Playful Couple

Bởi kanurega

18.6K 1.6K 36

"Aku rasa, aku sudah jatuh cinta dengan orang yang keras kepala." "Aku tegas!" "Hanya orang yang keras kepala... Xem Thêm

Playful Couple 01
Playful Couple 02
Playful Couple 03
Playful Couple 04
Playful Couple 05
Playful Couple 06
Playful Couple 07
Playful Couple 08
Playful Couple 09
Playful Couple 10
Playful Couple 11
Playful Couple 12
Playful Couple 14
Playful Couple 15
Playful Couple 16
Playful Couple 17
Playful Couple 18
Playful Couple 19
Playful Couple END

Playful Couple 13

617 58 1
Bởi kanurega

RENDRA

"Kalian dari mana?"

"Ngobrol lah. Calvin teman lama Abang, dek," jawab Yoga.

Calvin sedikit terlihat gelisah sejak awal kedatangan Yoga. Apa yang terjadi dengan mereka? Selama aku mengenal Yoga sebelum keberangkatan ke Malaysia 2 tahun lalu, Yoga tidak pernah menyebutkan Calvin sedikitpun. Bahkan saat aku mengunjunginya ke Malaysia pun Yoga tidak pernah menyebut nama Calvin. Biarlah, aku tidak ingin berpikiran macam-macam.

Aku mengenal Calvin. Jika dia menganggap hal ini perlu diceritakan, dia pasti akan menceritakannya padaku. Lagi pula ini bukan saatnya untuk berpikiran buruk. Ini saatnya aku menikmati hidupku bersama Calvin. Akan banyak hal menyenangkan yang aku akan lakukan dengannya. Kedatangan Yoga juga membuatku senang, walaupun kami tidak ada hubungan darah langsung, tapi dia sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri.

"Dra, aku balik dulu ya. Udah hampir malam, kamu istirahat ya, biar bisa cepat masuk."

"Give me a hug!"

Calvin menatapku lalu mengarahkan pandangannya ke Yoga.

"Ah, oke. Bye, Vin." Aku melambaikan tangan ke arah Calvin.

Aku lupa. Kami tidak berdua di ruangan ini. Ada Yoga disini. Akan sedikit memalukan jika kami saling berpelukan di depan orang lain.

"Nginep di mana, bang?"

"Di rumah elu lah, di mana lagi?"

Aku hanya tersenyum usil. Sampai lupa, selama ini Yoga memang tinggal di rumah orangtuaku. Sekarang Yoga juga seorang dokter. Akan jadi hal yang menyenangkan jika bisa dirawat Yoga. Artinya aku bisa cepat keluar dari rumah sakit ini dan dirawat di rumah.

"Kenapa senyum?"

"Hehe ..."

"Abang gak akan ngerawat elu, Dra. Perawatan di sini lebih intensif."

Yoga bisa menebak apa yang aku pikirkan. Aku hanya menunjukan raut cemberut saat Yoga tertawa.

"Bisa juga lu sakit ya, baru tau. Hey, Calvin siapa elu sih, Dra?"

"Pacar," jawabku singkat.

"Ayolah, abang kenal elu dengan baik. Elu itu sangat, ya, normal."

"Gak taulah bang. Gue rasa, gue beneran suka dia. Gak salah kan?"

Aku menceritakan semua hal yang terjadi. Tulisan, project tujuh hari dan Calvin. Yoga hanya mengacak rambutku lalu tersenyum.

"Lu itu gak boleh kayak abang, Dra."

"Abang masih--"

"Ya, gak akan mudah merubah orientasi seseorang."

"Tapi gue beneran suka sama Calvin, bang."

Yoga tidak memberikan penjelasan apapun. Dan apapun yang ia katakan tidak akan mempengaruhiku. Aku sudah mengetahui jika Yoga juga menyukai laki-laki. Selama ini juga hanya ada satu orang yang ia cintai, walaupun hingga kini Yoga tidak pernah menyebutkan sebuah nama. Hingga detik ini pun dia masih mencintai laki-laki itu.

Yoga pernah mengatakan, hanya ada satu orang pria yang menempati ruang hatinya dan selamanya akan seperti itu. Siapapun orangnya, dia adalah laki-laki beruntung karena bisa dicintai Yoga. Yoga yang ku kenal sebagai pria paling baik, jujur, dan memiliki paras yang lebih menarik dibandingkan aku. Ku akui semua itu.

Setelah hampir satu tahun tidak bertemu pun penampilanya masih tidak berubah. Pembawaannya yang tenang, kacamata dan rambut rapi tetapi tetap stylish sangat cocok dengan wajahnya yang oval. Selalu menggunakan pakaian yang rapi, bahkan aku sempat iri dengan warna kulitnya yang kecoklatan. Ya, aku adalah fans Yoga dan aku bersyukur menjadi sepupunya.

...

"Abang lu yang ganteng itu kemana, Dra?"

"Paling molor di rumah."

"Kenalin gue dong."

"Jangan terlalu berharap ya, dia itu gak suka cewek."

"Maksud lu?"

