Gabrielle's [COMPLETED]

By StyllyRybell_

2.1M 143K 11.7K

WARNING THIS IS ADULT, DDLG, BDSM CONTENT! #1 in Sexy #1 in Rich #1 in Life #1 in Classics #1 in WIAIndonesia... More

Prologue
Chapter 1 : Stone
Chapter 2 : Drowned
Chapter 3 : Priority
Chapter 4 : Ashes
Chapter 5 : Godfather
Chapter 6 : Stanza Della Penitenza
Chapter 7 : Purity
Chapter 9 : Gabrielle's
Chapter 10 : Drunk
Chapter 11 : No
Chapter 12 : Different Guy
Chapter 13 : Stagione di Purificazione
Chapter 14 : Untouchable
Chapter 15 : Scent
Chapter 16 : Case
Chapter 17 : Warn
Chapter 18 : Scenario
Chapter 19 : World Spin Around Us
Chapter 20 : Lose Me
Chapter 21 : Dejected
Chapter 22 : Fiend
Chapter 23 : Other
Chapter 24 : Fight
Chapter 25 : Break
Chapter 26 : Last Time
Chapter 27 : Region
Chapter 28 : Fearless
Chapter 29 : If You Can't be Mine
Chapter 30 : Lily's Betrayal
Chapter 31 : Gabrielle's Disappointment
Chapter 32 : Goddess
Chapter 33 : Blue Moon
Chapter 34 : Better Plan
Chapter 35 : Gabrielle
Chapter 36 : Dampen Emotions
Chapter 37 : Give Up
Chapter 38 : The Truth
Chapter 39 : Gabrielle's Love
Chapter 40 : Haunted
Chapter 41 : Treasure
Chapter 42 : Sweet Dream
Chapter 43 : Black Rose
Chapter 44 : 大圈仔
My Red Cinderella
Chapter 45 : Guilty
Sorry
Chapter 46 : Prey Eat Bait
Chapter 47 : Force Lily
Chapter 48 : Fake Angel
Chapter 49 : The Consequences
Chapter 50 : I Don't Need It
Hari ini Gak Update
Chapter 51 : Damn God
Trailer
Chapter 52 : Ecstasy
Chapter 53 : The Disobedient Girl
Chapter 54 : Mess
Chapter 55 : Force
Chapter 56 : Nightmare
Chapter 57 : End
Chapter 58 : Courage
Chapter 59 : You are the one
Epilogue
QUIZ BERHADIAH
Extra Part I
Extra Part II
Extra Part III
Extra Part IV
Extra Part V
Gabrielle's Season 2

Chapter 8 : Insane

35.9K 2.5K 166
By StyllyRybell_

Karena gak bisa update ntar malem aku update nya sekarang aja yaaa

Happy reading ❤️

*

*

*



La Elemento de Building | Turin, Italy
01.16 PM.

Hidangan lezat itu disantap oleh kedua insan di meja yang sama. Beberapa paparazi berusaha mengambil gambar lantaran bertanya-tanya siapakah gadis nan bersama pembisnis Italia itu, menyiapkan gosip panas yang dapat mendunia. Namun, seperti biasa, pria itu dapat memanipulasi berita lantaran relasinya ada di mana-mana, di setiap bidang pusat usaha.

Gabrielle menyuruh bawahannya membuat berita bahwa Letizia hanyalah rekan kerja yang dianggap sebagai adik sehingga tidak perlu mempermasalahkan pertemuan keduanya, alasan itu pula Gabrielle memberikan separuh saham kepada Letizia untuk memperkuat argumen orang-orang mereka.

Gabrielle melirik makanan Letizia, hanya sayurannya yang disantap, lalu menatap Letizia lagi. Ia menajamkan netra. "Makan, makananmu. Tubuh kurusmu seolah aku tidak memberimu makan."

Letizia melambatkan kunyahan, menyembunyikan rambut ke dalam mantel karena potongan Ace yang tidak rapi. "Aku sedang diet—" ucapnya terpotong karena Gabrielle langsung menyuapi dengan potongan daging.

