My Day || Hyunsuk x Heejin [S...

By HyunsukID

17.6K 3.1K 6.7K

Dua orang yang mewakili cahaya dan kegelapan di masa muda. Berbeda dalam setiap aspek, latar belakang, maupun... More

01. Exclusive Birthday Gift!
02. Hyunsuk
03. Drizzling
04. Three Colour Hair
05. Class Room
06. Problem
07. Naughty Boy I
08. Naughty Boy II
09. Trouble Maker
10. On The Way
11. Friendship
Mampir yuk :)
12. Sad or Happy I
13. Sad or happy II
14. See u
15. The Homework
16. I Love My Shoes
17. Something
18. Departure
19. Shadow
20. The Secret
21. Hyunsuk House
22. The Little Devil
24. Stupid
25. Here We Go!
26. A-Team
27. Beautiful Girls
28. Sweet Umbrella
29. Two Voices one Heart
30. Jealousy
31. HeartCold
32. Bad Boy
33. I Need my Space
34. Memories
35. Make it Fast
36. Don't go Anywhere
37. A Snake in the Grass
38. I Do Love You
39. I know U can do it || END
40. I like the story || EPILOG
๐Ÿฅณ[MY DAY] TERBIT๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐ŸŽ‰๐Ÿ’–

23. Cherry Lips

374 59 123
By HyunsukID

Hallo, aku datang kembali membawa beban. Eh enggak, membawa berlian maksudnya. Hhee...

Beban di suruh Voment lebih tepatnya :")
.
.
.
.
💜Voment Cuseyeo 💜


🚫Warning 17+

Happy Reading!
.
.
.
.
.

12:00kst (Gyeon-Gi High School)

Heejin's pov.

Setelah pelajaran bahasa Inggris yang menguras otak, aku merasakan perutku ikut menyusut. Mungkin bagi sebagian orang, berpikir bukanlah suatu hal yang menghabiskan tenaga. Namun tidak bagiku. Justru karena berpikir, semua yang ada pada tubuh akan terkuras dengan sendirinya.

Tepat setelah bel istirahat berbunyi, aku terkapar lesu di meja. Jika bisa dilihat sebagai mesin, pasti kepalaku sudah mengepul mengeluarkan asap hitam, tak lupa lampu dengan warna merah yang berputar-putar, menandakan situasi bahaya dalam diriku.

Untuk menenangkan pikiran kembali, aku memutuskan untuk keluar dari kelas gaduh ini, menuju taman belakang sekolah.

Tempat yang sangat cocok untuk sebuah kesunyian, sekaligus tempat favorit yang seringku datangi ketika bosan. Bisa dibilang, bakatku adalah menjauh dari orang-orang. Senyap adalah tempat yang selalu menjadi incaranku.

Kududukkan bokongku di kursi memanjang yang tersedia. Menikmati kesejukan udara. Mungkin dikarenakan banyak pepohonan rindang yang mengelilingi, tempat ini menjadi begitu nyaman untuk bersantai.

Ada pula suara gemercik air sungai yang berada tak jauh dari sekolah, menambah kesan damai di sekitarku. Aku membuka bekal yang ku bawa dari kelas, ini juga salah satu rencanaku kenapa aku kemari, untuk makan siang.

Saat hendak menyuap satu sendok ke mulut, aku merasakan tempatku bergetar. Menandakan ada seseorang yang baru saja duduk di sebelahku.

Aku menghentikan kegiatan saat menghirup parfum familiar di dekatku. Aroma Vanilla lembut eksotis dipadu harum Woody yang maskulin, disusul wangi Apel yang membuatnya terlihat Gantleman tapi manis.

Lupakan aroma itu! Aku masih marah dengan pemiliknya.

"Kenapa kau duduk di sini?" tanyaku ketus. Aku tak ingin mendengar jawabannya, yang kuharapkan dia tersinggung, kemudian pergi dari tempat ini.