Akhirnya setelah 3 hari dirawat dan setelah hari ke 6 di project playful couple itu, aku bisa kembali ke rumah. Home sweet home. Tak ada tempat yang lebih baik dari rumah, dan tak ada tempat yang lebih buruk dari rumah sakit. Selamat tinggal ruangan putih, kasur yang tidak empuk, lampu yang terlalu terang, aroma obat yang menyengat dan baju pasien berwarna biru yang tidak akan pernah mau aku pakai lagi.

"Udah siap?" kata Calvin.

"Kita mampir mall dulu ya?"

"Hmmm?" Calvin menaikan alisnya.

"Please ..."

"Lu gak sadar, Dra. Lu baru sembuh."

"Udah lebih seminggu, Ka, gue gak ke sana."

"Terserah lu deh, gak ikutan gue."

"Yes!" Aku bersorak.

Calvin masih tidak mengijinkanku menyetir sendiri. Aku juga mendapatkan tatapan sinis dari Erika sepanjang jalan, karena dia yang menyetir.

"Gue bukan supir kalian, jadi kenapa kalian berdua duduk di belakang?!"

Setelah berdebat panjang dengan Erika, Calvin memilih mengalah menggantikan Erika dan aku duduk tepat di sampingnya. Sedang Erika duduk di jok belakang. Mungkin karena ini jam ramai pengunjung, kami sedikit kesulitan mencari parkir.

"Kita makan dulu," kataku.

"GAK!" jawaban kompak Calvin dan Erika.

"Di sini kebanyakan cuma junk food, dan gue ngerti selera elu, Dra. Langsung cari barang yang lu pengen, abis itu kita pulang!"

"Viiiin ...." Aku memanggil manja Calvin.

"Maaf Dra, kali ini aku setuju sama Erika."

"Udah gak sayang lagi, Vin?"

"Sayang dan kesehatan kamu hal yang berbeda."

Aku hanya cemberut lalu berjalan sendiri naik ke lantai 3 mall.  Yang aku dengar hanya tawa kecil Calvin dan Erika dari belakang. Walaupun terkadang bagian perutku masih berasa sakit dan nyeri, tapi tidak mengurungkan niatku untuk berkeliling mall ini.

Satu persatu toko yang menjual baju aku masuki. Aku sengaja mencari baju. Ini hari pertama untukku keluar dari rumah sakit dan pertama kali aku mengenggam tangan Cavin setelah kami berdua mengutarakan isi hati masing-masing. Aku tau apa yang dirasakanya, dan dia pun mengerti apa yang aku rasakan. Walaupun dia masih mengatakan aku terburu-buru dengan apa yang aku rasakan.

Aku sadari tidak ada yang instant dalam hal perasaan. Tapi jika seseorang sudah menemukan sosok yang bisa mengisi kekosongan hatinya, 1 tahun, 1 bulan bahkan 1 hari hal itu mungkin saja terjadi. Perasaan itu bukan hal yang bisa direncanakan, semua terjadi tiba-tiba.

"Bagus." Aku mengambil salah satu t-shirt berkerah motif garis-garis vertikal.

"Mbak, ada lagi yang kayak gini, warna beda?"

"Ini, Mas" karyawan toko di mall itu memeberikan baju dengan motif yang sama.

Aku memilih warna kuning dengan motif garis berwarna hitam, dan satu lagi akan kuberikan kepada Calvin, berwarna biru dengan motif warna yang sama.

"Baju couple." Aku tersenyum membayangkannya.

"Ini." Aku memberikan baju itu ke Calvin yang menunggu di luar toko.

"Apa ini, Dra?"

"Buka aja."

Calvin membuka bungkusan yang berisi baju itu.

"Jeng jeng, kita kompakan bajunya."

Calvin tersenyum, dan aku masih terpesona dengan senyumanya.

"Buat gue?" Erika menadahkan tangannya.

"Ini."

"Permen, permen. Sakit jiwa lu, Dra! Calvin lu beliin baju, gue ini!"

"Kan dari toko yang sama." Aku tersenyum jahil.

"Sisa belanja elu ini namanya!"

"Gak, gue ambil gratis tadi."

"RENDRA!!!"

Aku tertawa, menarik dan mengenggam tangan Calvin berlari besamaku menjauh dari Erika yang sedang kesal.

***

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

519 71 6
Cover: on Pinterest "Just, wanna be yours." Elang teramat mencintai Deka--dedek kawai. Sudah berpuluh ungkapan cinta yang ia beri tapi tak kunjung d...
6.6M 339K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
KKN Bởi Jee

Ngẫu nhiên

322K 28K 29
Boyxboy ✔ ( Selesai ) Sebelumnya Harap Dibaca‼️ Ambil yang baik - buang yang buruk. Perlu diketahui sebelum membaca cerita penulis bahwa tulisan saya...
4K 584 15
-side story- dari When You Love Me (sedang di un-publish) Jiwa-Rendra 'My Soul' BL/Yaoi/Friendship Daku publish ulang ya ges ya, enjoy babes~ ©byola...