Bertemu Kembali [ BakuDeku ] ✔

By ofazuku_

78.7K 8.8K 1K

Ini semua berawal dari Izuku yang asal tarik orang sembarangan di tempat umum untuk berlindung dari sang man... More

Bertemu
Sudah Lama
Kehebohan di Instagram
Aku Disini
Pagi di Kamar Katsuki
Kode dari Kirishima dan Mina
Bukankah Katsuki Lelaki yang Baik?
Indirect Kiss?
Kehangatan di Musim Dingin
Keributan di Twitter
Di SMA U.A
Mabuk
Hadiah Natal Terbaik
Cerita dari Masa Lalu (1) : Aku akan Menunggumu
Perempuan yang Bersama Katsuki
Misi untuk Izumi Kota : Menghibur dan Menenangkan Hati Izuku
Akhir dari Kesalahpahaman
Idola Baru U.A dan Pengakuan Cintanya
Malam Terakhir Festival Musim Dingin
Cerita dari Masa Lalu (3) : Katsuki, Izuku, Shoto
Di Acara Reuni
Saling Menemukan
Cerita dari Masa Lalu (4) : Sebuah Pengkhianatan
Luka yang Terganti
Akhir Cerita
NEW FANFIC

Cerita dari Masa Lalu (2) : Midoriya Hisashi

1.9K 218 12
By ofazuku_

Pada tahun pertamanya di SMA U.A, Izuku telah memiliki hubungan yang sangat baik dengan teman-teman sekelasnya. Berbeda dengan Katsuki yang sedikit ditakuti oleh mereka karena sifatnya yang meledak-ledak. Sampai semester akhir kelas satu, hanya beberapa orang saja---tidak termasuk sahabat dekatnya, Izuku---yang benar-benar bisa akrab dengannya. Ketika anak-anak kelas mengadakan acara, Izuku pasti akan selalu dengan senang hati mengikutinya. Katsuki yang selalu malas tentu akan ikut jika sahabat berambut hijaunya itu ikut. Katanya, Izuku akan selalu aman jika bersamanya.

Bodyguard Midoriya Izuku, begitu murid U.A menjulukinya. Karena Katsuki selalu overprotektif jika sudah berhubungan dengan Izuku. Dimana ada Izuku, disitulah ada Katsuki. Begitu orang-orang berkata. Seperti saat ini, dimana Izuku akan ikut teman-temannya ke cafe karena salah satu teman mereka yang sedang berulang tahun akan mentraktir anak kelas disana. Katsuki jelas akan pergi jika Izuku juga pergi.

Semua anak kelas 1-A berangkat bersama ke cafe seusai sekolah berakhir dengan berjalan kaki. Karena cafe yang dipilih adalah cafe langganan anak-anak U.A yang paling dekat dengan sekolah. Jadi, tidak perlu repot-repot berkendara untuk sampai disana.

Baru beberapa meter keluar dari gerbang sekolah, tiba-tiba muncul seorang pria dewasa di depan mereka. Sepertinya pria itu muncul dari balik pohon besar di sekitar sana. Kemunculannya yang tiba-tiba dan tatapannya yang tampak sedang mencari seseorang jelas membuat anak-anak remaja itu terheran. Mereka mengamati pria berkemeja abu dan celana kain berwarna hitam itu. Penampilannya tidak begitu rapi, rambutnya berwarna hitam dan sedikit acak-acakan. Meskipun begitu, wajahnya cukup tampan. Anak-anak kelas A yang berjalan paling depan merasa tidak asing dengan wajah pria di hadapan mereka. Mereka belum pernah melihat pria ini, namun wajahnya terlihat mirip dengan seseorang yang mereka kenal.

"Ada apa ini, teman-teman?" Izuku yang berjalan paling belakang dengan Katsuki bertanya heran, kenapa teman-temannya berhenti.

"Ada seseorang di depan," bisik Uraraka yang berada di sampingnya.

"Maaf, apakah tuan ada perlu dengan salah satu diantara kami?" Iida bertanya dengan sopan.

Pria itu masih mengamati anak-anak kelas 1-A dan menatap pada Iida. "Apa kalian mengenal Midoriya Izuku?"

Merasa namanya disebut, membuat Izuku menoleh ke asal suara. Dia tidak bisa melihat pria di depan karena pandangannya terhalang oleh teman-temannya yang lain.

"Midoriya?" Teman-temannya tidak langsung menjawab karena merasa curiga pada pria itu. Khawatir jika dia adalah pria jahat.