"Kau hanya 101 pounds," protes Gabrielle mendekatkan garpu dengan daging ke bibir Letizia. "Eat."

Kita akan lihat, kau lebih memilih dietmu atau berkatku, Lily... –Gabrielle

Bibir tipis Gabrielle terukir, senyum miringnya melebar. Letizia menerima suapannya. Tentu saja, Letizia tidak akan pernah bisa berkata tidak padanya, lagipula siapa yang bisa? Gabrielle kembali menyuapi daging itu pada gadis cantik tersebut.

Letizia melirik daging di depannya, lalu netra indah biru Gabrielle. "Baiklah, Daddy—"

"Eat," potong Gabrielle, tidak beranjak sama sekali, menekan Letizia untuk memakan suapannya. Dituruti oleh gadis cantik itu, ia kembali menyeringai. Letizia mengedarkan pandangan lantaran, di mana para wanita memekik tertahan, pura-pura tidak melihat, seolah iri. "Bukankah bagus dijaga dan dirawat olehku?" Gabrielle meletakkan garpu, menautkan jari-jari ke depan wajahnya.

Letizia tersenyum lebar, mengangguk setuju. Ia pun memakan makanannya dengan tenang, dapat ia lihat beberapa wanita memerhatikan Gabrielle. Entah mengapa, Letizia tidak menyukainya. Terlebih, melihat Vanessa dengan lancangnya memanfaatkan kekayaan Daddy-nya.

"Daddy, ayo pergi ke salon bersamaku," ajaknya tidak tahan karena para gadis berbisik-bisik dan melirik ke arah Gabrielle. Namun, pria itu tidak menjawab lantaran merasa aneh karena ajakan Letizia, padahal gadis itu tahu Gabrielle harus kembali bekerja setelah ini, pembisnis tampan itu hanya melirik. "Aku takut, sepertinya beberapa orang membuntutiku," alibinya.

Gabrielle mengalihkan netra ke arah Ace yang langsung menundukkan pandangan lantaran tadinya menatap bosnya. Ya, La Righello hanya diperbolehkan melirik tuannya ketika sang Godfather tidak menatap mereka. "Ace akan menemanimu."

Letizia ingin sekali memutar mata dan mendengus sekarang, tapi jika ia lakukan itu tentu hal itu tidak sopan pada pria yang sangat ia hormati di depannya. Ia hanya ingin bersama Gabrielle dan menjaga pria itu dari kelicikan perempuan seperti Vanessa. Akhirnya, ia menghela napas berat sambil menangguk. "Baik, Daddy."

Gabrielle pun berdiri dari kursinya hendak pergi ke kantor. Namun, Letizia bersuara lagi, "Daddy." Panggilan Letizia membuat pria itu berbalik tenang. "You haven't kiss me yet."

Gabrielle yang seolah tahu sejak tadi Letizia berusaha menempatkan diri sebagai pembatas wanita-wanita pencuri pandang ke arahnya, menaikkan dagu. "Know your place," ucapnya tajam sebelum pergi. Ya, Gabrielle tidak keberatan jika Letizia meminta sesuatu, tapi jika gadis itu menuntut, Gabrielle tidak akan suka.

Letizia pun berjalan malas ke mobil mewah berwarna biru pekat. Ia menopang dagu, menatap bangunan-bangunan indah di Turin, mobil-mobil berlalu-lalang.

***

COSMOPOLITAN®, Parrucchiere, Estetica, Solarium | Turin, Italy
02.00 PM.

Setelah sampai di sebuah salon, Ace langsung membukakan pintu. Namun, saat itu juga dering ponselnya berbunyi.

"Saya akan mengangkat telepon dulu, Nona," pamitnya seraya mengodekan anak buah untuk menjaga ketat nona mereka.