Tapi ternyata tak semudah itu.

Hyunsuk hanya bergeming. Sedetik berikutnya dia terkikik oleh sesuatu yang lucu di ponselnya. Itu membuat kekesalanku bertambah. Kututup bekal kembali, lalu bangkit segera pergi.

"Hei!"

".... Aku tidak duduk di pangkuanmu! Kenapa kau marah?"

Perkataan itu membuat bola mataku berputar ke atas.

Dia berdiri.

"Lagi pula, ini kursi milik sekolah."

Untuk pertama kalinya aku menoleh ke arah Hyunsuk. "Kau itu kenapa sih? Tidak bisakah diam sehari?! Untuk apa kemari?"

****


Hyunsuk dan Heejin, keduanya seperti kakak beradik yang tengah berebut uang saku. Yang satu mengoceh tanpa henti, satunya lagi bagian menenangkan.

Pemuda beriris sipit itu mendekat. "Shhtt ...! Ini masalah malam itu," pungkasnya buru-buru. Rasanya sisi tenggorokan Hyunsuk menyempit setelah mengatakan hal itu.

Heejin menyipitkan matanya, ekspresi yang tadi kesal seketika berubah menjadi senyuman centil, "Heii, Hyunsuk." Jari gadis itu mencolek pinggang Hyunsuk. "Wajahmu merona," imbuhnya membuat Hyunsuk mencampakkan wajah ke sisi lain.

"Lupakan perkara malam itu! Apapun yang kukatakan, lupakan!"

Heejin mengangkat bahunya samar sembari melirik Hyunsuk dari ujung matanya.

'karena pagi ini dia sempat membuatku kesal, akanku balas perbuatannya'

Heejin menyerigai. "Bagaimana ya, melihatmu yang seperti itu pasti sangat sulit untukku lupakan," ujarnya menggoda.

"Hei, mau cari mati?!"

Heejin mengernyitkan muka. "Kenapa? Aku melihat pipimu berkelap-kelip di bawah lampu karena air mata," ungkapnya di iringi tawa. Ia memang berinisiatif menggoda Hyunsuk habis-habisan.

Hyunsuk melotot.

Ia tak mengingat jelas apa yang telah di katakannya malam itu, tapi kenapa, sampai membuat Heejin sinting seperti ini?

Heejin menopang dagu dengan jari telunjuknya. "Jadi, selama ini kau tergila-gila padaku ya?"

"Berhenti bicara aneh!" desis Hyunsuk tak tahan.

Gadis itu mengulas senyum. "Aneh apanya?" tangannya beranjak mengusak rambut Hyunsuk hingga berantakan.

Hyunsuk sedikit bergeser. Bulu romanya merinding ketika mendapat perlakuan manis secara tiba-tiba dari Heejin.

"Ya, Jeon Heejin!!" intonasi Hyunsuk mengeras. "Jangan main-main denganku! Pokoknya lupakan perkataanku malam itu!"

Heejin menyeka ujung matanya yang berair, lalu menjawab, "Oke ... " Meski begitu, senyuman menggoda belum pudar dari bibir manisnya.

"Terima kasih untuk semuanya. Aku mencintaimu ... Stay with me..." Heejin berbicara sendiri mengutip ucapan Hyunsuk, tak lupa gestur tubuhnya yang di buat-buat.

"Ya!!"

"Baiklah-baiklah, tapi tunggu dulu! Dari mana kau dapatkan sisi menggemaskan itu, Hyunsuk?"

"Kau mengejekku?" tanya Hyunsuk tersinggung.

Heejin mengalihkan pandangannya ke ranting pohon, tetapi tercetak jelas ekspresinya masih meledek, "Tidak...."

Hyunsuk sadar akan hal itu. Ia menunduk, tertawa licik sendiri. Selagi Heejin menggoda, Hyunsuk mempertimbangkan untuk membalikkan keadaan. "Jadi ... kau pikir perkataanku malam itu, konyol?" Suara Hyunsuk berubah serius.