"Izu-kun, pria itu mencarimu," kata Uraraka.

Izuku bertatapan dengan Katsuki. Saat dia hendak maju, Katsuki menahannya dan maju lebih dulu, melewati teman-temannya yang seperti sedang pasang badan untuk Izuku.

"Untuk apa kau mencarinya?" Katsuki bertanya dengan nada tajam.

Pria berambut hitam itu menatap Katsuki lama. Lalu kedua matanya membola, seolah-olah terkejut akan sesuatu.

"A-apakah kau anak Mitsuki-san? Bakugo Mitsuki?"

Kedua alis Katsuki berkerut. "Darimana kau tahu nama ibuku?"

Pria itu terkekeh. "Ah, tentu saja kau tidak akan mengenaliku ya. Saat aku pergi, kau waktu itu masih bayi," ucapnya. "Aku mengenal orang tuamu dengan baik. Kalau tidak salah namamu... Katsuki-kun, benar?"

Katsuki terkejut, begitu pula teman-temannya yang lain. Kenapa pria ini mengenal Katsuki juga?

"Siapa kau?" Katsuki bertanya. Menatap lekat-lekat wajah pria itu dan tiba-tiba sedikit tersentak, kedua matanya melebar.

'Jangan-jangan-'

"Siapa? Kenapa paman mencariku dan mengenal Kacchan juga?" Tiba-tiba suara Izuku terdengar, dia saat ini sudah berdiri di samping Katsuki.

Pria itu mengalihkan perhatiannya pada anak lelaki bersurai hijau dan tiba-tiba raut wajahnya berubah.

"Izuku?"

Yang dipanggil terdiam dengan wajah penuh tanya, menatap pria itu. "Siapa?"

Pria itu berjalan lebih dekat, seperti tak tahu harus memasang raut wajah seperti apa.

"Ini aku, Izuku. Midoriya Hisashi."

Semua orang berada dalam keheningan selama beberapa saat, sebelum Mina bersuara, "Midoriya? Apakah ayah Midobabe?"

Kedua mata Izuku melebar, menatap pria di hadapannya. Setelah dilihat lebih teliti, memang ada sedikit kemiripan dari pria itu dengannya.

"Ayahku?"

Hisashi mengangguk. "Ya... Aku berharap kau masih mau menganggapku ayahmu."

Semua orang seketika terdiam. Anak-anak kelas 1-A selain Katsuki memang tidak tahu tentang kehidupan pribadi Izuku, jadi mereka sedikit kebingungan saat melihat bahwa teman mereka tidak mengenali ayahnya sendiri di awal. Berbagai pertanyaan hingga tebakan muncul di kepala mereka dan akhirnya mengambil satu kesimpulan : Orang tua Izuku bercerai saat dia masih sangat kecil dan ayahnya tidak pernah menemuinya selama bertahun-tahun.

Mereka menatap Izuku khawatir. Karena tahu jika hati temannya itu rapuh seperti kaca, bisa saja dia menangis dan marah saat melihat ayah kandung yang sudah lama tidak ditemuinya itu tiba-tiba muncul di depannya. Tapi nyatanya, Izuku ternyata hanya bengong saja di tempatnya, sepertinya dia sedang memproses apa yang terjadi saat ini.

"Untuk apa paman datang kesini?" Katsuki bertanya dengan nada tak suka.

Hisashi tersenyum. "Tentu saja ingin bertemu Izuku."

Katsuki berdecih. "Baru sekarang? Kemana saja paman sebelum ini? Apa kau tahu bagaimana keadaan anakmu selama bertahun-tahun ini?"

Izuku yang segera sadar dari bengongnya meraih lengan Katsuki. "Kacchan, hentika-"

Katsuki menyentakkan lengannya dari tangan Izuku dan masih menatap tajam pria di depannya. "Kau tidak tahu apa yang selalu dikatakan anak-anak lain tentang dia dan bibi Inko. Para bajingan itu selalu saja menjadikan mereka bahan lelucon. Aku tidak pernah keberatan untuk menghentikan mulut sampah mereka dan melindunginya. Tapi bisakah kau tahu bagaimana rasanya berada di posisinya? Apa kau bahkan masih pantas dipanggil ayah olehnya?"

"Kacchan! Hentikan." Izuku kembali meraih lengan Katsuki. "Kita berada di tempat umum." Lalu dia menoleh pada Hisashi yang bungkam di tempatnya, perasaan bersalah muncul di hatinya.