Letizia tidak menjawab. Moodnya turun drastis karena sikap dingin Gabrielle, bukankah sudah ia katakan bahwa Gabrielle adalah sumber dunianya? Di saat Letizia terus-menerus melangkah tanpa peduli jalannya, salah satu bodyguard-nya tiba-tiba maju lebih dulu, menyingkirkan seorang wanita agar tidak menabrak Letizia. Wanita tersebut terlihat marah lantaran seharusnya Letizia yang memerhatikan jalan bukan dirinya menghindari jalan nan akan dilalui gadis itu.

Letizia tahu bahwa wanita tersebut tidak salah, mendatangi bodyguard-nya. "Hentikan, Gaetano," lerai Letizia. "Maafkan aku, Nona." Bukannya sikap ramah balik yang ia dapatkan, Letizia justru ditatap sinis dan ditinggalkan.

Letizia sedang malas melakukan apa pun, tidak peduli dengan wanita itu, kembali melangkah pergi ke resepsionis, menjelaskan ia ingin merapikan rambut, dan menghias kukunya. Betapa naasnya, Letizia ditempatkan tepat di sebelah wanita sinis tadi.

Letizia membiarkan karyawan di belakang menyingkap rambut di balik mantelnya, lalu ia bersandar pada sandaran kursi.

"Apa yang terjadi dengan rambutmu?" tanya wanita yang di sampingnya, terlihat kaget lantaran potongan tidak berarturan rambut Letizia. "Apa seseorang melakukannya? Ini kejahatan!"

Letizia tertawa kikuk. "Aku memotongnya sendiri."

Wanita itu mendekat, memerhatikan surai indah Letizia. "Aku tidak bodoh. Ini pasti potongan pria, potongannya kasar. Lagi pula, kau terlihat glamour untuk apa memotong rambutmu sendiri?" ucapnya heran. Melihat Letizia hanya tersenyum tidak ingin bercerita, wanita itu mengalihkan topik, "Aku Camilla."

"Lily Gabriels." Letizia sengaja menambahkan nama belakangnya. Entahlah, ia merasa bangga karena nama itu merupakan sebuah penegasan bahwa ia milik Gabrielle.

"Apa kau sering ke sini sebelumnya?" tanya wanita itu basa-basi.

Letizia menggeleng. "Tidak, hanya tiga kali, aku lebih suka ke HC," jujur Letizia tanpa peduli pekerja salon melirik dan menguping.

Camilla tertawa karena ucapan frontal gadis itu. "Apa kau sudah makan siang? Jika kau mau kita bisa makan siang bersama, teman-temanku mengajakku."

"Aku sudah, terima kasih. Ngomong-ngomong, aku suka motif kukumu," puji Letizia memerhatikan motif kuku beruang milik Camilla.

"Grazie."

Bertepatan saat itu pula Ace datang yang langsung ditatap dengan pandangan memuja dari Camilla. "Demi Tuhan, apa itu Dewa Apollo? Sangat menyilaukan! Astaga dia kemari!" pekiknya langsung bercermin, memerhatikan dandanan.

Namun, Ace berhenti melangkah, kembali mendapatkan telepon. Ia pun memberikan isyarat pada Letizia untuk mengangkat panggilan tersebut. Camilla yang shock bahwa Letizia mengenal pria tampan itu memekik tidak percaya. "Apa dia pacarmu?! Astaga! Tampan sekali!"

Letizia tertawa melihat reaksi Camilla. Melihat Ace saja Camilla sudah sehisteris itu, apalagi melihat Gabrielle. "Dia—" ucapnya tertahan begitu mendapati pria yang ia tabrak tadi di kantor Gabrielle melangkah mendekat. Pria itu terlihat bersama teman-teman pria dan wanitanya. "What the fuck," umpat Letizia dengan suara teramat kecil seraya menolehkan wajah agar tidak disadari keberadaannya.

"Camilla."

Letizia mengumpat di dalam hati karena pria tersebut ternyata kenalan Camilla. Letizia berusaha tidak melihat, namun dapat ia rasakan beberapa pria di antara mereka menatapnya.

"Hei, kau yang tadi, bukan?"

