorang pun dari keluarganya yang punya kualifikasi untuk itu. Mereka hanya punya uang untuk membeli hadiah-hadiah mahal dan wajah tampan untuk menipu!

Dia tidak akan memperjuangkanmu, Olie. Berani sumpah setelah ini dia akan pergi dan berlaku seperti pria Barma lainnya. Tidak apa-apa tidak mendapatkan Carolina, masih banyak perempuan cantik di luar sana untuk ditiduri dan diperalat. Itu sudah sembilan, Hec; kau bukan seorang pejuang, lemah dan tidak bertanggung jawab!"

Olie menjerit dari balik tangannya yang membekap muka. Seandainya bisa, ia ingin menarik Hector pergi dari sini. Mereka bisa kawin lari, atau pergi ke ujung dunia sekalipun. Tak perlu mendengarkan orang tua ini bicara lebih jauh lagi.

"Aku tidak pernah mau melihatmu menangis, Mon Ami, tapi jika aku harus melihatmu menangis sekarang karena patah hati, itu lebih baik dari pada aku melihatmu menangis seumur hidup karena terikat dalam neraka pernikahan bersamanya!" Ric Tua berdiri dan menuding Hector dengan ujung tongkatnya.

Sebuah belaian lembut di atas lengannya membuat Olie menurunkan tangan. Wajahnya sembab dan basah saat ia berpaling dan bertukar tatap dengan Hector.

"Kakekmu benar Olie.... Aku bukan laki-laki yang baik...."

****

#wah. Rencananya mau tamat di part ini, tapi kok ternyata belum bisa. Kalian suka?

Ayo mana komennya?

Tinggal sedikit lagi kita akan ditemani Hector yang gagak dan Olie yang brutal. Setelah cerita ini say akan sajikan kisah Fendra dan Karima untuk menemani pagi kalian. Jadi add Lean on me yaa. Mari kita jatuh cinta. #

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

2.5K 162 5
Bagi Ares hanya kekuasaan dan kemiliteran yang menjadi prioritasnya, tak pernah terlintas dalam benaknya untuk mencari seorang pendamping. Tapi, ket...
1.4M 68.1K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
1K 216 17
Versi full dari cerita After Meet You dari akun Lin_iin ya🙃😙 Penasaran? Langsung baca yuk
2.1K 161 9
Cast : Jiyong, Chaerin, Choi Seunghyun, Lee Jooyeon Support Cast : Park Bom, Sandara Park, Park Soojoo Setelah menjalani hidup sebagai sepasang suami...