"Kalau begitu, kita cari tempat lain untuk berbicara. Ayah ingin mengobrol denganku, 'kan?" Izuku bertanya pada ayahnya.

Hisashi mengangguk dan tersenyum. "Terimakasih, Izuku. Kalau begitu, biar aku yang pilih tempatnya. Ayo," ujarnya.

Izuku berbalik menatap teman-temannya. "Teman-teman, maaf aku tidak bisa bergabung dengan kalian. Aku harus pergi bersama ayahku."

"Tidak apa-apa, Midoriya-kun. Pergilah, keluargamu lebih penting dari segalanya," sahut Iida.

"Benar, Midobro. Habiskan waktumu dengan baik bersama ayahmu," ucap Kirishima.

Izuku tersenyum. "Maaf atas keributan yang terjadi. Kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai bertemu besok dan selamat ulang tahun, Sero-kun!" Setelah Izuku melambai dan berbalik, Katsuki menahan lengannya. "Kacchan?"

"Aku akan pergi denganmu," ucap Katsuki.

Kedua mata Izuku mengerjap. Lalu dia menatap ayahnya, meminta persetujuan.

Hisashi tersenyum. "Tentu saja Katsuki-kun harus pergi menemanimu, 'kan? Kalau begitu, ayo." Dia menatap teman-teman Izuku dan berkata, "Maaf telah mengganggu waktu kalian. Kami pergi dulu." Lalu berbalik pergi setelah anak-anak kelas 1-A meresponnya dengan sopan.

Izuku dan Katsuki pergi mengikuti Hisashi. Selama berjalan menuju tempat yang mereka tuju, Katsuki terus menatap punggung pria di depan mereka dengan dingin. Dia benar-benar tidak menyukai Hisashi, karena pria ini membuat kehidupan Inko dan Izuku menjadi sangat tidak mudah selama beberapa tahun ke belakang. Dia selalu ingat saat-saat dimana Izuku akan menangis karena diganggu oleh anak-anak yang suka meledek tentang ayahnya. Tentu saja itu adalah saat ketika Izuku tidak sedang bersama Katsuki. Karena jika Izuku sedang bersama Katsuki, mereka tidak akan berani mengganggunya karena Katsuki sudah pasti akan menghajar mereka.

Hal tersebut selalu terjadi hingga tahun terakhir sekolah dasar mereka. Mental Izuku sebagai seorang anak seharusnya berada dalam kondisi penuh kebahagiaan semasa pertumbuhannya. Namun dia telah mengalami hari-hari yang sulit hanya karena tidak memiliki sosok ayah di keluarganya. Itu membuat Izuku merasa kesulitan untuk bergaul dengan orang lain selain Katsuki. Karena sejak kecil, hanya Katsukilah teman terbaiknya.

Tapi Izuku sangat bersyukur karena memiliki Katsuki. Baginya, satu Katsuki sama dengan seratus teman yang baik. Hanya bersama Katsukilah dia bisa merasa bahagia setiap hari. Katsuki telah menyelamatkan masa kecilnya. Dia masih bisa menikmati masa kanak-kanak yang penuh dengan petualangan dan permainan yang menyenangkan. Hanya berdua dengan Katsuki saja itu sudah cukup baginya. Katsuki telah memberinya semua hal yang bisa membahagiakannya, membuatnya merasakan masa kecil yang bahagia.

Saat di SMP, Izuku masih sangat kesulitan untuk bergaul dengan orang lain karena masih dibayang-bayangi oleh kejadian tak menyenangkan di sekolah dasar. Beruntung dia satu kelas dengan Katsuki, tidak ada yang dia takutkan saat lelaki itu berada di tempat yang sama dengannya.

Baru setelah masuk U.A, Izuku mulai bisa membuka diri dengan teman-teman barunya. Meskipun di awal dia takut melihat teman-teman sekelasnya, namun ternyata mereka adalah orang-orang yang sangat baik. Teman-teman barunya di U.A telah memberinya tempat yang nyaman, membuatnya mau membuka diri perlahan-lahan. Hal itu membuat Katsuki tidak begitu cemas lagi soal Izuku di U.A karena anak itu sudah bisa bergaul sangat baik dengan yang lain. Yang dia perlu lakukan hanya selalu mengawasinya, takut-takut jika ada orang yang melakukan hal buruk padanya.