Letizia kembali mengumpat seiring memejamkan mata kesal. Ia pun menoleh, seolah terkejut pula. "Ah, kau?"

"Kalian saling mengenal?" tanya Camilla kaget.

Letizia menggeleng santai, berbeda dengan perasaan kesalnya. "Tidak, aku tidak sengaja menabraknya."

"Ilario D'Amico," ucapnya memperkenalkan diri dan menadahkan tangan, melempar senyum remeh, seolah masih menantang Letizia dengan ajakannya tadi.

Letizia menyambut dengan senyum paksa pula. "Letizia Gabriels, panggil saja Lily."

Setelah Letizia menyalami dan berkenalan dengan mereka semua, Ilario langsung buka suara, "Aku mengajak Lily untuk bergabung malam ini. Dia bilang dia akan mengajak pacarnya yang sangat-sangat keren." Ilario memang berucap dengan nada meyakinkan, tapi Letizia mampu mendengar ejekan dari sisi lain.

"Benarkah?" tanya Camilla bersemangat. "Baiklah, kami akan menunggumu jam 9 di meja nomor 5!"

Letizia mengepalkan tangannya kesal. Terlebih Ilario seolah mengejeknya, seakan-akan Letizia Perempuan tidak laku yang tidak mempunyai pacar. Letizia tersenyum saja, bertepatan saat itu pula rambut dan kukunya telah siap. "Aku harus pergi sekarang."

"Jangan lupa nanti malam!" seru Camilla dari kejauhan.

Letizia tersenyum saja. Ia pun bergegas membayar lalu pergi dari sana. Sekarang ia harus bagaimana? Ia bisa saja menyuruh bodyguard-nya atau Ace, tapi pertanyaannya, apakah mereka akan diam dan tidak memberi tahukan Gabrielle?
Letizia menghela napas berat, langsung masuk ke mobil yang tidak lama Ace menyusul.

***

Car, Street | Turin, Italy
02.39 PM.

"Mood-mu semakin turun, Nona," ucap Maria hati-hati. Ia tidak ikut keluar dari mobil karena Letizia terus saja diam tadi.

Letizia menghela napas berat, setuju. Ia melirik Ace yang sibuk mengutak-atik tablet di samping pengemudi. Benar, Ace sangatlah tampan, keren, dan hot, lebih dari Ilario, tapi apa ia bisa meminta bantuan pada pria yang hampir sama kerasnya seperti Daddy-nya? Ia merasa bodoh sekali jika meminta tolong pada Ace lantaran pria itu tidak akan mau merahasiakan apa pun dari Gabrielle. Jangan tanya mengapa Letizia tidak meminta Gabrielle yang menemaninya bersandiwara, sebab seluruh penjuru dunia pun tahu, Gabrielle tidak suka melakukan hal tidak penting semacam itu.

"Ace," panggil Letizia akhirnya. Ia harus mencoba, bukan? Mungkin saja ia bisa membujuk Ace.

"Ya, Nona?" sahut Ace masih mengutak-atik tablet di tangannya, tanpa menoleh, seolah sibuk.

"Jadilah pacarku."

Cit!

Sopir mereka langsung menginjak rem bersamaan Ace langsung tersedak saliva-nya sendiri. Kedua bola mata para insan di mobil itu membulat. Terlebih Ace, ia menoleh horror ke arah Letizia. Ia bisa mati dimutilasi Gabrielle jika Letizia sakit hati karenanya. "Nona?" panggilnya takut-takut gadis itu mendadak gila.

Letizia yang ditatap semua orang dengan tatapan horror berdecak kesal. "Mengapa kalian melihatku seperti itu?!" bentak Letizia. Ia pun berpegangan pada kursi pengemudi dan kursi Ace agar bisa bicara lebih dekat, membuat lawan bicaranya sontak memundurkan tubuh menjaga jarak. Letizia berdecak, "Ace, hanya semalam saja!"