Namun sepertinya Heejin belum menyadari. "Memangnya kapan kau tidak konyol?"

Flashback (Malam itu)

Kuputar tubuhku berniat untuk meninggalkannya, karena aku yakin, tak ada gunanya bicara dalam situasi seperti ini. Namun baru bergerak satu langkah tangan Hyunsuk meraih pergelangan tanganku.

"Stay with me!"

Suara itu membuatku menoleh. Yang kutemukan setelahnya adalah dua mata kecokelatan yang menatapku sayu. Binar bahagia yang biasanya menghiasi wajah itu kini tampak meredup.

Aku tertegun saat Hyunsuk menyapu habis segelas Wine di tangannya dengan sekali teguk, kemudian menaruh gelas kosong itu pada meja di dekatku.

"Please," suaranya terdengar bagai keputusasaan.

Tatapan itu tak beralih sama sekali dari manik hazelku. Aku sedikit kaget, Hyunsuk mengangkat tanganku untuk berlabuh di pipinya yang dingin. Aku tak menolak sedikit pun karena tahu, Hyunsuk dalam keadaan tak sadar dengan apa yang dia lakukan.

Tetapi, kenapa dengan perlakuannya ini membuat jantungku seakan melambat. Aku mundur satu langkah saat Hyunsuk mengikis jarak di antara kita.

Namun pada detik berikutnya aku melonjak drastis. "Tatap aku!" ucapannya bagai perintah.

Aku menatapnya. "Hyunsuk, ini bukan waktu yang tepat untuk bicara," jelasku berusaha meyakinkan. "Lebih baik kau istira ... '' aku menghentikan perkataan saat merasakan Hyunsuk meremas tanganku di pipinya.

Dia tersenyum kecil seakan tak menghiraukan perkataanku.

Hyunsuk kembali berucap, "Aku selalu memikirkan ini sebelumnya."

Ada jeda sebelum dia menambahkan, "Aku menyukaimu."

Di detik itu jiwaku seakan melambung tinggi, aku jelas terkejut. Namun berpikir kembali pada realita, 'Hyunsuk dalam keadaan mabuk.'

Aku memilih diam tak menjawab apapun.

Dia menatapku lama tanpa berkedip, tanganku yang semula di pipinya ia turunkan, beralih menjangkau tangan lain untuk di genggamnya.

Hyunsuk semakin mendekat, "Aku juga selalu berpikir, mungkin karena sikap burukku, aku tak akan pernah bisa mendapatkanmu, oleh karena itu aku akan berusaha merubah sikapku, dan juga .... "

Napasku berhenti, perkataannya membuat jantungku berdebar tak karuan. Mungkin dikarenakan Hyunsuk lebih tinggi dariku, saat dia mengembuskan napas terasa begitu hangat menyapu wajahku.

Kutatap bola matanya yang berkaca.

"Mulai sekarang, tolong lihatlah aku seperti caraku melihatmu!"

Aku membuka mulut berniat menjawabnya. Namun tertahan saat Hyunsuk menangkup kedua pipiku. "Tak perlu berbohong untuk menepis perasaanmu. Aku bisa menunggu."

Jantungku berdebar kencang.

Dia mencondongkan tubuhnya untuk berbisik, "You're the only one that really touches my heart." (Kamu satu-satunya yang benar-benar menyentuh hatiku)

Selama sedetik jantungku seakan berhenti beroperasi, untuk beberapa saat emosiku melekat.

Aku berusaha menarik diri. "Hyunsuk, cukup!" Namun dia malah lebih erat menahan kedua pipiku. Jarak kami semakin dekat, mengharuskan aku menengadah untuk menatapnya.

Kutelan ludahku kasar, kemudian menggigit bibir dalamku sekedar menghilangkan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul.