Setelah berjalan cukup lama, Hisashi dan kedua remaja di belakangnya telah tiba di sebuah kedai yang berada di tempat yang lebih sepi. Mereka mengambil tempat yang paling pojok untuk membuat obrolan menjadi lebih nyaman. Selain berbasa-basi tentang cuaca dan makanan Jepang yang sudah lama tak dimakannya, tidak ada hal lain yang dibicarakan oleh Hisashi bahkan setelah pesanan mereka tiba. Lalu ketiganya pun makan dengan tenang sampai selesai.

"Kau sudah tumbuh dengan sangat baik, Izuku." Hisashi membuka percakapan.

Izuku tersenyum kecil. "Ibu merawatku dengan sangat baik. Keluarga Kacchan juga," ucapnya seraya menoleh sebentar pada Katsuki.

Hisashi menatap Katsuki yang sedari tadi memasang tampang dingin tanpa mengatakan apapun. Melihat Katsuki, mengingatkannya pada Mitsuki. Baik secara fisik maupun sifatnya, anak itu benar-benar seperti Mitsuki versi lelaki.

"Syukurlah," sahut Hisashi seraya tersenyum. "Ibumu bilang jika kau selalu mendapat peringkat atas bersama Katsuki-kun sejak sekolah dasar sampai sekarang."

Wajah Izuku memerah, dia menggaruk pipinya. "Karena ada Kacchan, aku jadi selalu termotivasi untuk melakukan yang terbaik."

"Seperti yang diharapkan dari anakku," kata Hisashi.

Tiba-tiba saja Katsuki yang duduk di samping Izuku menampar meja. Meskipun tidak terlalu keras, tapi itu sukses membuat kedua orang lainnya terkejut.

"Kacchan?" Izuku menatap takut-takut.

Tatapan Katsuki mengarah pada Hisashi dengan dingin. "Anakmu, kau bilang? Setelah bertahun-tahun, akhirnya kau mengakuinya sebagai anakmu?"

Kedua mata Izuku membola. "K-Kacchan-"

"Tidak apa-apa, Izuku." Hisashi tersenyum, menggeleng ke arah Izuku. "Aku memang seharusnya sadar diri. Wajar saja jika Katsuki-kun tidak menyukaiku. Karena memang aku bukan ayah yang baik. Aku adalah tipe ayah yang akan dibenci oleh anak-anaknya."

Izuku menatap ayahnya sedih. Selama ini, dia memang selalu merasa sedih saat mengingat ayahnya dan sakit hati saat menjadi bahan olok-olok anak-anak lain. Saat kecil, dia juga pernah menyalahkan ayahnya atas semua yang terjadi pada dirinya. Namun, berkali-kali Inko selalu menasihatinya untuk selalu memaafkan ayahnya dan tidak membencinya. Karena ayahnya memiliki alasan sendiri kenapa harus meninggalkan keluarganya dan tidak menemui anaknya sendiri selama bertahun-tahun.

"Memang. Anak-anak pasti akan membenci orang tua sepertimu. Begitupula aku. Jika aku berada di posisi seperti itu, sudah pasti aku akan membenci ayahku sendiri," sahut Katsuki. "Tapi, kau beruntung pernah memilih bibi Inko sebagai isterimu. Karena dia telah melahirkan seorang anak yang berhati besar sepertinya."

"Kacchan-"

"Diamlah," potong Katsuki kemudian memegang bagian belakang kepala Izuku. "Lihat, anak yang kau tinggalkan saat dia masih bayi dan tidak pernah kau temui selama bertahun-tahun ini bahkan tidak memberimu tatapan kebencian saat bertemu denganmu untuk pertama kalinya. Selama ini, tak sekali pun dia mengeluhkan soal ayahnya yang meninggalkannya dan membuatnya menjadi bahan olok-olok anak-anak lain. Dia selalu menangis, tapi tak pernah sedikit pun dia menyalahkanmu atas semua yang kau lakukan padanya dan juga ibunya. Kau tahu kenapa? Karena, wanita yang kau tinggalkan tak pernah menanamkan kebencian untukmu di hati anaknya. Dia memaafkanmu dan memahami keinginan egoismu. Yang dia lakukan selalu mengingatkan anak ini untuk tidak membencimu dan tetap memperlakukanmu selayaknya seorang ayah."

Baik Hisashi maupun Izuku, dua-duanya sama-sama tidak bersuara mendengar penuturan Katsuki.