Ace terbatuk-batuk mendengar ucapan ambigu Letizia. Ia tidak masalah mati saat itu juga karena melindungi Letizia yang merupakan tugasnya, tapi mati mengkhianati Gabrielle adalah pemikiran yang sangat haram di kepala Ace. Siapa saja tahu Gabrielle tidak akan mengampuni siapa pun melukai putri cantiknya, terlebih menyentuhnya hingga sejauh itu. Bahkan, Maria membekap mulutnya sendiri tidak percaya.

Ace berusaha menetralkan napasnya, ia benar-benar tidak percaya apa yang terjadi saat ini. Apa gadis itu mendadak gila? Apa pegawai salon memukul kepalanya hingga sakit jiwa? Ace meneguk saliva. Ia pun berucap hati-hati agar Letizia tidak tersinggung akan ucapannya, "Nona, jika kau ingin membunuhku, katakan saja."

Letizia mengernyit. Ace bicara apa? "Aku menginginkan tubuhmu, bukan jantungmu!"

Suasana semakin buruk, Maria bahkan memegangi kepalanya tidak percaya. Sementara Ace mengerjap-ngerjapkan netra sambil melonggarkan dasi merasa sesak karena atmosfer yang sama sekali tidak menguntungkannya, ia bisa mati berbicara sembarangan, menolak Letizia juga tidak berbeda. Ia sudah pasti mati setelah ini.

Ace mengedarkan pandangan seraya melonggarkan dasi, mencari kata-kata yang pas agar gadis itu tidak tersinggung. Tentu saja, Ace tidak mungkin kurang ajar pada putri Gabrielle. Ia kembali menatap Letizia. "Nona, kau bagaikan Dewi untukku, seperti Tuan L yang bagaikan Dewa. Memilikimu itu mustahil, yang di mana diriku hanyalah seorang pengabdi."

Letizia menggeram kesal. "Mengapa tidak mungkin?!" tanya Letizia jengkel. "Hanya semalam! Setelah itu selesai!"

Ace mengusap wajahnya frustrasi. Tidak. Letizia sudah gila. Tidak mungkin ia melayani putri Gabrielle yang di mana Gabrielle sangat posesif pada putri kesayangannya. Ace adalah mafioso yang setia. "Tuan L akan membunuhku!" bentak Ace tidak kalah jengkel. Ia sudah berusaha bersabar, tapi gadis itu sepertinya memang sudah gila.

"Jangan beri tahu!"

"Aku tidak akan mengkhianatinya!"

Letizia mengacak-acak rambutnya frustrasi, menoleh pada Maria. "Maria, buat dia mengerti!"

Maria yang melayani nonanya pun menoleh pada Ace nan langsung melempar tatapan membunuh. Maria merinding ditatap seperti itu, menunduk takut. "Tuan, layani Nona hanya semalam, setelah itu anggap saja tidak terjadi ap—"

"Tutup mulutmu sebelum aku mencabut lidahmu keluar!" ancam Ace tajam.

"Ace, jika kau tidak kooperatif, aku akan bilang kau mencabuliku! Daddy pasti lebih mempercayaiku dibandingkan kau!"




#To be Continue...







070921 -Stylly Rybell-
Instagram maulida_cy

Continue Reading

You'll Also Like

482K 30.5K 30
Aku, Neta Fiama, seorang mahasiswi semester akhir dengan jurusan Bimbingan Konseling yang sedang menunggu waktu wisuda. Mimpi dan harapan sudah di de...
5.6M 261K 44
Ovie merasa punya kakak super posesif seperti Kevin adalah sebuah kutukan. Ia selalu merasa kakak tertuanya itu membenci dan menaruh dendam padanya...
29.1K 3.5K 40
[ BL!, bahasa!, rioncaine!AU, tnf!AU, tokyoverse!AU, on-going! ] Seorang perusuh dan seorang penolong seharusnya berbeda seperti api dan air. Tetapi...
19K 2K 41
Sang panglima tempur dengan kemenangan selalu berada ditangannya, bak sang garuda mencengkeram mangsanya. Dikaruniai wajah nan elok, si panjang akal...