Hyunsuk memberi sedikit jarak.

Aku menatap Hyunsuk semejang, lebih dari beberapa detik kami menyelami iris satu sama lain. Aku mencoba menerka isi kepala pemuda Choi itu namun tak mendapat apa pun untukku tebak.

"Heejin ... ada bintang di matamu."

Aku tergelak, hendak melepaskan tangannya dari pipiku tapi tak diperbolehkan, malah semakin menahanku agar tetap seperti ini.

Yang kulihat selanjutnya adalah, Hyunsuk memiringkan kepalanya, matanya memejam, wajahnya kian mendekat.

Aroma maskulin bercampur asap rokok semakin menyeruak dalam hidungku. Napasku tertahan saat Hyunsuk dengan beraninya menempelkan bibirnya pada bibirku.

Tanganku spontan menahan sisi pinggangnya. Selama beberapa detik bibir kami saling menyapa.

Awalnya hanya menempel. Namun entah bagaimana aku membiarkan lidahnya masuk untuk mengajak lidahku bermain. Aku semakin erat mencengkeram bajunya. Tak tahu tuntunan dari mana tapi mataku ikut memejam, mengikuti irama yang dia berikan.

Aku bergerak mundur tapi tertahan, ada meja di belakangku. Jika saja tak berpegangan pada meja, mungkin aku sudah ambruk di lantai.

Aku bisa merasakan Hyunsuk sedang tertawa samar dalam ciumannya. Tapi aku tak bisa berpikir jernih, aku hanya merasakan nyawaku seperti melayang entah ke mana.

Tubuhku berdesir saat satu tangan Hyunsuk menyusuri leherku, bergerak ke belakang rambutku kemudian berhenti tepat di tengkukku. Dia menekannya dalam seolah ingin menjejalkan rasa wine yang ada dalam mulutnya. Manis dan pahit menjadi satu rasa.

Dadaku semakin menyempit. Sekarang, aku butuh pasokan oksigen. Tanpa sengaja tubuhku goyah, aku hampir menjatuhkan gelas yang berada di meja.

Dengan amat lembut Hyunsuk melepas tautan bibir kami, badanku nyaris merosot jika saja Hyunsuk tak sigap menahan pinggangku.

Dadaku berdebar hebat, napasku memburu tak karuan. Aku mendadak lemas setelahnya, lututku lunglai tak ada tenaga meski untuk berdiri.

Walau dengan keadaan lampu yang temaram, aku bisa merasakan, Hyunsuk tengah memandangiku. Penglihatanku agak buram, namun masih kulihat dia menyunggingkan segaris senyum di bibirnya.

"Jadi, kau selemah ini ya?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

TBC

Hyunsuk, anda berdosa sekali main ketcup anak orang. π___π


Maaf ya kalau gak nembus sampai jantung, aku udah sesek napas duluan sebelum nulis.😣

Kiss Scane untuk mengobati kerinduan😭. Terimakasih sudah mau baca sampai akhir T_____T💜

😍See u next Chapter....!

Jangan temenin Hyunsuk, dia nakal!_-

Continue Reading

You'll Also Like

204K 20.5K 47
Jaerose ft. 97 liners Siapa yang menyangka dibalik sikap dinginnya, Rose adalah gadis rapuh yang menyimpan trauma dalam dirinya. Hidup dalam ketakuta...
136K 13.6K 53
Aku bahagia, tapi aku takut kehilanganmu :(
87.7K 10.2K 43
[COMPLETED] Tentang Isabella yang harus sabar menghadapi Seungmin si tetangga sebelah yang kelewat overaktif. "SEUNGMIIN JANGAN GIGIT PIPI GUE NANTI...
793K 58.4K 53
"Seharusnya aku mati di tangannya, bukan terjerat dengannya." Nasib seorang gadis yang jiwanya berpindah ke tubuh seorang tokoh figuran di novel, ter...