"Paman Midoriya, aku memang seharusnya tidak mencampuri urusan keluarga kalian. Tapi, aku telah menghabiskan 15 tahun hidupku bersama anak ini. Kami telah saling berbagi banyak hal bersama. Meskipun kami tidak memiliki hubungan darah sebagaimana dirimu dengannya, tapi aku telah mengenal bagaimana dirinya sebagaimana aku mengenal diriku sendiri. Aku juga telah memutuskan sejak usia empat tahun, jika aku akan menjadi orang yang menjaganya. Mungkin kau tahu maksudku, 'kan? Jika anak ini menderita, akulah yang akan menghajar orang-orang yang telah membuatnya menderita. Dia memang tidak membencimu, tapi aku berbeda. Aku bukanlah dia maupun bibi Inko. Meskipun mereka memaafkanmu, tapi aku tidak bisa. Jadi, maaf untuk itu."

Izuku tercengang mendengar semua ucapan Katsuki yang hari ini benar-benar bisa mengatakan banyak hal lebih banyak dari biasanya. Hatinya tersentuh dengan semua ucapan lelaki itu sampai rasanya menyesakkan. Dia menatap ayahnya dan seketika terkejut karena kedua mata pria itu sudah tergenang oleh air mata.

"Maaf, Izuku." Hisashi mengusap kedua matanya yang berair. "Aku tidak tahu harus mengatakan apa. Bahkan kata 'maaf' saja tidak akan bisa menebus semua kesalahanku. Aku telah memberi kalian waktu-waktu yang sulit."

"T-tidak, ayah... Jangan seperti ini. Aku telah memaafkanmu sejak lama."

"Tapi aku tidak pantas mendapat maaf darimu maupun Inko. Aku telah menjadi ayah yang tidak bertanggung jaw-"

"Aku tahu!" potong Izuku cepat dengan kepala menunduk, Hisashi dan Katsuki menatapnya. "Aku tahu, jika selama bertahun-tahun ini, ayah juga tidak sepenuhnya melepas tanggung jawabmu."

Kedua mata Hisashi melebar karena terkejut, Katsuki juga tak kalah terkejut. "Bagaimana kau-"

"Ayah." Izuku mengangkat wajahnya dan tersenyum menatap ayahnya. "Wanita yang dulu kau nikahi adalah wanita berhati baik. Dia tidak akan membiarkanku terus salah faham tentangmu dan membiarkanku tahu tentang ayah yang selalu membiayai segala kebutuhanku selama bertahun-tahun. Hal yang kau ingin ibu rahasiakan dariku telah dia bocorkan karena dia ingin aku tahu jika ayahku tak pernah benar-benar meninggalkanku." Dia mulai menangis.

Katsuki melihatnya menangis dan segera meraih tangannya di bawah meja, menggenggam tangan yang lebih kecil itu dengan erat.

"Izuku... aku..."

Izuku tersenyum di sela tangisnya. "Itulah kenapa aku bisa memiliki banyak mainan bagus dan berbagai jenis merchandise All Might yang mahal selama ini. Dengan pekerjaan ibu, uang yang dimilikinya tidak akan bisa membeli banyak merchandise sebagus dan semahal itu," tuturnya. "Meskipun ayah tidak pernah menemuiku selama bertahun-tahun, tapi ayah juga telah membantu menyelamatkan masa kecilku. Jadi, jangan salahkan dirimu lagi, oke?"

Hisashi tidak tahu lagi bagaimana harus membalas ucapan anaknya. Dia menutupi wajahnya dengan satu tangan dan menangis diatas meja. Tangan Izuku terulur untuk mengusap lengan ayahnya. Sementara Katsuki hanya menatap pemandangan di depannya dalam diam.

"Terimakasih, Izuku... Aku benar-benar memiliki anak yang sangat baik. Maaf untuk semua yang telah kulakukan selama ini. Aku memang tidak bisa menebus semua kesalahanku, tapi aku ingin kau tahu, jika ayahmu ini tidak benar-benar ingin meninggalkanmu. Aku sangat mencintaimu, anakku." Hisashi semakin terisak.

"Aku tahu, ayah... Bagaimanapun, kau adalah ayahku. Sampai kapanpun, ikatan itu tidak akan pernah putus," ucap Izuku. "Terimakasih karena selalu menyayangiku dengan caramu sendiri. Aku sangat menghargai itu."

Keduanya terlarut dalam haru biru cukup lama. Mereka selesai di kedai setelah Hisashi berhenti menangis. Setelah itu, mereka bertiga tidak langsung berpisah dan memutuskan pergi ke taman kota atas usulan Izuku. Meskipun sudah tahu tentang fakta mengenai Hisashi yang tidak melepas seluruh tanggung jawabnya sebagai orang tua, Katsuki masih belum bisa memaafkannya.

"Aku belum sepenuhnya memaafkanmu, kau tahu. Semua uang yang kau kirimkan pada Izuku tetap belum bisa mengganti semua kesulitan yang ditanggungnya karena tidak memiliki sosok ayah yang berada di sampingnya. Berapapun uang yang kau berikan, tetap tidak bisa dibandingkan dengan kehadiran orang tua yang akan selalu mendukung anaknya." Begitulah yang Katsuki katakan dengan gaya arogannya seperti biasa.

Dan Hisashi menjawab, "Ya, aku mengerti. Jadi, terimakasih banyak karena telah menjaga Izuku selama ini, Katsuki-kun. Kau benar-benar teman yang sangat baik. Aku juga berhutang banyak pada Bakugo-san."

"Sudah menjadi tanggung jawab kami dan... jangan memujiku, paman tukang kabur! Itu tidak membuatku menyukaimu. Menyebalkan!" Katsuki membalas dengan tampang galaknya.

Hisashi hanya bisa meringis sementara Izuku tertawa.

Mereka menghabiskan waktu bersama hingga pukul delapan malam. Pulang setelah dibelikan banyak barang dan makanan oleh Hisashi. Katsuki pada awalnya menolak, namun karena dipaksa, dia pun menerima pemberian Hisashi. Lagipula, barang-barang yang dibelikan oleh Hisashi adalah barang-barang mahal. Sayang sekali jika tidak diterima, begitulah pikirnya.

Hisashi mengantar kedua remaja itu dengan mobil sewaannya sampai pintu masuk kawasan apartemen dimana dulu dia tinggal bersama Inko dan bayi kecilnya. Sebelum pergi, dia ingin sekali memeluk putera semata wayangnya itu. Namun, dia cukup sadar diri untuk tidak meminta lebih banyak. Sampai akhirnya, Izuku sendirilah yang berinisiatif memeluknya. Membuatnya---untuk yang entah ke berapa kali---menangis lagi.

Izuku dan Katsuki menatap mobil yang dibawa oleh Hisashi menjauh. Setelah menghilang dari pandangan, Katsuki berdecih.

Izuku menoleh, memiringkan kepala dan tersenyum. "Masih marah pada ayahku?"

Katsuki menatapnya dan mendorong dahinya. "Sebenarnya terbuat dari apa hatimu itu, sialan? Dasar menyebalkan." Izuku melebarkan mata lalu tertawa. "Untuk apa kau tertawa, bodoh?!" teriak Katsuki kesal.

Izuku kemudian mengingat kembali kata-kata yang diucapkan Katsuki sore tadi. "Ahh... aku menyesal tidak merekam ucapanmu tadi. Padahal Kacchan mengatakan hal yang sangat manis sampai membuatku menangis!"

Katsuki melotot. "Oi, berisik, Kusodeku!"

Izuku segera berlari menjauh saat Katsuki mengejarnya. Dia terus tertawa dan mengulang beberapa kalimat yang sempat Katsuki ucapkan tadi, membuat si surai ash blond itu semakin meledak-ledak.

Mereka terus berlarian di halaman apartemen sampai Inko---yang khawatir karena Izuku belum pulang----muncul. Setelah itu, Katsuki diajak untuk makan malam bersama keluarga Midoriya. Saat di kedai sore tadi, dia tidak makan banyak karena tidak nafsu makan melihat wajah Hisashi. Jadi dia tidak menolak ajakan makan malam dari Inko. Sementara itu, Izuku juga tidak keberatan untuk makan lagi. Karena mood-nya sedang sangat bagus. Dia juga ingin menghargai ibunya yang sudah membuat makan malam untuk mereka.

.

.

Bersambung...

Maksa bgt kayaknya ini. Dahlah T_T

Eh btw, ada grup chat WA/Tele bwt BNHA gak? Kalo ada, ajakin aku dong. Atau anime apapun deh

Continue Reading

You'll Also Like

11.8K 859 40
Just Random Thing From Kuroko No Basket. Main Ship Kagakuro And The Other Ship🍒 Isi Bukunya Cuma Fanart Dari Para Fans KNB, Meme, DLL. Mereka Terlal...
13.1K 1.2K 18
Katou Haru Alpha dominan tampan dengan wajah malas dan lesunya yang sangat khas. Terlahir dari keluarga yang cukup terkenal di Jepang tak membuatnya...
625 89 6
fk/kf? gatau, pikir sendirii cocok yg mana 😭
107K 10.4K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...